Tuesday, June 6, 2017

Teroti Akuntansi: Economic Consequences and Positive Accounting Theory

CHAPTER  8
ECONOMIC CONSEQUENCES AND POSITIVE ACCOUNTING THEORY

8.1 TINJAUAN
Economic Consequences adalah sebuah konsep yang menilai bahwa, lepas dari implikasi teori pasar sekuritas yang efisien, pilihan kebijakan akuntansi dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Pada dasarnya, esensi dari konsekuensi ekonomi adalah bahwa kebijakan akuntansi dan perubahan kebijakan akuntansi tersebut merupakan suatu yang penting. Yang utama hal tersebut penting bagi manajemen. Tetapi, bila hal tersebut penting bagi manajemen, kebijakan akuntansi juga penting bagi para investor yang memiliki perusahaan, karena manajer bisa saja mengubah operasi actual perusahaan mereka karena perubahan dalam kebijakan akuntansi.
Manajemen karena perannya dalam pelaporan keuangan yang sebagian besar diluar dari kerangka konseptual, kepentingan mereka harus dimasukkan ke dalam standar akuntansi melalui sebuah proses penyelesaian konflik. Dengan demikian, perlu bahwa akuntan memahami dan menghargai kepentingan manajemen dalam pelaporan keuangan, mengingat interaksi yang luas antara manajer, akuntan, dan auditor. Sebagai contoh, pembuatan standar untuk informasi yang dibutuhan investor dapat menciptakan bahaya bahwa biaya accounting disclosure akan diturunkan. Bahaya ini meningkat seiring dengan sifat baik informasi akuntansi umum, karena investor tidak langsung menanggung biaya pengungkapan. Mereka mungkin menuntut pembuatan standar pemberian informasi lebih dari yang diinginkan.
Penting untuk menunjukkan istilah, “kebijakan akuntansi”, mengacu kepada kebijakan akuntansi apapun, bukan hanya kebijakan yang mempengaruhi cash flow sebuah perusahaan. Misalnya bahwa sebuah perusahaan berubah dari declining – balance ke amortisasi straight – line. Hal ini tidak akan dengan sendirinya mempengaruhi cash flow perusahaan. Juga tidak aka nada dampak pada pajak income yang dibayarkan, karena otoritas pajak memiliki regulasi tunjangan biaya modal mereka sendiri. Namun kebijakan amortisasi baru tersebut tentu saja akan mempengaruhi net income yang dilaporkan. Maka, menurut doktrin konsekuensi ekonomi, perubahan kebijakan akuntansi itu penting, lepas dari kurangnya dampak pada cash flownya. Sesuai teori pasar yang efisien, perubahan tersebut tidak akan bermasalah meskipun pasar mungkin bertanya mengapa perusahaan mengubah kebijakan karena cash flow mendatang, sehingga nilai pasasr dari perusahaan, tidak secara langsung dipengaruhi.
Pemahaman konsep konsekuensi ekonomi dalam pemilihan kebijakan akuntansi merupakan hal penting karena beberapa alasan :
a.       Konsep itu sendiri merupakan hal yang menarik.
b.      Pendapat bahwa kebijakan akuntansi itu tidak penting, berlawanan dengan pengalaman akuntan. Sebagian besar akuntansi keuangan dikhususkan untuk diskusi dan perdebatan tentang kebijakan akuntansi yang harus digunakan dalam berbagai keadaan, dan banyak debat dan konflik atas penyajian laporan keuangan melibatkan pilihan kebijakan akuntansi. Konsekuensi ekonomi konsisten dengan pengalaman dunia nyata.
8.2 MUNCULNYA KONSEKUENSI EKONOMI
Salah satu catatan yang paling meyakinkan mengenai keberadaan konsekuensi ekonomi terdapat pada artikel yang ditulis oleh Stephen Zeff (1978) yang berjudul : “The Rise of Economic Consequences”. Zeff mendefinisikan konsekuensi ekonomi sebagai “dampak dari laporan keuangan terhadap perilaku pengambilan keputusan dari bisnis, pemerintahan dan kreditor”. Inti dari definisi ini adalah bahwa laporan akuntansi bisa mempengaruhi keputusan nyata yang dibuat oleh manager dan lainnya, bukan hanya mencerminkan hasil dari keputusan itu.
Zeff mendokumentasikan beberapa contoh di Amerika Serikat dimana bisnis, asosiasi industri dan pemerintah berusaha untuk mempengaruhi, atau telah mempengaruhi, atas standar akuntansi yang telah di tetapkan oleh Accounting Principles Board dan pendahulunya, Committee on Accounting Procedure.
“Intervensi pihak ketiga” ini, sangat memperumit pengaturan dari standar akuntansi. Jika kebijakan akuntansi tidak masalah, pilihan kebijakan tersebut akan ketat antara badan penetapan standard dan akuntan dan auditor yang tugasnya adalah untuk menerapkan standar tersebut. Kalau saja hanya pihak – pihak ini yang terlibat, model akuntansi tradisional yang didasarkan pada konsep terkenal seperti pencocokan biaya dan pendapatan, realisasi dan konservatisme dapat diterapkan dan tidak ada orang lain selain pihak yang terlibat akan peduli kebijakan khusus apa yang digunakan. Dengan kata lain, pilihan kebijakan akuntansi akan bersifat netral dalam dampaknya.
Sebagai contoh dari konsekuensi ekonomi, Zeff membahas upaya yang dilakukan oleh beberapa perusahaan AS untuk mengurangi laba yang dilaporkan dengan menerapkan replacement cost accounting selama 1947 – 1948, periode inflasi tinggi. Disini, konstituensi pihak ketiga yang ikut campur adalah manajemen, yang berpendapat berpihak pada amortisasi replacement cost untuk mendukung argumen untuk menurunkan pajak dan menurunkan kenaikan upah dan untuk melawan persepsi publik tentang kelebihan profitabilitas. Menurut pendapat Efficient Market, intervensi semacam itu tidak perlu karena perubahan kebijakan tersebut tidak akan mempengaruhi arus kas, dan pasar akan melihat melalui pendapatan bersih yang dilaporkan tinggi yang dihasilkan oleh amortisasi historical cost selama inflasi. Sehingga hal tersebut tidak perlu mengadopsi amortisasi replacement cost.
Selanjutkan Zeff menguraikan respon badan pengatur standar atas berbagai intervensi ini. Seperti yang dijelaskna pada bagian 1.12.5, satu tanggapannya adalah menyertakan pihak (konstituen) lain pada lembaga yang menetapkan standar itu sendiri. Serta penggunaan draft paparan dari usulan standar baru sebagai perangkat yang memungkinkan berbagai konstituen untuk mengomentari perubahan kebijakan akuntansi yang diusulkan.
Seperti yang dikatakan Zeff bahwa badan penetapan standar menghadapi dilema. Untuk mempertahankan kredibilitas dengan akuntan, mereka menetapkan kebijakan akuntansi sesuai dengan model akuntansi keuangan dan konsep tradisional : matching and realization. Namun, konsep berbasis biaya historis kadang menyebabkan pilihan kebijakan akuntansi yang unik sehingga memberikan kesempatan bagi berbagai konstituen lain untuk bertindak dan berdebat tentang kebijakan akuntansi mana yang mereka sukai. Singkatnya, badan penetapan standar harus beroperasi tidak hanya di domain teori akuntansi tapi juga di dalam domain politik. Mengacu pada “delicate balancing act” yaitu tanpa teori untuk memandu pilihan kebijakan akuntansi, kita harus menemukan beberapa cara untuk mencapai consensus tentang kebijakan akuntansi. Hal ini juga berarti adanya keterlibatan domain politik. Hal ini membuat studi tentang proses penetapan standard an teori akuntansi umum menjadi jauh lebih menantang dan menarik.
8.2.1  RANGKUMAN
Pilihan atas kebijakan akuntansi memiliki konsekuensi ekonomi bagi berbagai pihak pengguna laporan keuangan bahkan jika kebijakan ini tidak secara langsung mempengaruhi arus kas perusahaan. Selain itu pihak yang berbeda dapat memilih kebijakan akuntansi yang berbeda pula. Secara khusus, kebijakan yang disukai oleh manajemen mungkin bertentangan dengan kebutuhan atas informasi yang diperlukan bagi investor.
Konsekuensi ekonomi menyulitkan pengaturan dari standar akuntansi yang memerlukan keseimbangan antara pertimbangan dari segi akuntansi dan politik. Badan penetapan standar merespon hal tersebut dengan cara mengajak pihak lain pada rapat mereka dan dengan menerbitkan draft paparan yang memberikan semua pihak yang berkepentingan suatu kesempatan untuk memberikan pendapat atas standar yang diusulkan.
8.3 EMPLOYEE STOCK OPTIONS
Emplyee Stock Options Planning dapat didefinisikan sebagai program yang memberikan kesempatan untuk karyawan agar berhak memiliki saham pada perusahaan dimana karyawan tersebut bekerja (Rosen et al, 2005).
ESOPs merupakan suatu jenis program pensiun yang dirancang untuk menerima kontribusi perusahaan pada suatu pengelola dana(fund) yang akan melakukan investasi pada saham perusahaan untuk kepentingan karyawan (Freeman, 2007). Pendekatan ini memungkinkan seorang karyawan berhak memiliki saham dari perusahaan tempatnya bekerja. Pada teorinya, ESOP akan memotivasi karyawan dengan memberikan rasa kepemilikan atau kepentingan karyawan pada perusahaan. Pemberian sejumlah ekuitas pada internal perusahaan akan memacu karyawan dan atau manajer untuk berusaha meningkatkan harga saham dimasa yang akan datang karena dengan demikian karyawan dan manajer akan mendapat manfaat dari pemberian kompensasi berbasis saham.
Kegagalan untuk merekam beban understates biaya kompensasi perusahaan dan melebih-lebihkan laba bersih. Selain itu, kurangnya pendapatan komparabilitas di hasil perusahaan, karena perusahaan-perusahaan yang berbeda memiliki proporsi yang berbeda pilihan total paket kompensasi mereka. Masalah-masalah ini memburuk sebagai akibat dari peningkatan dramatis dalam penggunaan ESO kompensasi sejak tahun 1972, terutama untuk usaha kecil, start-up, perusahaan teknologi tinggi. Perusahaan-perusahaan ini sangat menyukai aspek-non-tunai yang membutuhkan dari ESOS dan dampak motivasi terhadap tenaga kerja, serta keuntungan yang dilaporkan lebih tinggi yang hasilnya dibandingkan dengan bentuk-bentuk kompensasi.
Dampak dari kepemilikan karyawan pada saham perusahaan dapat menimbulkan efek negatif maupun positif pada profitabilitas dan produktivitas karyawan pada perusahaan, hal ini tergantung pada latar belakang perusahaan mengambil keputusan ESOP. Dampak dari implementasi ESOP pada Leveraged dan non-Leveraged company pada cost of capital dari perusahaan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa implementasi ESOP pada perusahaan Leveraged dan Non-Leveraged di Amerika Serikat memiliki reputasi yang buruk karena dilihat dari tingginya tingkat bankruptcies dan berpengaruh terhadap value dari perusahaan yang mengadopsi ESOP (Ivanov & Zaima,  2011).
Pada awal 2000-an, skandal pelaporan keuangan seperti Enron dan WorldCom menyebabkan tekanan baru untuk biaya ESOS. Dalam retrospeksi, ini  nampaknya ada pemanipulasian harga saham perusahaan yang di lakukan oleh eksekutif senior, untuk meningkatkan nilai-nilai ESOS mereka. Salah satu taktik ini adalah angkat dan buang, dimana para manajer akan mengambil tindakan untuk meningkatkan nilai saham sesaat sebelum saham tersebut di lepaskan, kemudian menjual saham sebelum harga saham jatuh kembali (kadang-kadang dengan cara untuk menyamarkan transaksi) dan mungkin, menginvestasikan dana dengan risiko yang kurang.
Bartov dan Mohanram (2004) mengambil sampel dari 1.218 perusahaan AS dengan pemilikan ESO terbesar oleh eksekutif senior, sepanjang tahun  l992-2001. Mereka menemukan penurunan yang signifikan dalam rata-rata harga saham yang abnormal dan pendapatan dalam dua tahun terakhir dalam penerapan tersebut, relatif terhadap sampel kontrol perusahaan yang sama tanpa penerapan  ESO besar. Mereka juga menunjukkan bukti akrual peningkatan pendapatan yang tidak normal  dalam dua tahun terakhir sebelum pelepasan saham. Para penulis menyimpulkan bahwa manajer senior dalam sampel uji ini, mereka menyadari profitabilitas yang buruk, dan mereka meningkatkan laba dan harga saham untuk memanipulasi kesadaran pasar akan adanya kecurangan tersebut. Mereka kemudian menjual ESOS mereka dan mungkin, melepaskan saham yang diakuisisi secepatnya sehingga dapat memaksimalkan penerimaan kas mereka. Pendapatan yang lebih rendah dan harga saham dalam dua tahun setelah penjualan saham didorong oleh pembalikan akrual sebelum dan kesadaran pasar yang terlambat tentang menurunnya profitabilitas.
Strategi lain dilaporkan oleh aboody dan Kasznik (2000) (AK), yang mempelajari praktek rilis infomation CEO sekitar tanggal hibah ESO . Mereka melaporkan bukti bahwa CEO dari perusahaan dengan tanggal hibah dijadwalkan (sehingga CEO tahu kapan penghargaan ESO diadakan)  taktik yang digunakan (misalnya, pengumuman awal berita buruk tapi tidak dari kabar baik) untuk menurunkan harga saham, dan dengan demikian harga pelaksanaan ESO  yang mengarah ke tanggal penghargaan. Mereka juga melaporkan taktik untuk mengelola pendapatan atas setelah penghargaan (misalnya, mempengaruhi perkiraan laba analis).
Efek penggabungan dari pelanggaran yang diuraikan di atas, ditambah peningkatan kemampuan akuntan untuk  model kompleksitas seperti pelepasan awal,  diaktifkan pembuat standar untuk mengatasi oposisi. SFAS 123R, efektif pada tahun 2005 (sekarang ASC 718-10-30), membutuhkan membebankan dari ex ante ESO biaya, seperti halnya IFRS 2 dari IASB. standar ini diterapkan meskipun dengan konsekuensi banyak manager ekonomi akan mendapatkan peningkatan  dan masalah keandalan yang sama dengan yang diungkapkan di atas draft 1993 eksposur.
Seperti yang diharapkan, pembebanan konsekuensi ekonomi dari ESO telah sangat mengurangi penggunaan ESOS sebagai perangkat kompensasi. Sebagai contoh, The Economist (2006) mengutip estimasi suatu investasi bankir bahwa nilai wajar opsi yang diberikan oleh 500 perusahaan AS turun dari $ 104.000.000.000 pada tahun 2000 menjadi $ 30 miliar pada 2005.
Sementara dalam hal ini para pembuat standar akhirnya "berhasil," kita dapat menyimpulkan bahwa accouting untuk ESOS adalah ilustrasi utama argumen Zeff bahwa intervensi pihak ketiga sangat mempersulit pengaturan standar akuntansi. Intensitas manajemen konsekuensi ekonomi,argumen yang sangat penting dicatat bahwa ESO secara tidak langsung mempengaruhi arus kas operasi.

8.4 HUBUNGAN TEORI EFEK PASAR EFISIEN DAN KONSEKUENSI EKONOMI
Pada titik ini, kita mungkin memiliki anomali lain. Efisien teori pasar sekuritas memprediksi reaksi harga terhadap perubahan kebijakan akuntansi yang tidak berdampak profitabilitas dan arus kas yang mendasarinya. Jika tidak ada reaksi harga surat berharga (menyiratkan tidak ada perubahan dalam biaya perusahaan modal), tidak jelas mengapa manajemen dan regulator harus sangat peduli tentang kebijakan akuntansi yang digunakan perusahaan. Dengan kata lain, pasar yang efisien harus menyiratkan pentingnya pengungkapan penuh, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi. Namun, setelah pengungkapan penuh kebijakan akuntansi dibuat, pasar akan menafsirkan nilai surat berharga perusahaan dalam terang kebijakan yang digunakan dan tidak akan tertipu oleh variasi dalam laba bersih yang dilaporkan yang timbul semata-mata dari perbedaan kebijakan akuntansi.
Menurut  Stephen Zeff (1978) dalam artikelnya yang berjudul The Rise Of Economic Cosequences mendefinisikan konsekuensi ekonomi sebagai “dampak dari pelaporan akuntansi pada kebiasaan pembuatan keputusan dalam bisnis,pemerintah dan kreditur”. Esensi dari defenisi tersebut adalah pelaporan akuntansi bisa mempengaruhi keputusan sesungguhnya yang dibuat oleh manajer dan lainnya, dibandingkan dengan hanya merefleksikan hasil dari keputusan-keputusan tersebut
Namun, di area yang penting mengenai pilihan kebijakan akuntansi, yaitu akuntansi ESOS, kita telah melihat bahwa konstituen manajemen memang bereaksi terhadap perubahan kertas kebijakan akuntansi. Kekuatan reaksi manajemen tampaknya sangat mengejutkan, bahkan melibatkan banding ke otoritas pemerintah untuk campur tangan atas namanya. Berbagai reaksi dirangkum dalam konsep konsekuensi ekonomi. Artinya, akuntansi pilihan kebijakan dapat masalah bahkan tanpa adanya efek arus kas.
Ada hubungan antara teori pasar efisiensi dengan konsekuensi ekonomi. Hal ini menunjukkan adanya anomali dari teori pasar efisien bahwa pasar tidak akan bereaksi harga sahamnya selama informasi yang tersaji tidak mempengaruhi aliran kas. Konsep konsekuensi ekonomi berkaitan dengan: a) masalah kepemilikan, b) kebijaksanaan akuntansi tidak bertentangan dengan pengalaman akuntan, dan c) konsekuensi ekonomi menimbulkan pertanyaan “mengapa’ berbeda. Teori pasar efisien mengimplikasikan pentingnya full disclosure, termasuk pengungkapan dari kebijakan akuntansi. Bagaimanapun juga, ketika full disclosure dari kebijakan akuntansi dibuat , pasar akan menginterpresentasikan nilai sekuritas perusahaan dalam hal kebijakan yang digunakan dan tidak akan ditipu oleh variasi dalam pelaporan net income yang timbul dari perbedaan dalam kebijakan akuntansi.
Dalam tiga area penting dalam pilihan kebijakan akuntasi, kita melihat bahwa ketiga unsur utama dari pengguna laporan keuangan – manajemen, pemerintah dan investor – telah bereaksi pada perubahan kebijakan akuntansi. Kekuatan reaksi manajemen terlihat mengejutkan bahkan ketika melibatkan daya tarik otoritas pemerintah untuk mengintervensi atas namanya. Reaksi yang beragam dirangkum dalam konsep konsekuensi ekonomi, dimana pilihan kebijakan akuntansi bisa menjadi penting walaupun efek cash flow tidak hadir. 
Dampak Politik dan Konsekuensi Ekonomi Dalam Pembentukan Suatu Standar-Standar dibentuk untuk mengurangi moral hazard yaitu manajemen berusaha untuk overstated (aset dan revenue) dan understated (liability dan cost) walaupun pada akhirnya juga muncul moral hazard yang lain yaitu proses politik. Pembentukan standar sebagai proses politik mempengaruhi pemerintah, sektor publik, dan sektor privat. Standar yang dibentuk digunakan untuk pengungkapan (disclosure). Standar yang dibentuk dibentuk selalu berkaitan dengan dengan konsekuensi ekonomi yang berkaitan dengan kos keagenan (berapa banyak pihak yang dilukai atau dengan kata lain berapa banyak kos yang dikeluarkan dengan adanya standar baru dan respon pasar yang berkaitan dengan public goods (tidak ada nilainya free raider) dan economic goods (barang ekonomi bernilai sehingga perlu usaha untuk mendapatkan agareconomic good maka laporan keuangan tidak ada kebocoran informasi sehingga standar harus ditetapkan dan pembuatannya diserahkan kepada pasar.
Dengan demikian, kebijakan akuntansi memiliki potensi untuk mempengaruhi keputusan manajemen nyata, termasuk keputusan untuk campur tangan, baik untuk atau terhadap standar akuntansi yang diusulkan.

8.5  THE POSITIVE THEORY OF ACCOUNTING (TEORI AKUNTANSI POSITIF)
8.5.1    Outline of Positive Accounting Theory
Teori akuntansi positif merupakan teori yang memprediksi tindakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dan bagaimana manajer akan merespon kebijakan akuntansi baru yang diusulkan (Scott, 2012).
Teori akuntansi positif melihat bahwa perusahaan mengatur dirinya dengan cara yang sangat efektif sehingga perusahaan dapat memaksimalkan peluang untuk bertahan. Beberapa perusahaan lebih desentralisasi dibanding yang lainnya; beberapa perusahaan memilih melakukan seluruh aktivitas operasionalnya sendiri dibanding menggunakan jasa outsource untuk menggantikannya, atau dalam hal pembianyaan (financing) lebih mengandalkan utang dibanding cara pembiayaan yang lain.
Dalam suatu hubungan kontrak (nexus of contacts), baik kontrak dengan pegawai (termasuk manajer), pemasok (supplier), dan penyedia modal (capital providers) organisasi/perusahaan akan selalu meminimalkan biaya kontrak (contracting costs), biaya kontrak meliputi biaya negoisasi, biaya yang muncul dari moral hazarddan monitoring kinerja kontrak, biaya untuk kemungkinan renegoisasi atau pelanggaran kontrak, dll. Kontrak dengan biaya kontrak terendah disebut kontrak yang efisien (efficient contracts).
Banyak kontrak melibatkan variabel akuntansi. Promosi dan remunerasi karyawan yang berdasarkan kinerja akuntansi yang diukur dengan laba bersih (net income). Kontrak dengan pemasok (suppliers) yang berdasarkan variabel likuiditas dan pembiayaan. Pemberi pinjaman (lenders) mensyaratkan perusahaan tetap menjaga rasio keuangan seperti debt to equity atau times interest earned.
Teori akuntansi positif beranggapan bahwa managers are rationaldan akan memilih kebijakan akuntansi yang terbaik untuk kepentingannya. Maka itu manajer memaksimalkan kepuasan pribadi. Manajer tidak menganggap memaksimalkan laba perusahaan adalah hal yang sederhana, manajer hanya akan memaksimalkan laba perusahaan jika mereka merasa berkaitan dengan kepentingan mereka. Contoh, manajer perusahaan yang kontrak remunerasinya berdasarkanpada net income mungkin memilih kebijakan akuntansi yang cenderung meratakan laba untuk memenuhi kepuasaan pribadinya yaitu mendapatkan bonus. Contoh di atas adalah bentuk opportunistic behaviour. Opportunistic behaviour adalah perilaku yang memanfaatkan peluang yang tersedia.
                    Apakah teori normatif memiliki kemampuan prediksi yang baik tergantung pada sejauh mana individu membuat keputusan dengan didasari teori-teori yang menjelaskan hal tersebut. Teori normatif dan positif saling berkaitan, dimana teori positif membantu agar prediksi normatif tetap pada jalurnya dan dampaknya kedua teori ini saling melengkapi satu sama lain.
8.5.2        The Three Hypotheses of Positive Accounting Theory
Teori akuntansi positif diformulasikan menjadi tiga hipotesis oleh Watt & Zimmerman (1990). Bentuk oportunistik membuat manajer memilih kebijakan akuntansi untuk kepentingannya pribadi, bukan untuk kepentingan perusahaan. Ketiga hipotesis tersebut adalah Bonus Plan Hypothesis, Debt Covenant Hypotesis, dan Political Cost Hypotesis:
1)      The Bonus Plan Hypothesis
Hipotesis ini menyatakan bahwa dalam ceteris paribus, manajer perusahaan dengan bonus plan yang didasarkan pada laba yang dicapai akan lebih memilih kebijakan akuntansi dengan menggeser pelaporan laba dari periode yang akan datang ke periode berjalan. Manajer perusahaan yang ingin remunerasi atau bonus tinggi akan melaporkan laba periode berjalan setinggi-tingginya. Perlu diperhatikan jika manajer mengindari risiko maka mereka lebih kebijakan akuntansi perataan laba (income smoothing).
2)      The Debt Covenant Hypothesis
Dalam ceteris paribus,manajer perusahaan dengan debt covenant lebih memilih kebijakan akuntansi dengan menggeser pelaporan laba dari periode yang akan datang ke periode berjalan. Alasannya adalah pelaporan kenaikan laba akan mengurangi kemungkinan gagal bayar (technical default). Sebagian besar perjanjian utang berisikan perjanjian yang harus dipenuhi oleh peminjam selama masa perjanjian. Sebagai contoh, perusahaan yang berutang harus mempertahankan level debt to equity, interest coverage, working capital, dan/atau shareholders’ equity. Jika perjanjian dilanggar akan ada pinalti atau penarikan dana dari kreditur. Makin tinggi rasio utang/ekuitas perusahaan, makin besar kemungkinan bagi manajer untuk memilih metode akuntansi yang dapat menaikkan laba untuk menghindari pelanggaran perjanjian utang di periode yang akan datang.
3)      The Political Cost Hypothesis
Hipotesis ini menyatakan bahwa “larger firms rather than small firms are more likely to use accounting choices that reduce reported profits.” Dalam ceteris paribus,semakin besar sebuah perusahaan atau perusahaan-perusahaan pada industri tertentu, maka semakin besar political cost karena perusahaan besar secara politis akan mendapat perhatian lebih besar dari institusi pemerintah dibandingkan dengan perusahaan kecil. Biaya politik muncul dikarenakan profitabilitas perusahaan yang tinggi dapat menarik perhatian media dan konsumen. Apabila perusahaan-perusahaan ini melaporkan profitabilitas yang tinggi, dapat menimbulkan kebijakan pemerintah baru yang akan mengurangi profitabilitas perusahaan (misalnya kebijakan perpajakan). Hal ini mendorong manajer perusahaan akan memilih metode akuntansi yang menangguhkan laba yang dilaporkan dari periode sekarang ke periode masa depan sehingga dapat memperkecil laba yang dilaporkan (income decreasing).
Hipotesis-hipotesis di atas menjelaskan perilaku manajer sehubungan dengan pemilihan kebijakan akuntansi, yaitu apakah manajer akan menerapkan kebijakan yang konservatif atau cenderung liberal, tergantung nilai pelaporan laba yang diinginkan.The Bonus Plan Hypothesis memprediksi bahwa manajer perusahaan yang menerapkan kebijakan bonus (bonus plans) akan memilih kebijakan akuntansi yang lebih konservatif dibandingkan dengan manajer perusahaan tanpa kebijakan bonus (bonus plans). The debt covenant hypothesismemprediksi manajer perusahaan dengan level debt to equityyang tinggi akan memilih kebijakan akuntansi yang konservatif dibandingkan dengan manajer perusahaan dengan level debt to equityyang rendah. The political cost hypothesismemprediksi manajer perusahaan besar akan memilih kebijakan akuntansi yang lebih konservatif dibandingkan manajer perusahaan yang lebih kecil.


8.5.3. Kontrak yang efisien dan Akuntansi Konservatif
Akuntansi konservatif dapat menyebabkan efisiensi kontrak dan pengawasan,sebagaimana dinyatakanWatt (2003).Hipotesis perjanjian utang ini dijelaskan sebagai berikut.Pemberihutang(debtholder)sangat khawatir terhadap penurunan nilai perusahaan, Akuntansi konservatif, melalui pengakuan tepat waktu terhadap kerugian, mengurangi kekhawatiran ini. Sebagai contoh, orang konservatif mengurangi kemungkinan bahwa perusahaan akan melakukan pembayaran dividen yang berlebihan, dengan memperkenalkan bias terus-menerus terhadappenurunan saldo laba. Selain itu, akuntansi konservatif meningkatkan perlindungan yang diberikan oleh perjanjian utang.Untuk menggambarkan, misalkan kontrak utang termasuk perjanjian dimana perusahaan harus mempertahankan tingkat kekayaan bersih tertentu, jika tidak ada keharusan tersebut dividen dapat dibayar.Karena akuntansi konservatif menurunkan kekayaan bersih, perusahaan harus mempertahankan aset bersih secara riil untuk menghindari pelanggaran perjanjian, meningkatkan keamanandebtholders.Selain itu, jika perusahaan mengalami kesulitan keuangan, akuntansi konservatif memungkinkan debtholders untuk mengetahui lebih cepat.Mereka kemudian lebih mampu mengambil langkah-langkah untuk melindungi kepentingan mereka.Peningkatan keamanan ini memungkinkan perusahaan untuk menerbitkan utang pada tingkat bunga yang lebih rendah daripada sebaliknya.Bukti bahwa konservatisme mengarah ke kontrak utang yang lebih efisien dilaporkan oleh Ahmed, Billings, Harris, dan Morton (2000) Zhang (2008); dan Wittenberg-Moerman (2008).
Namun, Beatty, Weber dan Yu (2008) melaporkan bukti empiris bahwa perusahaan dengan ketentuan kenaikan (escalator) pendapatan dalam perjanjian utang mereka lebih cenderung untuk memilih kebijakan akuntansi yang konservatif. Klausul pertambahan  pendapatandalam perjanjian menaikkanlevel kekayaan bersihbahwa perusahaan diwajibkan untuk memelihara kenaikan kekayaan bersih dengan persentase laba bersih (misalnya, 50%). Klausa tersebut mendorong akuntansi konservatif karena jika perusahaan itu menerapkan kebijakan memaksimalkan pendapatan, sebaliknya, klausa eskalator akan meningkatkan tingkat kekayaan bersih perjanjian di atas dari penerapan yang lebih konservatif. Arti penting dari temuan ini adalah bahwa upaya melindungi aset dan menghindari sejak dini dari marabahaya bisa dilakukan dengan beberapa cara untuk meningkatkan kepercayaan debtholder. Desain perjanjian yang pintar lebih lanjut dapat mengurangi kekhawatiran debtholder.
Pertanyaan lebih lanjut tentang akuntansi konservatif dalam kontrak utang diangkat  oleh Gigler, Kanodia, Sapra dan Venugopalan (2009). Mereka menunjukkan bahwa sementara akuntansi konservatif mungkin menurunkan suku bunga utang, ia membawa biaya, karena sifatnya, konservatisme meningkatkan kemungkinan pelanggaran perjanjian bila tidak ada jaminan keadaan perekonomian Negara dari perusahaan tersebut. Mereka menunjukkan dalam kondisi di mana biaya ini melebihi manfaat, dalam hal ini akuntansi konservatif justru menurunkan efisiensi perjanjian hutang.
Akhirnya, sampai-sampai debtholders membeli credit default swap (CDS, permintaan mereka untuk menerapkan akuntansi konservatif dapat berkurang, karena CDS memberikan alternatif sumber perlindungan bagi investasi mereka.
Kami menyimpulkan bahwa sejauh mana konservatisme dapat meningkatkan efisiensi kontrak utang belum jelas sampai saat ini.

8.5.4 Penelitian Empiris PAT

Bagian ini membahas sejumlah besar penelitian empiris mengenai Positive Accounting Theory  (PAT) yang telah dihasilkan.
Healy (1985) menemukan bukti mengenai hipotesis rencana bonus.Ia menemukan bahwa manajer perusahaan dengan rencana bonus, berdasarkan laporan laba bersih, manager menerapkan kebijakan akrual secara sistematis untuk memaksimalkan bonus yang mereka harapkan.
Dichev dan Skinner (2002) (DS) meneliti hipotesis perjanjian hutang.Mereka berkonsentrasi pada perjanjian dengan perjanjian berdasarkan pemeliharaan rasio lancar tertentu atau pada pemeliharaan jumlah kekayaan bersih tertentu.
DS menemukan bahwa jumlah quartal dengan nol atau slack sedikit positif secara signifikan lebih besar dari yang diharapkan jika perusahaan tidak mengelola rasio perjanjian mereka. Juga jumlah kuartal dimana slack sedikit negatif secara signifikan kurang dari yang diharapkan. Hasil ini konsisten dengan hipotesis perjanjian hutang yang menunjukkan bahwa manajer memilih kebijakan akuntansi untuk mempertahankan rasio perjanjian mereka sehingga dapat memenuhi atau melebihi level yang dibutuhkan.
Kecenderungan untuk mempertahankan nol atau slack positif sangat kuat pada kuartal menjelang dan termasuk pada pelanggaran perjanjian yang pertama. DS menunjukkan bahwa biaya pelanggaran awal lebih tinggi daripada untuk pelanggaran berikutnya, karena pemberi pinjaman cepat akan mengambil tindakan untuk melindungi kepentingannya, dan banyak kehancuran manajer dan reputasi perusahaan terjadi ketika pelanggaran pertama terjadi. Konsisten dengan biaya-biaya yang lebih tinggi, jelas menunjukkan bahwa manajer bekerja sangat keras untuk mengelola rasio perjanjian sehingga untuk menghindari pelanggaran awal. Temuan ini mendukung asumsi PAT bahwa manajer rational- diharapkan manajer untuk bekerja lebih keras ketika biaya kegagalan yang lebih tinggi.
Sehubungan dengan hipotesis biaya politik, Jones (1991) mempelajari tindakan yang perusahaan keitia ada kebijakan impor yang mengakibatkan perusahaan mengalami persaingan tekanan bisnis
Akibatnya, perusahaan yang terkena dampak memiliki insentif untuk memilih kebijakan akuntansi untuk menurunkan laba bersih yang dilaporkan bahkan lebih, sehingga akan mendukung kasus mereka. Tentu saja, insentif ini akan diketahui ITC, politisi, dan masyarakat. Namun, seperti Jones menunjukkan, konstituen tersebut mungkin tidak memiliki motivasi untuk menyesuaikan dengan memanipulasi penurunan pendapatan. Sebagai contoh, efek harga yang lebih tinggi diikuti dengan pemberian bantuan mungkin tidak cukup  besar untuk melobi pelanggan.
Sebuah cara yang efektif untuk mengurangi pendapatan dilaporkan yang sulit untuk mendeteksinya adalah dengan memanipulasi kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan akrual. Misalnya sebuah perusahaan dapat meningkatkan biaya amortisasi, mungkin mencatat kewajiban yang lebih besar untuk jaminan produk, kontinjensi, dan rabat, dan dapat mencatat piutang tak tertagih yang lebih besar dan keusangan persediaan.Ini disebut kebijakan akrual.
Jones memeriksa apakah perusahaan menggunakan akrual diskresioner untuk menurunkan laba yang dilaporkan. Dia mengumpulkan sampel dari 23 perusahaan dari lima industri yang terlibat dalam enam penyelidikan bantuan impor oleh ITC selama periode 1980-1985 inklusif.
Sangat mudah untuk menentukan total akrual perusahaan untuk tahun tersebut. Salah satu pendekatan adalah untuk mengambil perbedaan antara arus kas operasi dan laba bersih.Akrual diinterpretasikan cukup luas di sini, pengaruh bersih dari semua peristiwa operasi yang tercatat selama satu tahun selain arus kas.Perubahan piutang dan hutang adalah akrual, seperti perubahan dalam persediaan.Beban amortisasi adalah akrual negatif, adalah sebagian dari biaya aset modal yang dihapuskan pada tahun ini.Jones menggunakan pendekatan alternatif, mengambil perubahan modal kerja non-kas untuk tahun dari neraca komparatif, ditambah beban amortisasi, sebagai ukuran total akrual.
Namun memisahkan total akrual diskresioner dan komponen non-discretionary merupakan sebuah tantangan besar. Hal ini karena akrual non-discretionary berkorelasi dengan tingkat aktivitas bisnis.Sebagai contoh, jika suatu perusahaan menderita persaingan asing, mungkin memiliki piutang yang lebih rendah, mungkin harus menunda pembayaran kewajiban lancar, dan hal itu mungkin harus menghapuskan sejumlah besar persediaan perputarannya lambat.Ini adalah akrual negatif, tetapi mereka tidak dapat dianggap sebagai kebijaksanaan. Bagaimana peneliti, yang tidak memiliki akses ke catatan perusahaan dan sehingga harus bekerja dari laporan-laporan keuangan, memisahkan dari total akrual untuk mendapatkan komponen diskresioner?
Pendekatan Jones pada masalah ini adalah untuk memperkirakan persamaan regresi berikut ini untuk tiap perusahaan j dalam sampelnya, selama periode awal sampai pada tahun penyelidikan ITC.
TAjt = αj + β1jΔREVjt + β2jPPEjt + εjt
dimana:
T
Ajt        =             total akrualuntuk perusahaanjpada tahunt
ΔREVjt  =             pendapatanuntuk perusahaanjpada tahuntkurang pendapatanuntuk tahunt-1
PPEjt     =             grossproperty, pabrik, dan peralatanpada tahuntuntuk perusahaanj
εjt           =             istilahresidualyang menangkapsemuadampakpadaTAjtselain yangdariΔREVjtdanPPEjt.
Tujuan dari ΔREVjt adalah untuk mengkontrol akrual non-discretionary dari asset pada tahun berjalan dan kewajiban, dengan dasar bahwa hal ini bergantung pada aktifitas bisnis yang yang diukur melalui penerimaan.Juga PPEjt mengkontrol komponen non-discretionary dari depresiasi beban yang didasarkan pada investasi perusahaan pada asset modal. Dengan model regresi ini memperkirakan tiap-tiap perusahaan sampel, Jones menggunakannya untuk memprediksi akrual non-discretionary selama tahun-tahun penelitian ITC, yaitu

Ujp= TAjp – (αj+ β1jΔREVjp + β2jPPEjp)
Dimana p adalah tahun penelitian, TAjp adalah total akrual perusahaan j untuk tahun berjalan, dan kuantitas yang berada dalam kurung adalah non-disretionary yang diprediksi untuk tahun berjalan dari model regresi. Istilah Ujp adalah untuk menerangkan akrual discretionary untuk tahun p pada perusahaan j. Hipotesis biaya politik memprediksikan bahwa Ujp akan menjadi negatif sehingga perusahaan yang menggunakan akrual discretionary untuk memaksa turun pendapatan bersih yang dilaporkan.  Jones menemukan bukti dari prediksi tingkah laku.Hampir semua perusahaan yang terdapat pada sampel, akrual discretionary seperti yang diperhitungkan dengan menggunakan persamaan adalah negatif secara signifikan pada tahun-tahun penelitian ITC.Akrual yang negatif tidak ditemukan pada tahun-tahun sebelum penelitian ITC maupun sesudahnya.Hasil ini, walaupun tidak sekuat yang diharapkan, menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan yang terkena imbasnya secara sistematis memilih kebijakan akrual untuk meningkatkan/memperbaiki kasus mereka dalam perlindungan impor, konsisten dengan hipotesis biaya politik.


8.5.5 Membedakan kontrak versi yang oportunis dan efisien dari PAT
Tiga hipotesis PAT telah disebutkan di atas dalam bentuk oportunistik, yakni, mereka mengasumsikan bahwa manajer memilih kebijakan akunting untuk memaksimalkan kegunaan yang diharapkan oleh mereka sendiri yang relatif terhadap renumerasi dan kontrak hutang serta biaya politik mereka. Seperti yang telah disebutkan, hipotesa ini juga dapat dinyatakan dalam bentuk efisiensi, dalam asumsi bahwa kontrak kompensasi dan system control internal dan, lebih umumnya, kepemerintahan perusahaan yang baik, membatasi oportunisme dan memotivasi manajer untuk memilih kebijakan akunting untuk mengontrol biaya kontrak, oleh karenanya menyesuaikan kepentingan firma dan pemegang sahamnya.
Seringkali, dua bentuk PAT ini membuat prediksi yang serupa. Contohnya, dari hipotesa perencanaan bonus manajer sebuah firma yang sedang berkembang mungkin memilih amortisasi garis lurus daripada saldo menurun karena hal tersebut secara oportunis meningkatkan renumerasi. Namun, kebijakan yang sama ini dapat dipilih dalam hipotesa bonus untuk alasan efisiensi. Misalnya amortisasi garis lurus paling baik mengukur biaya kesempatan firma untuk menggunakan asset modalnya. Kemudian, amortisasi garis lurus menyebabkan pendapatan yang dilaporkan yang mengukur kinerja manajer dengan lebih baik. Sebagai hasilnya, kebijakan ini secara efisien akan memotivasi manajer (yang awal tujuannya adalah bonus) relatif terhadap kebijakan amortisasi lain yang memungkinkan.
Akibatnya, sulit untuk mengatakan apakah pilihan kebijakan akunting firma yang diobservasi dikendalikan oleh oportunisme atau efisiensi. Namun, tanpa mampu untuk membedakan kemungkinan-kemungkinan ini, sulit dikatakan bahwa kita memahami proses pemilihan kebijakan akunting.
Penelitian PAT menyelidiki masalah ini. Serta, Christie dan Zimmerman (1994) menginvestigasi tingkat pilihan akunting yang meningkatkan pemasukan dalam firma sampel yang telah menjadi target pengambilalihan Alasan mereka adalah bahwa jika pilihan kebijakan akunting oportunistik dilakukan, hal ini menjadi yang paling banyak terjadi dalam firma yang pada akhirnya diambilalih, karena manajer yang ada berjuang untuk menangkis tawaran pengambilalihan dengan memaksimalkan laporan pendapatan bersih dan posisi finansial. Penelitian Dechow (1994) juga berkaitan dengan dua versi PAT. Dia berpendapat bahwa jika akrual secara besar merupakan hasil dari manipulasi oportunistik dari pendapatan yang dilaporkan, pasar akan menolak mereka demi arus kas, dimana arus kas harus lebih berkaitan dengan pengembalian saham daripada pendapatan bersih. Lain halnya, jika akrual mencerminkan kontrak yang efisien, pendapatan bersih harus lebih berkaitan dengan pengembalian saham daripada arus kas. Uji empirisnya menemukan bahwa pendapatan bersih lebih berkaitan dengan pengembalian saham daripada arus kas.
Studi Dichev dan Skinner (2002), yang ditegaskan di atas, juga memberikan bukti bahwa versi kontrak efisien dari PAT bersifat operatif. Mereka menghitung variabilitas terhadap waktu dari rasio perjanjian tiap firma. lebih banyak variable rasio, maka lebih besar kemungkinan dari pelanggaran perjanjian pada waktu tertentu dalam jangka waktu perjanjian hutang, serta hal lain yang setara. Contohnya, asio saat ini akan lebih variable dalam nilai akunting saat ini untuk inventaris yang berada dalam akunting biaya historis, dengan hasil bahwa kemungkinan rasio jatuh di bawah tingkat perjanjian meningkat. DS menemukan bahwa, rata-rata, lebih besar variabilitas rasio perjanjian, maka lebih besar kelalaian pada awal seiring dengan kemungkinan pelanggaran meningkat, mungkin menetapkan tingkat bunga yang sedikit lebih tinggi untuk dikompensasikan.
Guay (1999) mempelajari kegiatan derivative dari firma dalam tahun dimana mereka mulai mempergunakannya. Dia berpendapat bahwa kontrak kompensasi yang efisien akan mendorong manajer untuk mengurangi resiko harga yang specific terhadap firma (contohnya perusahaan minyak dan gas membatasi resiko harga dari produksi tahun depan), karena penurunan resiko ini mendorong (menghindari resiko) manajer untuk mengambil resiko yang spesifik firma lain yang berada dalam kepentingan pemegang saham, seperti penelitian dan pengembangan, eksplorasi dan investasi baru, melindungi nilai resiko harga memastikan keseimbangan kas untuk membiayai keputusan tersebut.
Namun, contoh yang berlawanan untuk kontrak efisien diberikan oleh Hope dan Thomas (2008). Mereka meneliti sebuah sampel dari firma multinasional yang melapor di bawah SFAS 131. Standar ini,berlaku pada tahun 1997, mewajibkan firma untuk melaporkan informasi suplementer tentang berbagai operasi domestic dan asingnya. Sebelum SFAS 131, firma diwajibkan untuk melaporkan penjualan, endapatan dan asset total berdasarkan pada wilayah geografis. Dalam SFAS 131, pelaporan pendapatan berdasarkan wilayah geografis dibuat secara sukarela. Namun, pendapatan asing harus dilaporkan.. Seperti yang telah ditunjukkan oleh Hope dan Thomas, hasil ini menekankan peran penting dari pengungkapan penh dalam mencapai kontrak yang efisien. Ketika pendapatan asing yang diungkapkan secara penuh berdasarkan wilayah geografis lebih tenang, terlihat bahwa para manajer mengeksploitasi kemampuan investor yang menurun untuk memonitor kinerja mereka dengan bertindak secara oportunis.
Namun, baru-baru ini, Armstrong, Jagolinzer, dan LArcker (2010) (AJL) melaporkan bukti yang konsisten terhadap kontrak efisien. Mereka memeriksa sampel yang besar dari firma pada periode 2001-2005 untuk bukti perilaku oportunistik, seperti yang diindikasikan oleh laporan keuangan, tuntutan, dan investigasi SEC.
Untuk tiap firma sampel, AJL mengestimasikan godaan CEO nya untuk bertindak secara oportunistik dengan “portofolio delta” mereka, yakni dengan perubahan nilai saham perusahaan yang mereka pegang dan pilihan yang mengakibatkan selisih harga $1 untuk harga saham perusahaan. Portofolio delta yang lebih tinggi menunjukkan bahwa manajer lebih mendapatkan keuntungan dari perilaku oportunistik yang dirancang untuk meningkatkan harga saham.
Maka pertanyaannya adalah, apakah portofolio delta yang tinggi menyebabkan CEO—rata-rata—terlibat dalam perilaku yang lebih oportunistik (seperti yang diindikasikan oleh laporan laporan keuangan, dsb) daripada CEO firma serupa yang memiliki portofolio delta lebih rendah? AJL tidak menemukan bukti perilaku tersebut. Seperti yang mereka tunjukkan, hal ini menunjukkan bahwa firma mampu menjajarkan kepentingan CEO dan pemegang saham. Yakni, versi kontrak efisien PAT didukung.
8.6 KESIMPULAN KONSEKUENSI EKONOMI DAN TEORI AKUNTANSI POSITIF
PAT berusaha untuk memahami dan memprediksi pilihan kebijakan akuntansi. PAda tingkat yang paling umum, PAT menunjukkan bahwa pilihan kebijakan akunting merupakan bagian dari kebutuhan keseluruhan perusahaan untuk meminimalisir biaya modal dan biaya kontrak lainnya. Keijakan akuntansi yang melakukan hal ini sebagian besar ditentukan oleh struktur organisasional firma, yang sebagai gantinya ditentukan oleh lingkungannya. Oleh karenanya, pilihan kebijakan akuntansi merupakan bagian dari keseluruhan proses pemerintahan perusahaan.
PAT telah menuntun pada literature empiris yang kaya. Tiga aspek dari struktur organisasional firma dan lingkungan yang telah secara khusus dipisahkan untuk keperluan studi—kontrak kompensasi manajemennya, struktr modalnya, dan paparannya terhadap biaya politik.
PAT tidak mengimplikasikan bahwa pilihan kebijakan akuntansi firma harus dispesifikasi secara khusus. Namun, ini biasanya lebih efisien untuk menemntukan kebijakan akuntansi dari sudut mana yang dipilih oleh manajemen. Pengaturan ini dapat dianggap sebagai rangkaian kebijakan yang diperbolehkan oleh GAAP atau hal ini dapat lebih jauh dilarang dengan kontrak. Dengan fleksibilitas dalam pilihan kebijakan akuntansi, tidak sulit untuk melihat mengapa kebijakan akuntansi dapat memiliki konsekuensi ekonomi. Dari sudut pandang kontrak yang efisien. serangkaian kebijakan yang tersedia memberikan kemampuan kepada manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi untuk keuntungan mereka sendiri. Dengan kata lain, perubahan dalam rangkaian kebijakan yang tersedia, seperti yang diciptakan oleh perubahan dalam standar akuntansi, akan berarti bagi manajemen.
Lebih banyak standar baru mempengaruhi kontrak yang ada dan/atau mengurangi pilihan kebijakan auntansi, maka kemungkinan reaksi manajer akan lebih besar. Oleh karenanya, kita menyaksikan reaksi terhadap standar akuntansi yang mengurangi pilihan kebijakan akuntansi dan menurunkan penghasilan bersih yang dilaporkan, seperti pembebanan wajib ESOs. standar lain mempegaruhi kontrak dengan meningkatkan volatilitas pendapatan, seperti dalam akuntansi nilai wajar. Dalam argument ini tidak ada konflik dengan efisiensi pasar saham—harga saham masih sangat dapat mencerminkan semua informasi yang tersedia secara public dalam adanya konsekuensi ekonomi.
Ketika terdapat bukti oportunisme manajer, terdapat juga bukti kontrak efisien. Hal ini menunjukkan bahwa memungkinkan untuk menjajarkan kepentingan manajer dengan para pemegang saham. Sekarang kita mempertimbangkan bagaimana aspek penting pemerintahan perusahaan ini dapat tercapai.


Daftar Pustaka
Scott, W.R. 2003. Financial Accounting Theory. Toronto Canada: Prentice-Hall.