Thursday, December 18, 2014

Reportase Menonton Shiki OriOri Bag 1






Konnichiwa..

Yokoso. Genki desuka?
hehehe..

Saya menonton 3 episode dihari yang berbeda dari Shiki oriori. Saya sangat beruntung sekali karena ternyata saya dapat melihat hijau dan eksotisnya alam dari Hokaido Jepang di episode Gunung Chokai tanggal tayang 17 Desember 2014, kemudian keindahan budaya di Jepang di episode Tanah Suci Tohoku dan kegigihan orang Jepang dalam mempertahankan budaya Uchiwa dan Udon tanggal tayang 18 Desember 2014.

Saya menonton episode Tanah Suci Tohoku yang isinya menceritakan mengenai budaya dan adat yang selalu diwariskan secara abadi di daerah sana. Bagaimana Festival Mikhosi, Cerita Lengenda Tono, Kappa, Festival Chagu Chagu Umako dan Tradisi Kanagami diceritakan dengan apik sebagai aset budaya bangsa Jepang yang berharga. Setiap jalannya cerita, dideskripsikan dengan mudah ditambah visualisasi pengambilan gambar juga bagus. Seperti festival mikhosi bagaimana festival ini selalu dijalankan selama 1300 tahun dan detail hingga cerita ada pembuatan bubur dan kuda harus sebanyak 17 buah. Cerita disini dijelaskan kesakralan dan kerjasama untuk memikul mikhosi ke kuil sementara. Bagaimana Jinkayu (pelayan dewa)/ Rokhasu memanggul secara bergantian dan saling melindungi untuk menuruni tanah yang terjal. Kemudian mereka berjuang untuk membawa mikhosi untuk sampai ke kuil sementara dari malam hingga pagi hari.

Kemudian Cerita Legenda Tono dan Kappa nya juga menjelaskan bagaimana sejarahnya dan cerita legenda selalu dimulai dengan kata “ dahulu kala” dan diakhiri dengan “Bahagia” sebagai pengantar tidur untuk anak – anak agar selalu ingat kepada legenda. Cerita Kappa yang merupakan pemalu juga sebagai pengetahuan betapa sulitnya dulu dalam bertahan hidup.

Selanjutnya festival Chagu Chagu Umako merupakan festival yang sangat menarik dimana kuda – kuda diparade selama empat jam menggunakan baju konida untuk melindungi tubuh kuda dari serangga/ hewan buas. Festival selalu dijalankan sebagai ucapan terima kasih kepada kuda yang membantu tuannya. Alur cerita dideskripsikan kebanggaan yaitu mereka dapat menampilkan dan berbagi mengenai keindahan kudanya, membuat konida yang merupakan seni bernilai tinggi dan diturunkan hingga ke cucu bahkan dipersiapkan untuk cicitnya. Selain kebanggaan juga kedekatan, bagaimana dengan telitinya tuan pemilik kuda mengurus kudanya di dalam Rumah Nanbu Ma gariya yang berbentuk huruf “L”.

Selanjutnya, Kanagami. Kanagami dipercayakan merupakan dewa pelindung api bagi penduduk di Miyagi/ Iwate. Kanagami terbuat dari tanah liat/ kayu dengan mata dari kulit kerang yang berbentuk ekspresi pria sedang marah. Kanagami merupakan jimat langka dan khusus yang diberikan oleh daiku (tukang kayu) yang membangun rumah kepada pemilik rumah. Kanagami selalu dipasang di dekat perapian. Jadi pihak tetua/ orang tua dapat memperingati anaknya untuk tidak bermain di dekat api karena diawasi oleh Kanagami sehingga anak – anak menjadi takut. Tetapi kanagami juga merupakan benda budaya yang dilestarikan disana dilihat dari pendirian Museum dengan berbagai jenis ekspresi wajah dari kanagami.

Uchiwa Magurame merupakan uchiwa terbaik di Jepang dan merupakan 90% Pasar uchiwa berasal dari sini. Uchiwa Magurame di Kagawa dahulunya merupakan souvenir untuk penziarah selain itu uchiwa digunakan untuk alat penyejuk ketika memasuki musim panas dan alat untuk memasak untuk mengipas api. Uchiwa sudah merupakan alat kebutuhan hidup. Tetapi seiring majunya pesatnya industri, uchiwa mulai bergeser keperluannya. Penyejuk ketika musim panas mulai tergantikan oleh kipas listrik dan memasak digantikan oleh kompor. Uchiwa pun mulai bergerak sebagai karya seni. Yang saya suka dari episode ini bagaimana kecintaan para pembuat uchiwa hingga membuat museum yang berisi bermacam uchiwa. Para pembuat uchiwa lain mulai memikirkan merubah konsep uchiwa tidak hanya untuk alat penyejuk tetapi juga bisa dijadikan tempat lampu dan desain dari uchiwa yang harus beragam. Mereka tidak memikirkan uchiwa harus dijual mahal karena seni bukan merupakan komoditi. Bagian akhir merupakan kesukaan saya ketika salah satu pembuat uchiwa mengungkapkan rasa kecintaannya terhadap uchiwa menyebabkan air mata saya juga keluar. Sangat terasa sekali rasa kecintaanya. Dan uchiwa bukan saya penyejuk dari panas dengan uchiwa kita dapat merasakan kebudayaan ini sendiri. Merinding.

Ada juga udon, bagaimana gigihnya pembuat udon yang berjuang membantu keluarga ketika bapaknya sakit dari beliau SMP. Beliau harus membuat udon di pagi dan siang kemudian bersekolah dimalam hari yang belum tentu bisa dilakukan oleh generasi sekarang. Akhirnya beliau memetik kesuksesan, udon sunuki di Kagawa terkenal hingga diluar prefektur lainnya dan antriannya sangat panjang. Kegigihan diperlihatkan oleh pembuat udon hingga berumur 76 tahun, beliau masih dengan semangat membuat udon karena cintanya beliau dengan udon, sampai terjun juga dapam pemilihan tepungnya.

Note: Mohon maaf jika ada kesalahan dalam cerita, nama dan lain - lainnya. :))

Sayounara
Soredewa, mata!!