Saturday, December 1, 2018

PEMERIKSAAN PERKIRAAN LABA RUGI

SIFAT DAN CONTOH PERKIRAAN LABA RUGI

Perkiraan Laba Rugi (Profit and Loss Accounts) terdiri dari :
Perkiraan pendapatan operasi, Harga pokok penjualan, Beban operasi, Pendapatan dan beban diluar operasi, Pos luar biasa
Definisi Penghasilan Berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (PSAK No. 23, IAI, 2002:23.1) :
Peningkatan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi tertentu dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.
Penghasilan (income) meliputi  baik pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gain)
Pendapatan  penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen, royalti dan sewa

Keuntungan (gain) berasal dari  penjualan aktiva tetap (gain on sale of fixed asset), tukar tambah aktiva tetap tidak sejenis (gain on trade-in), keuntungan selisih kurs (foreign exchange gain)
Pos Luar Biasa  kerugian yang timbul dari kejadian atau transaksi yang bersifat tidak normal dan tidak sering terjadi
Harga Pokok Penjualan  jumlah yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh barang yang terjual (cost of merchandise sold) atau untuk memproduksi barang yang terjual (cost of goods sold).
Perhitungan Cost of merchandise sold (physical system) :
Persediaan awal barang dagangan Rp. xxx
+/+Pembelian bersih Rp. xxx
Barang dagangan yang tersedia untuk dijual Rp. xxx
-/-Persediaan akhir barang dagangan Rp. xxx
Harga Pokok Penjualan Rp. xxx
(cost of merchandise sold) 

Perhitungan Cost of goods sold (physical system) :
Persediaan awal bahan baku Rp. xxx
+/+ Pembelian bersih RP. xxx
Bahan baku yang tersedia untuk dipakai Rp. xxx
-/- Persediaan akhir barang dagangan Rp. xxx
Pemakaian bahan baku Rp. xxx
Upah langsung Rp. xxx
Overhead pabrik Rp. xxx
Biaya produksi (cost of production) Rp. xxx
+/+ Persediaan awal Barang Dalam Proses Rp. xxx
-/- Persediaan akhir Barang Dalam Proses Rp. xxx
Biaya Pabrikasi (cost of good manufactured) Rp. xxx
+/+ Persediaan awal Barang Jadi Rp. xxx
-/- Persediaan akhir Barang Jadi Rp. xxx
Harga Pokok Penjualan (Cost of Goods Sold) Rp. xxx

Beban operasi (operating expenses)  beban penjualan (selling expenses) dan beban umum dan administrasi (general and administrative expenses)
Selling Expenses  gaji bagian penjualan, komisi salesman, biaya iklan, promosi, entertainment, transposrt dll
General dan administrative expenses  gaji bagian akuntansi dan keuangan, personalia dan umum, biaya sewa, listrik, air, telepon, entertainment, perjalanan dinas, penyusutan inventaris kantor dll


PEMERIKSAAN PERKIRAAN LABA RUGI

Prinsip konservatisme (conservatism) dalam pengakuan pendapatan dan beban
a. Beban yang belum pasti terjadi tetapi diperkirakan akan menjadi beban perusahaan pada periode yang diperiksa, jumlahnya bisa diestimasi dan cukup material, harus dicatat sebagai beban
b. Pendapan yang pasti terjadi, belum boleh dicatat sebagai pendapatan perusahaan.
Pengecualian :
Pengakuan saat penerimaan uang (penjualan tunai dan kredit)
Untuk perusahaan kontraktor, ada 2 metode : metode kontrak selesai (completed contract method) dan metode presentase penyelesaian (percentage of completion method)
Barang jenis tertentu yang harga jualnya sudah pasti, barangnya pasti terjual atau cepat rusak, pendapatan diakui saat selesainya produksi
Lihat PSAK No. 23 (Penjualan Barang, Penjualan Jasa, Bunga, Royalti dan Dividen)

2. Konsep matching cost against revenue
Harus dibandingkan pendapatan yang menjadi hak perusahaan dalam periode yang diperiksa dengan biaya yang menjadi beban perusahaan untuk periode yang sama (tanpa memperhatikan apakah uangnya sudah diterima untuk pendapatan dan dibayarkan/belum untuk biaya
Menurut PSAK/PABU, pendapatan dan beban harus dicatat dengan dasar akrual (accrul basis) bukan dasar kas (cash basis)
Periksa pendapatan/biaya, perhatikan jangan sampai ada pergeseran waktu dalam pengakuan pendapatan dan beban.

Waktu yang digunakan untuk memeriksa perkiraan pendapatan dan bebas (pos Laba Rugi) tidak sebanyak waktu untuk pos Neraca, karena :
Pada waktu memeriksa pos neraca, sekaligus sudah diperiksa (dikaitkan dengan) pos laba  rugi ybs.
Pada waktu melakukan test transaksi, sekaligus diperiksa pos laba  rugi
Prosedur audit atas perkiraan laba rugi yang biasa disajikan :
Analytical review procedure
Analisa beberapa perkiraan laba rugi yang penting atau yang ada kaitannya dengan perhitungan pajak (untuk koreksi fiskal)
Melakukan pemeriksaan atas subsequent payment  (pembayaran sesudah tanggal neraca) dan subsequent collection (penagihan sesudah tanggal neraca)

TUJUAN PEMERIKSAAN PERKIRAAN LABA RUGI

Untuk memeriksa :
1. Keberadaan internal control pendapatan dan beban, termasuk pencatatan secara accrual basis terhadap pendapatan dan beban 
Pencatatan pendapatan dan biaya yang menjadi hak perusahaan dengan menggunakan cut-off tepat
Adanya fluktuasi yang besar dalam perkiraan pendapatan dan beban jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, bulan per bulan atau dengan anggaran pendapatan dan beban
Penyajian permodalan/ekuitas di Neraca sudah sesuai dengan PSAK/PABU dan hal penting diungkapkan dalam catatan laporan keuangan

PROSEDUR PEMERIKSAAN PERKIRAAN LABA RUGI

Pelajari dan evaluasi internal control pendapatan dan biaya, termasuk transaksi jual beli saham, pembayaran dividen dan sertifikat saham 
Minta rincian Laporan Laba Rugi untuk periode yang diperiksa dengan angka perbandingan untuk periode sebelumnya, dan lakukan analytical review procedure (analisa rasio, ROI dan ROE) dengan membandingkan rasio tahun lalu dan rasio industri
Minta rincian Laporan Laba Rugi untuk periode yang diperiksa, bandingkan dengan budget untuk periode yang sama. Hitung variance (dalam Rp. maupun %)
Minta rincian penjualan per jenis barang/area yang mencantumkan quantity barang yang dijual dan nilai uangnya selama setahun (dibuat per bulan). Bandingkan quantity yang dijual (secara test basis) dengan pengeluaran barang pada kartu persediaan
Periksa cut-off penjualan (ada tidaknya pergesaran waktu pencatatan penjualan) dan cut –off pembelian (ada tidaknya pergesaran waktu pencatatan pembelian) 
Periksa subsequent payment (ada tidaknya unrecorded liabilities) dan subsequent collection (ada tidaknya unrecorded receivables)
Buat analisa perkiraan biaya/pendapatan yang kemungkinan ditanyakan pihak pajak atau untuk keperluan pengisian SPT, koreksi fiskal dan kemungkinan timbulnya contingent liability.
8. Periksa kepatuhan peraturan perpajakan tentang biaya dan pendapatan 
Periksa daftar gaji, test kesesuaian perhitungan PPh 21 dengan peraturan pajak
Bandingkan total biaya gaji yang tercantum dalam perhitungan Laba Rugi dengan SPT PPh 21
Bandingkan data yang ada dalam daftar gaji, secara test basis, dengan personnel file
Lakukan observasi saat pembayaran gaji
10. Periksa keseusian penyajian pos laba rugi  dengan PSAK

Sunday, October 14, 2018

Contoh Soal Audit II


AUDIT SIKLUS PENGELUARAN, UTANG, DAN AKTIVA

1.     Prosedur konfirmasi yang dilaksanakan dalam pemeriksaan utang dagang tidak sepenting prosedur konfirmasi yang dilaksanakan dalam pemeriksaan piutang dagang karena:
A.   Bukti yang mendukung catatan utang lebih kompeten sedangkan bukti yang mendukung catatan piutang kurang kompeten. Konfirmasi piutang merupakan prosedur audit untuk memperoleh bukti dokumenter yang kompetensinya paling tinggi yang tidak didapati oleh auditor dalam bukti-bukti yang mendukung pencatatan piutang dagang.
B.    Konfirmasi dalam pemeriksaan piutang dagang secara eksplisit diatur dalam standar pekerjaan lapangan yang ketiga sedangkan konfirmasi piutang dagang tidak.
C.    Konfirmasi utang dagang merupakan mandatory procedure sedangkan konfirmasi piutang dagang bukan merupakan mandatory procedure.
D.   Konfirmasi utang dagang hanya dilakukan jika pengendalian intern terhadap utang jelek, sedangkan konfirmasi piutang dagang tetap dilaksanakan baik pengendalian intern terhadap piutang ketat maupun jelek.

2.     Perbedaan karakteristik pemeriksaan antara aktiva lancer dan utang lancar adalah:
A.   Perusahaan mempunyai kecenderungan overstatement aktiva lancar, di lain pihak perusahaan mempunyai kecenderungan understatement utang lancar. Di samping itu pemeriksaan terhadap aktiva lancar biasanya memerlukan waktu lebih lama bila dibanding pemeriksaan terhadap utang lancar.
B.    Penyajian elemen aktiva lancar sebagian besar menyangkut masalah penilaian dan cenderung overstated sedangkan penyajian elemen utang lancar sebagian besar berhubungan dengan fakta dan cenderung understated.
C.    Frekuensi terjadinya mutasi aktiva lancar jauh lebih tinggi bila dibanding dengan frekuensi mutasi utang lancar.
D.   Active lancar lebih mudah digunakan untuk window dressing bila dibandingkan dengan utang lancar.

3.     Karakteristik pemeriksaan terhadap aktiva lancar adalah:
A.   Jangka waktu pemeriksaan lama karena mutasinya tinggi dan menyangkut masalah penilaian. Pemeriksaan dititikberatkan pada verifikasi saldo aktiva lancar pada tanggal neraca dan diarahkan pada pencarian kemungkinannya adalah overstatement aktiva lancar.
B.    Jangka waktu pemeriksaan lama karena sulitnya mencari bukti-bukti adanya overstatement aktiva lancar dan karena penilaiannya berdasarkan net reliable value.
C.    Pemeriksaan aktiva lancar dititikberatkan pada verifikasi mutasi selama setahun yang diaudit.
D.   Jangka waktu pemeriksaan pendek karena nilai investasi dalam aktiva lancar biasanya relatif rendah.

4.     Perusahaan membeli persediaan barang dagangan dengan syarat f.o.b shipping point. Barang telah diterima di gudang pada tanggal 31 Desember 19X0 dan telah dihitung dalam perhitungan fisik persediaan pada tanggal tersebut. Faktur pembelian (dengan jumlah rupiah Rp 20.000.000,00) baru diterima tanggal 5 Januari 19X0 dan dicatat sebagai transaksi pembelian bulan 19X1.
A.   Kasus tersebut di atas menimbulkan adanya unrecorded liabilities pada tanggal 31 Desember 19X0 (tanggal neraca). Oleh karena itu auditor harus mengusulkan penyesuaian kepada klien.
B.    Unrecorded liabilities pada tanggal neraca sebesar Rp 20.000.000,00 tersebut harus diusulkan oleh auditor kepada klien untuk dilakukan penyesuaian karena earning power tahun 19X0 dan current ratio tanggal 31 Desember 19X0 terpengaruh jika seandainya tidak diadjust.
C.    Unrecorded liability pada tanggal neraca tersebut tidak perlu diusulkan untuk dilakukan penyesuaian karena tidak mempunyai pengaruh terhadap current position dan earning power.
D.   Unrecorded liability sebesar Rp 20.000.000,00 pada tanggal neraca tersebut harus diusulkan untuk dilakukan penyesuaian karena meskipun current position tidak terpengaruh tetapi mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap earning power.

5.     Prosedur audit untuk menemukan adanya unrecorded liabilities adalah:
A.   Memeriksa daftar unrecorded liabilities; memeriksa transaksi-transaksi yang dicatat setelah tanggal neraca, mengirim konfirmasi kepada kreditur, memeriksa penjualan barang titipan (consignment), mempelajari peraturan perpajakan yang bersangkutan dengan usaha klien.
B.    Memeriksa penjualan barang titipan; mengirim konfirmasi ke bank; memeriksa transaksi-transaksi yang dicatat dalam buku voucher register, buku jurnal pengeluaran kas, atau check register serta buku jurnal umum setelah tanggal neraca; mempelajari peraturan pajak yang bersangkutan dengan usaha klien.
C.    Memeriksa notulen rapat direksi dan dewan komisaris, memeriksa kontrak-kontrak pembelian; wawancara dengan pengacara klien.
D.   Minta daftar unrecorded liabilities; lakukan vouching terhadap pendebitan dan pengkreditan terhadap unrecorded liabilities; kirimkan konfirmasi kepada kreditur dan selidiki saldo debit rekening unrecorded liabilities.




AUDIT SIKLUS GAJI DAN UPAH, PERSEDIAAN, DAN PRODUKSI

1.     Pengamatan terhadap perhitungan fisik persediaan bertujuan untuk:
A.   Menguji kebenaran perhitungan fisik persediaan yang telah dilaksanakan oleh klien.
B.    Membuktikan adanya persediaan yang tercantum dalam neraca.
C.    Memperoleh (bukti yang cukup kompeten) keyakinan apakah persediaan yang tercantum dalam neraca sesungguhnya secara fisik ada dan apakah kuantitas persediaan ditentukan dengan metode-metode yang cukup teliti dan dapat dipercaya serta apakah persediaan dalam keadaan dapat dijual atau dapat digunakan.
D.   Membuktikan cukup tidaknya struktur pengendalian intern terhadap persediaan.

2.     Di dalam melaksanakan pengamatan terhadap perhitungan fisik persediaan auditor melakukan:
A.   Perhitungan terhadap persediaan klien, baik yang disimpan di gudang maupun yang berada di gedung pihak luar.
B.    Pengujian terhadap hasil perhitungan fisik persediaan yang dilakukan oleh klien.
C.    Perhitungan fisik persediaan bersama-sama dengan klien.
D.   Test terhadap inventory pricing dan inventory count.

3.     Klien menggunakan metode masuk pertama, keluar pertama (FIFO) untuk sebagian persediaan dan menggunakan metode rata-rata tertimbang untuk persediannya yang lain, dalam keadaan demikian dapatkah akuntan publik memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian?
A.   Dapat, karena bagi akuntan publik yang terpenting adalah konsistensi penerapan metode. Jika metode yang digunakan tersebut konsisten dengan tahun sebelumnya auditor dapat memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian.
B.    Tidak dapat, karena menurut standar akuntansi keuangan, semua persediaan harus ditentukan harga pokoknya dengan metode yang sama dan harus konsisten penerapannya.
C.    Dapat, karena standar auditing (standar pekerjaan lapangan yang kedua) menentukan bahwa perusahaan dapat menggunakan inventory costing method yang berbeda-beda untuk setiap kelompok persediaan.
D.   Dapat, karena standar akuntansi tidak melarang digunakannya inventory costing method yang berbeda untuk berbagai kelompok persediaan yang dimiliki perusahaan.

4.     Bertitik tolak dari prosedur pengendalian yang baik, pembagian atau distribusi cek upah atau amplop upah kepada buruh-buruh yang berhak, yang paling baik dilakukan atau ditangani oleh:
A.   Bagian akuntansi.
B.    Bagian personalia.
C.    Bagian keuangan.
D.   Bagian pengawasan buruh.
E.    Bagian pencatatan waktu.

5.     Tidak termasuk bukti audit terhadap persediaan adalah:
A.   Faktur penjualan.
B.    Faktur pembelian.
C.    Order pembelian.
D.   Laporan penerimaan barang.



Audit Siklus Pendapatan dan Piutang

1. Prosedur audit untuk menentukan apakah saldo piutang dagang dapat ditagih atau tidak, dapat dilakukan dengan cara:
A. Membandingkan jumlah penghapusan piutang dagang dengan jumlah penjualan
B. Melakukan konfirmasi piutang dagang
C. Melakukan analisis terhadap daftar umur piutang
D. Membandingkan faktur penjualan konsumennya
E. Melakukan wawancara dengan bagian buku besar piutang

2. Kebenaran (validitas) piutang dagang tidak dapat diperiksa dengan cara:
A. Membandingkan faktur dengan konsumennya
B. Melakukan konfirmasi piutang bentuk positif
C. Mencocokkan rekening piutang dengan jurnal penjualan
D. Membandingkan pesanan penjualan dengan fakturnya
E. Mencocokkan kartu piutang dengan buku besarnya

3. Pengujian dengan cara memeriksa apakah setiap pesanan penjualan telah disetujui oleh bagian kredit bertujuan untuk:
A. Memeriksa ketelitian jumlah piutang
B. Menilai struktur pengendalian intern terhadao prosedur penjualan
C. Memeriksa kolektibilitas piutang
D. Memeriksa kebenaran jumlah penjualan kredit
E. Menentukan jumlah penghapusan piutang

4. Dalam rangka pemeriksaan terhadap pos retur dan rabat penjualan, pengujian analisis sebaiknya digunakan pada:
A. Awal pemeriksaan
B. Pertengahan pemeriksaan
C. Akhir pemeriksaan
D. Awal dan akhir pemeriksaan
E. Sepanjang pemeriksaan

5. Hasil pengujian terhadap struktur pengendalian intern piutang ternyata menunjukkan bahwa struktur tersebut dapat diandalkan, dan jumlah piutang per debitur relatif kecil - kecil. Bila auditor ingin mengadakan konfirmasi sebaiknya ia menggunakan jenis:
A. Konfirmasi positif
B. Konfirmasi negatif
C. Konfirmasi terbuka
D. Konfirmasi blangko
E. Zero confirmation