Sunday, January 25, 2015

Pengalaman dengan KPK


sumber gambar: google.com

Konnichiwa.


Hola Haloha...

Lama juga ga ngepost di blog. Harap maklum ya jadwal padat merayap kayak jalur pantura kalau mau memasuki idul fitri. hehehehe. Nonton TV lokal lagi hot - hotnya nih berita mengenai Polri VS KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) ya sampai panjang lebar kemana - mana pemberitaannya bahkan sampai semua pimpinan KPK dilaporkan ke Polisi oleh beberapa orang dan lembaga dengan kasus yang sudah sangat kadaluarsa menurut saya. Mirisnya lagi beberapa pejabat partai juga ikut memojokkan. Sedih bukan main. Gimana mau Indonesia mau bersih dari korupsi. Tetapi semoga Lama - lama kasusnya akan terlihat kebenarannya. Oke disini saya bukan mau ngomongin tentang politik atau kasusnya tetapi lebih mau nge post tentang pengalaman saya yang berhubungan dengan KPK. Sebagai mahasiswa program magister akuntansi disebuah universitas swasta terkenal di daerah grogol yang hampir menjadi nama kabinet Jokowi, (Pasti tau kan? Udah jelas banget ini clue nya) saya pasti diwajibkan membuat proposal tesis untuk tugas metolodogi penelitian dan akan menjadi tesis kedepannya. Berhubung dulu skripsi ambil mengenai "akuntansi forensik", guna memperdalam dan mempermudah mengerjakan tesis ini, saya putuskan ambil tema ini.

Saya memutuskan untuk mengambil sampel di beberapa lembaga negara guna penelitian tesis ini. Saya mengirim email ke KPK, BPK, BPKP, PPATK, Kejaksaan, Kepolisian menanyakan perihal permintaan izin ambil data. Dan dari lembaga negara tersebut, yang sangat cepat responnya hanyalah KPK. Mereka sangat terbuka mengenai izin dan segala macamnya dan ternyata dijelaskan juga dalam website mereka. Walaupun sedihnya ternyata mereka tidak menerima kuesioner. Selain KPK, BPK juga membalas email saya dengan ramahnya. Semoga lembaga negara lain bisa berpatokan seperti KPK dalam hal keterbukaan informasi untuk publik. Aamiiin

Ohya kalau mau tau persyaratan untuk penelitian di KPK berikut detailnya.
(Yonke Kudasai)

PELAYANAN INFORMASI UNTUK PENELITIAN AKADEMIS
a.     Mahasiswa yang hendak melakukan penelitian di KPK diwajibkan mengajukan surat permohonan penelitian dari kampus/universitas yang ditujukan kepada Kepala Biro Hubungan Masyarakat.
b.     Surat permohonan tersebut berisi data mahasiswa (nama, NPM, program studi), tema/topik penelitian yang diambil, dan nomor kontak untuk memudahkan komunikasi.
c.     Tema/topik penelitian yang dapat dilakukan di KPK diantaranya yang menyangkut hal berikut ini :
1.     Organisasi KPK
2.     Perkara TPK yang telah berkekuatan hukum tetap/in kracht.
3.     Pencegahan Korupsi
4.     Komunikasi Organisasi
5.     Social Marketing dan Kampanye Antikorupsi
d.     Pengajuan surat permohonan penelitian diharapkan tidak terlalu dekat dengan batas akhir pengumpulan hasil penelitian dari kampus.
e.     Surat tersebut dapat dikirim melalui pos ke alamat Gedung KPK Lt.1, Jl. HR. Rasuna Said Kav C-1, Jakarta, melalui fax di nomor 021-52905592, atau scan surat dapat dikirimkan melalui email informasi@kpk.go.id.
f.      Biro Humas KPK akan menghubungi langsung mahasiswa untuk memberikan konfirmasi terkait surat permohonan penelitian di KPK.
g.     Mahasiswa yang telah mendapat persetujuan untuk melakukan penelitian di KPK wajib untuk menandatangani Surat Pernyataan kesediaan menyerahkan hasil penelitian di KPK dan Abstrak Penelitian tersebut akan dimuat di portal Anti-Corruption Clearing House (ACCH). Surat pernyataan tersebut dapat diunduh disini.
h.     Surat pernyataan yang telah ditandatangani dapat dikirimkan melalui fax ke nomor 021-52905592 atau scan surat dapat di email ke informasi@kpk.go.id.
i.      Mahasiswa yang melakukan penelitian di KPK dapat melakukan wawancara, memperoleh data-data sejauh data tersebut merupakan informasi publik, dan mencari referensi buku di Perpustakaan KPK.
j.      Mahasiswa yang hendak melakukan wawancara, diminta untuk membuat daftar pertanyaan dan melampirkannya bersamaan dengan pengajuan surat permohonan penelitian atau dikirim terpisah melalui email ke informasi@kpk.go.id.
k.     Jadwal wawancara akan ditentukan dari pihak KPK dengan menunjuk narasumber yang kompeten di bidangnya berdasarkan dari daftar pertanyaan yang diajukan.
l.      Di akhir penelitian, mahasiswa diwajibkan menyerahkan hasil penelitian ke Biro Humas untuk memastikan data dari KPK telah dituliskan dengan benar.
m.    KPK akan mengeluarkan Surat Keterangan telah melakukan penelitian setelah mahasiswa mengirimkan hasil akhir penelitian yang benar dalam 1 file format PDF (dari awal/cover hingga daftar pustaka).
n.     Untuk semua proses penelitian ini, KPK tidak memungut biaya apapun.

Nah itu dia persyaratannya. Semoga berguna ya guys..

Sebagai warga negara Indonesia, saya berharap sih KPK dan Polri harus diselamatkan dari oknum - oknum yang merusak. Kita butuh KPK tetapi kita juga pasti butuh Polri. Tetapi kita tidak butuh oknum itu. Semoga Indonesia bisa segera bersih dari korupsi. Aamiiin

Akhir kata pesan untuk KPK: Subete no kurushimi wa mamonaku owaru. (segala kesulitan akan segera berlalu). Dont worry KPK. Kami rakyat Indonesia ada dibelakangmu. #savekpk


Pesan untuk Polri: Henko suru ni wa oso sugiru koto wa arimasen. (Tak ada kata terlambat untuk berubah). Saya yakin Polri bisa bersih jika ada niat dan dikerjakan dengan sungguh-sungguh. #polribersih

#IndonesiaBebasKKN

Terima kasih udah mampir dan baca blog saya.. Sampai ketemu lagi di postingan selanjutnya..

Arigatou Gozaimasu..



Monday, January 12, 2015

Travelling ke Kuala Lumpur Malaysia

COMING SOON

Tugas Perilaku Organisasi Bab Konflik & Negosiasi

sumber: PERILAKU ORGANISASI – STEPHEN P. ROBBINS & TIMOTHY A. JUDGE

DEFINISI KONFLIK
Konflik didefinisikan sebagai sebuah proses yang dimulai ketika satu pihak memiliki persepsi bahwa pihak lain telah memengaruhi secara negatif, atau akan memengaruhi secara negative, sesuatu yang menjadi kepedulian atau kepentingan pihak pertama. Hal ini menggambarkan satu titik dalam kegiatan yang sedang berlangsung ketika sebuah interaksi “berubah” menjadi suatu konflik antar pihak.

PERKEMBANGAN PEMIKIRAN TENTANG KONFLIK
1.             PANDANGAN TRADISIONAL
Berpandangan bahwa semua konflik itu berbahaya dan harus dihindari. Pandangan ini sejalan dengan sikap yang dianut banyak orang menyangkut perilaku kelompok tahun 1930-an dan 1940-an. Konflik dipandang sebagai akibat disfungsional dari komunikasi yang buruk, tidak adanya keterbukaan dan kepercayaan antar anggota, serta ketidakmampuan para manager untuk tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi karyawan mereka.
Ini merupakan pandangan sederhana. Karena semua konflik harus dihindari, kita hanya perlu mengarahkan perhatian pada sebab-sebab konflik serta mengkoreksi malfungsi ini untuk memperbaiki kinerja kelompok dan organisasi.

2.      PANDANGAN HUBUNGAN MANUSIA
Pandangan ini berpendapat bahwa konflik adalah kejadian alamiah dalam semua kelompok dan organisasi. Karena konflik tak terhindarkan, mazhab hubungan manusia mendorong kita untuk menerima keberadaan konflik.pandangan hubungan manusia ini mendominasi teori konflik dari akhir tahun 1940-an sampai pertengahan tahun 1970-an.

3.      PANDANGAN INTERAKSIONIS
Pandangan ini mendorong munculnya konflik dengan dasar pemikiran bahwa sebuah kelompok yang harmonis, damai, tenang, dan kooperatif biasanya menjadi statis, apatis, serta tidak tanggap terhadap perlunya perubahandan inovasi. Pandangan ini tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa semua konflik adalah baik. Terdapat dua kategori konflik, yaitu:
·         Konflik fungsional, yaitu konflik yang mendukung tujuan kelompok dan meningkatkan kinerjanya.
·         Konflik disfungsional, yaitu konflik yang menghambat kinerja kelompok.
Secara spesifik, ada tiga tipe konflik:
·         Konflik tugas, yaitu berhubungan dengan muatan dan tujuan pekerjaan.
·         Konflik hubungan, yaitu berfokus pada hubungan antarpersonal.
·         Konflik proses, berhubungan dengan bagaimana suatu pekerjaan dilaksanakan.

PROSES KONFLIK
Proses Konflik (conflict process) dapat dipahami sebagai sebuah proses yang terdiri atas lima tahapan: potensi pertentang atau ketidakselarasan, kognisi dan personalisasi, maksud, perilaku, dan akibat.

TAHAP I: POTENSI PERTENTANGAN ATAU KETIDAKSELARASAN
Tahap pertama dalam proses konflik adalah munculnya kondisi-kondisi yang menciptakan peluang bagi pecahnya konflik. Kondisi-kondisi tersebut tidak mesti mengarah langsung ke konflik, tetapi salah satu darinya diperlukan jika konflik hendak muncul. Secara sederhana, kondisi-kondisi tersebut (yang juga bisa dipandang sebagai sebab atau sumber konflik) dapat dipadatkan ke dalam tiga kategori umum: komunikasi, struktur, dan variable-variabel pribadi.

KOMUNIKASI
Hambatan dalam komunikasi bisa disebabkan oleh fakor visual, auditorial, sentuhan, bau, dan sikap. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa konotasi kata dapat menimbulkan makna yang berbeda, jargon, pertukaran informasi yang tidak memadai, dan kegaduhan pada saluran komunikasi merupakan hambatan komunikasi dan kondisi potential pendahulu yang menimbulkan konflik. Bukti memperlihatkan bahwa kesulitan semantic muncul sebagai akibat dari perbedaan dalam pelatihan, persepsi selektif, dan informasi yang tidak memadai mengenai orang lain. penelitian lebih jauh telah memperlihatkan temuan yang mengejutkan. Potensi konflik meningkat ketika terjadi terlalu sedikit atau terlalu banyak komunikasi. Terlalu banyak dan juga terlalu sedikit komunikasi dapat menjadi dasar bagi timbulnya konflik.
Lebih jauh, saluran yang dipilih untuk komunikasi bisa mempengaruhi tingkat potensi pertentangan. Proses penyaringan atau filterisasi yang terjadi ketika informasi disampaikan diantara para anggota dan penyimpangan komunikasi atau distorsi dari saluran-saluran formal atau yang dibangun sebelumnya juga membuka keran peluang munculnya konflik.

·         STRUKTUR
Istilah struktur digunakan untuk mencakup variabel-variabel seperti ukuran, kadar spesialisasi dalam tugas-tugas yang diberikan kepada anggota kelompok, kejelasan yuridiksi, keserasian antara anggota dan tujuan, gaya kepemimpinan, sistem imbalan, dan kadar ketergantungan antar kelompok. Penelitian menunjukkan bahwa ukuran dan spesialisasi bertindak sebagai daya yang merangsang konflik. Semakin besar kelompok dan semakin terspesialisasi kegiatan-kegiatannya, semakin besar pula kemungkinan terjadinya konflik. Masa kerja dan konflik diketahui berkorelasi terbalik. Potensi konflik cenderung paling tinggi jika anggota-anggota kelompok lebih muda dan ketika tingkat perputaran karyawan tinggi. Semakin besar ambiguitas dalam mendefinisikan secara tepat di mana letak tanggung jawab atas tindakan, semakin besar potensi munculnya konflik. Ambiguitas yurusdiksional semacam ini meningkatkan potensi pertikaian antarkelompok untuk memperebutkan kendali atas sumber daya dan wilayah teritorial. Kelompok-kelompok dalam organisasi memiliki tujuan yang beragam. Beragamnya tujuan di antara kelompok-kelompok ini merupakan salah satu sumber utama konflik. Ketika kelompok-kelompok dalam sebuah organisasi mengejar tujuan yang beragam, yang sebagian saling bertentangan, peluang terjadinya konflik pun akan meningkat.

Ada indikasi bahwa gaya kepemimpinan yang melekat meningkatkan potensi konflik, tetapi bukti pendukungnya tidak terlalu kuat. Terlalu mengandalkan partisipasi juga dapat merangsang konflik. Penelitian cenderung menemukan bahwa partisipasi dan konflik sangat berkorelasi, tentu karena partisipasi mendorong dipromosikannya perbedaan. Sistem imbalan juga diketahui menciptakan konflik ketika perolehan salah seorang anggota dipandang merugikan anggota lain. Terakhir, jika sebuah kelompok bergantung pada kelompok lain (berlawanan dengan dua kelompok yang saling mandiri) atau jika saling ketergantungan memungkinkan satu kelompok mendapat hasil sembari merugikan kelompok lain, daya konflik pun akan terangsang.

·         VARIABEL - VARIABEL PRIBADI
Variabel variable pribadi adalah variable variable yang meliputi kepribadian, emosi, dan nilai nilai. Bukti menunjukkan bahwa jenis kepribadian tertentu,misalnya, individu yang sangat otoriter dan dogmatis memiliki potensi memunculkan konflik. Emosi dapat juga menyebabkan konflik. Misalnya, seorang karyawan yang dating kerja dengan marah karena perjalanan paginya tidak mengenakkan dam mungkin membawa amarah itu ke dalam rapat dalam perusahaannya. Amarah itu dapat menjengkelkan kolega koleganya. Yang kemudian menyebabkan ketegangan dalam rapat. Nilai yang berbeda beda yang dianut tiap tiap anggota dapat menjelaskan munculny konflik. Perbedaan nilai, misalnya, merupakan penjelasan terbaik menyangkut beragam isu seperti prasangka, ketidaksepakatan atas kontribusi seorang terhadap kelompok dan imbalan yang layak diterima seseorang. Patut juga diperhatikan bahwa kultur dapat menjadi sumber nilai yang bertentangan. Sebagai contoh, penelitian menunjukkan bahwa orang jepang dan amerika serikat memandang konflik secara berbeda. Dibandingkan dengan para negosiator jepang, orng amerika lebih mungkin untuk melihat tawaran dari mitra lawan mereka tidak layak dan lalu menolak tawaran mereka tersebut.

TAHAP II : KOGNISI DAN PERSONALISASI
Sebagaimana telah disinggung dalam definisi mengenai konflik, diisyaratkan adanya persepsi. Karena itu, salah satu pihak atau lebih haris menyadari adanya kondisi kondisi anteseden atau pendahulu. Namun, karena suatu konflik yang dispersepsi (perceived), tidak berarti bahwa konflim itu dipersonalisasi.

Konflik dispersepsi adalah kesadaran oleh satu atau lebih pihak akan adanya kondisi kondisi yang menciptakan peluang munculnya konflik.
Ingatlah akan 2 hal yaitu:
Dalam Tahap II ini disinilah isu isu konflik biasanya didefinisikan. Pada tahapan proses inilah, para pihak memutuskan konflik itu tentang apa dan akan menentukan jalan panjang menuju akhir penyelesaian konflik.
Bahwa emosi memainkan peranan utama dalam membangun persepsi

TAHAP III : MAKSUD
Maksud (intentions) mengintervensi antara persepsi serta emosi orang dan perilaku luaran mereka. Maksud adalah keputusan untuk bertindak dengan cara tertentu.
Banyak konflik bertambah parah semata mata karena salah satu dari pihak salah dalam memahami maksud lain. Selain itu, biasanya perbedaan yang besar antara maksud dan perilaku, sehingga perilaku tidak selalu mencerminkan secara akurat maksud seseorang.

5 Maksud penanganan konflik :
BERSAING (COMPETING)
Ketika seseorang brusaha memperjuangkan kepentingan sendiri, tanpa mempedulikan dampaknya atas pihak lain yang berkonflik.

BEKERJA SAMA (COLLABORATING)
ketika pihak yang berkonflik berkeinginan untuk bersama sama memperjuangkan kepentingan kedua belah pihak, dan mengupayakan hasil yang sama sama menguntungkan serta pencarian kesimpulan yang menyertakan wawasan yang valid dari kedua belah pihak.
MENGHINDAR (AVAIDING)
Hasrat untuk menarik diri dari atau menekan sebuah konflik. Contoh dari perilaku menghindar (avaiding) adalah mencoba mengabaikan suatu konflik dan menghindari orang lain yang tidak bersepakat dengan diri sendiri.

AKOMODATIF (ACCOMODATING)
Kesediaan salah satu pihak yang berkonflik untuk menempatkan kepentingan lawannya diatas kepentingannya sendiri. Contoh dari akomodatif (accommodating) adalah kesediaan untuk mengorbankan kepentingan diri sendiri sehingga tujuan pihak lain dapat tercapai, mendukung pendapat orang lain meskipun diri sendiri sebenarnya enggan, serta memaafkan seseorang atas suatu pelanggaran dan membuka pintu bagi pelanggaran selanjutnya.

KOMPROMIS (COMPROMISING)  
Suatu situasi dimana masing-masing pihak yang berkonflik bersedia mengalah dalam satu atau lain hal. Ketika masing-masing pihak yang berkonflik berusaha mengalah dalam satu atau lain hal, terjadilah tindakan berbagi yang mendatangkan kompromi. Ciri khas dari maksud kompromis adalah bahwa masing-masing pihak rela menyerahkan sesuatu atau mengalah. Contohnya yaitu kesediaan dalam menerima kenaikan gaji 2 dollar per jam  dan bukannya 3 dollar, untuk menerima kesepakatan parsial dengan sudut pandang tertentu, dan untuk mengaku turut bertanggung jawab atas sebuah pelanggaran.

Dari maksud-maksud yang diuraikan diatas, dapat memberikan panduan umum bagi para pihak yang berada dalam situasi konflik dimana panduan tersebut menentukan tujuan dari masing-masing pihak. Akan tetapi, maksud orang tidak selalu sama. Selama konflik itu masih berjalan, maksud itu bisa saja berubah karena rekonseptualisasi atau reaksi emosional terhadap perilaku pihak lain. Jadi lebih tepat memandang memandang kelima maksud penanganan konflik itu relatif pasti daripada memandangnya sebagai sekumpulan pilihan untuk menyesuaikan dengan situasi yang semestinya. Artinya ketika berhadapan dengan konflik, sebagian orang ingin menanganinya apa pun bayarannya, sebagian ingin mencari solusi yang optimal, sebagian ingin “cuci tangan”, sebagian lainnya ingin membantu, dan sebagian lainnya ingin “berbagi perbedaan”.    

TAHAP IV: PERILAKU
Ketika berpikir tentang situasi konflik, maka sebagian besar orang akan cenderung memusatkan perhatian mereka pada Tahap IV yaitu perilaku. Tahap perilaku ini meliputi pernyataan, aksi, dan reaksi yang dibuat oleh pihak-pihak yang berkonflik. Perilaku konflik ini biasanya merupakan upaya kasat mata untuk mengoperasikan maksud dari masing-masing pihak. Tetapi perilaku ini memiliki kualitas stimulus yang berbeda dari maksud. Sebagai akibat dari salah perhitungan atau ketrampilan operasional yang rendah, perilaku yang tampak terkadang menyimpang dari maksud semula.

Jika suatu konflik bersifat disfungsional, apa yang dapat dilakukan oleh para pihak untuk meredakannya? Atau, sebaliknya, pilihan apa yang tersedia jika konflik terlalu rendah dan perlu dieskalasi? Hal ini akan menuntun pada teknik-teknik manajemen konflik (conflict management). Manajemen konflik merupakan pemanfaatan dari teknik-teknik resolusi dan dorongan (stimulasi) untuk mencapai tingkat konflik yang diinginkan.

Kontinum Intensitas Konflik
Konflik Destruktif
-       
Upaya terang-terangan untuk menghancuran pihak lain
-       
Serangan fisik secara agresif
-       
Ancaman dan  ultimatum
-       
Serangan verbal secara kasar
-       
Terang-terangan mempertanyakan atau menentang orang lain
-       
Ketidaksepakatan atau kesalahpahaman kecil
Tidak Ada Konflik
-       

Teknik-Teknik Penyelesaian Konflik
Pemecahan Masalah
Pertemuan tatap muka pihak-pihak yang berkonflik untuk mengidentifikasi masalah dan menyelesaikannya melalui diskusi terbuka.
Tujuan Superordinat
Menetapkan tujuan bersama yang tidak dapat dicapai tanpa kerja sama dari setiap pihak yang berkonflik.
Ekspansi Sumber Daya
Ketika sebuah konflik timbul karena kelangkaan sumber daya-katakan uang, promosi, kesempatan ruang kantor-ekspansi sumber daya dapat menciptakan solusi yang saling menguntungkan.
Penghindaran
Penarikan diri dari, atau penyembunyian, konflik.
Memperhalus
Meminimalkan perbedaan sembari menekankan kepentingan bersama diantara pihak-pihak yang berkonflik.
Berkompromi
Masing-masing pihak yang berkonflik menyerahkan sesuatu yang bernilai.
Perintah Otoritatif
Manajemen menggunakan wewenang formalnya untuk menyelesaikan konflik dan kemudian menyampaikan keinginannya kepada pihak-pihak yang terlibat.
Mengubah Variabel Manusia
Menggunakan teknik-teknik perubahan perilaku seperti pelatihan hubungan insani untuk mengubah sikap dan perilaku yang menyebabkan konflik.
Mengubah Variabel Struktural
Mengubah struktur organisasi formal dan pola-pola interaksi dari pihak-pihak yang berkonflik melalui rancang ulang pekerjaan, pemindahan, penciptaan posisi koordinasi, dan sebagainya.
Teknik-Teknik Stimulasi Konflik
Komunikasi
Menggunakan pesan-pesan ambigu atau yang sifatnya mengancam untuk menaikkan tingkat konflik.
Memasukkan Orang Luar
Menambahkan karyawan ke suatu kelompok dengan latar belakang, nilai-nilai, sikap, atau ,,,, manajerialnya berbeda dari anggota-anggota yang ada sekarang.
Restrukturisasi Organisasi
Menata ulang kelompok-kelompok kerja, mengubah aturan dan ketentuan, meningkatkan kesalingtergantungan, dan membuat perubahan struktural yang diperlukan untuk menggoyang status quo.
Membuat Kambing Hitam
Menunjuk seorang pengkritik untuk secara sengaja mendebat posisi mayoritas yang digenggam oleh kelompok.


TAHAP V: AKIBAT
Jalinan aksi-reaksi antara pihak-pihak yang berkonflik menghasilkan konsekuensi. Akibat atau konsekuensi ini bisa bersifat fungsional dalam arti konflik tersebut menghasilkan perbaikan kinerja kelompok atau juga bisa bersifat disfungsional karena justru menghambat kinerja kelompok.


·         AKIBAT FUNGSIONAL
Konflik bersifat konstruktif ketika hal itu memperbaiki kualitas keputusan, merangsang kreativitas dan inovasi, mendorong minat dan keingintahuan diantara anggota kelompok, meyediakan media atasu sarana untuk mengungkapkan masalah dan menurunkan ketegangan serta mendorong evaluasi diri dan perubahan. Konflik menutup kemungkinan kelompok menjadi pasif dan sekedar menjadi “lembaga stempel” terhadap berbagai keputusan yang didasarkan asumsi yg lembah dan pertimbangan yang kurang memadai terhadap alternatif yang relevan atau kelemahan kelemahan lain. Konflik dapat mendorong dikemukakannya ide-ide baru, peninjauan ulang tujuan dan kegiatan kelompok, serta meningkatan kemampuan kelompok menanggapi perubahan. Perbandingan enam keputusan yang dibuat oleh empat presiden Amerika menemukan bahwa konflik menurunkan peluang pemikiran kelompok menguasai keputusan kebijakan. Artinya kebijakan menjadi lebih baik. Ada juga bukti yang menunjukkan bahwa konflik terkait positif dengan produktivitas dimana rata-rata perbaikan keputusan diantara kelompok-kelompok dengan tingkat konflik tinggi 73% lebih besar daripada perbaikan dari kelompok dengan tingkat konflik rendah.
Meningkatnya keragaman kultur dari anggota dapat memberikan manfaat lebih besar bagi organisasi. Penelitian memperlihatkan bahwa heterogenitas antar anggota kelompok dan organisasi dapat meningkatkan kreativitas, memperbaiki kualitas keputusan dan memfasilitasi perubahan dengan cara meningkatkan fleksibilitas anggota.

·         AKIBAT DISFUNGSIONAL
Pertengkaran yang tak terkendali menumbuhkan rasa tidak senang, yang menyebabkan ikatan bersama renggang, dan pada akhirnya menuntun pada kehancuran kelompok. Diantara konsekuensi-konsekuensi yang tidak diharapkan tersebut, terdapat lambannya komunikasi, menurunnya kekompakan kelompok, dan subordinasi tujuan kelompok oleh dominasi perselisihan antar anggota bahkan bisa sampaik menghentikan kelompok yang sedang berjalan.

MENCIPTAKAN KONFLIK FUNGSIONAL
Dalam situasi persaingan global dewasa ini organisai yang tidak mendorong dan tidak mendukung pebedaan bisa terancam kelangsungan hidupnya. Yang menjadi pertanyaan bagi para manager adalah apa yang harus dilakukan untuk memunculkan dan memelihara konflik agar funsional. Salah satu cara organisasi menciptakan konflik fungsional adalah dengan memberi penghargaan kepada orang yang berbeda pendapat dan menghukum mereka yang suka menghindari konflik. Selanjutnya yang menjadi tantangan bagi para manajer adalah apakan mereka mau mendengar sesuatu tidak ingin mereka dengar. Mereka harus belajar menerima sesuatu tanpa menciptakan konfrontasi.

Beberapa contoh pendekatan yang digunakan oleh organisasi untuk mendorong anggota- anggota mereka menantang sistem dan mengembangkan ide-ide baru nan segar:
Hewlett- Packard
Memberi penghargaan kepada dissenters (orang yang memiliki pendapat berbeda) dengan cara mengakui keberadaan dan kontribusi mereka dan kepada orang – orang yang mempertahankan ide-ide mereka meskipun ide – ide tersebut sudah berulang kali ditolak oleh management.
Herman Miller Inc
Memiliki system formal dimana karyawan dapat mengevaluasi dan mengkritik atasan mereka
IBM
Memiliki system formal yang mendorong perbedaan. Para karyawan berhak menilai dan mengkritik atasan mereka tanpa perlu takut kena hukuman.  Jika perbedaan tidak dapat terselesaikan, system tersebut memberi peluang kepada pihak ketiga untuk memberikan nasehat atau saran.
Royal Dutch Shell Group, General Electric, Anheuser- Busch
Memunculkan Devil’s Advocates (lawan tanding yang tidak selalu mengiyakan apa yang diyakini bersama) di dalam proses pengambilan keputusan mereka.

NEGOSIASI
Negosiasi adalah sebuah proses dimana dua pihak atau lebih melakukan pertukaran barang atau jasa dan berupaya untuk menyepakati nilai tukarnya.
Terdapat 2 (dua) pendekatan umum terhadap negosiasi:
TAWAR MENAWAR DISTRIBUTIF (DISTRIBUTIVE BARGAINING)
Ciri yang paling jelas ditunjukan bahwa strategi ini berjalan dibawah zero-sum. Itu artinya, perolehan apapun yang saya dapatkan adalah dengan mengurbankan Anda, dan sebaliknya. Jadi hakikat tawar-menawar distributif adalah menegosiasikan siapa mendapat bagian apa dari sebuah kue yang besarnya sama dan tetap (fixed pie). Dengan kue itu, yang kami maksudkan adalah bahwa tiap-tiap pihak yang saling menawar meyakini hanya ada sejumlah barang atau jasa untuk dibagi. Karena itu, kue tetap adalah permainan zero-sum dalam arti bahwa setiap 1 dollar di saku salah satu pihak adalah 1 dollar yang keluar dari saku lawan tawar mereka. Ketika para pihak meyakini kuenya tetap maka cenderungan melakukan penawaran distributif. Contoh yang bisa diambil adalah negosiasi buruh – manajemen mengenai upah. 

TAWAR MENAWAR INTEGRATIF (INTEGRATIVE BARGAINING)
Berkebalikan dengan tawar-menawar distributive, tawar-menawar integrative dilakukan atas dasar asumsi bahwa ada satu penyelesaian atau lebih, yang dapat menciptakan “win–win solution” atau saling menguntungkan.
Dalam lingkungan intraorganisasi, tawar-menawar integrative lebih dipilih daripada negosiasi distributive. Hal ini terjadi karena negosiasi integrative menjaga hubungan jangka panjang. Tawar-Menawar integrative mengikat para perunding sekaligus memungkinkan mereka untuk meninggalkan meja perundingan dengan perasaan kemenangan.
Tawar-Menawar integratif jarang terlihat dalam sebuah organisasi karena terletak pada syarat-syarat yang dibutuhkan agar negosiasi semacam ini berjalan. Syarat-syarat tersebut meliputi :
1.      Pihak-pihak yang terbuka pada informasi
2.      Jujur dengan kepentingan mereka
3.      Kepekaan kedua pihak terhadap kebutuhan pihak lain
4.      Kemampuan untuk saling percaya,
5.      Kesediaan kedua pihak menjaga fleksibilitas

Negosiasi dalam sebuah organisasi biasanya berupa dinamika asal saya senang. Beberapa cara untuk mencapai hasil yang lebih integrative:
Tawar-Menawar dalam Tim
Semakin banyak orang yang duduk di meja perundingan semakin banyak ide yang muncul
Mengajukan lebih banyak persoalan,
Semakin banyak persoalan yang diajukan dalam negosiasi terselesaikan, semakin besar peluang untuk mencoba mencari solusi yang saling menguntungkan dalam berbagai persoalan lain yang mengandung perbedaan preferensi.

Perlu disadari bahwa kompromi bisa menjadi musuh terburuk dalam menegosiasikan kesepakatan yang saling menguntungkan. Ini dikarenakan kompromi (mengalah) menurunkan tekanan untuk melakukan negosiasi secara integrative. Jika salah satu pihak mudah mengalah, tidak ada yang menjadi kreatif dalam usaha mencapai penyelesaian.

Tabel Perbandingan Tawar-Menawar Distributif dengan
Tawar-Menawar Integratif
Karakteristik Tawar Menawar
Tawar-Menawar Distributif
Tawar-Menawar Integratif
Tujuan
Mendapatkan potongan kue sebanyak mungkin
Memperbesar kue sehingga kedua belah pihak puas.
Motivasi
Menang – Kalah
Menang – Menang
Fokus
Posisi (saya tidak dapat memberi lebih banyak daripada ini)
Kepentingan (dapatkah anda jelaskan mengapa isu ini begitu penting bagi anda?)
Kepentingan
Berlawanan
Selaras
Tingkat Berbagi Informasi
Rendah (berbagi informasi hanya akan memungkinkan pihak lain mengambil keuntungan kita)
Tinggi (berbagi informasi akan memungkinkan masing-masing   pihak untuk menemukan cara yang akan memuaskan kepentingan kedua belah pihak)
Lama hubungan
Jangka Pendek
Jangka Panjang

PROSES NEGOSIASI
Dalam pembahasan ini menyebutkan negosiasi tersusun atas lima tahap, yaitu :
1.      Persiapan dan Perencanaan
2.      Penentuan Aturan Dasar
3.      Klarifikasi dan Justifikasi
4.      Tawar Menawar dan Pemecahan Masalah
5.      Penutupan dan Implementasi

PERSIAPAN DAN PERENCANAAN
Berisi tentang pertanyaan – pertanyaan awal yang akan muncul dalam suatu tahap negosiasi diantaranya : apa hakikat, dan sejarahnya sehingga harus melakukan negosiasi, serta siapa yang akan terlibat dan bagaimana persepsi mereka tentang konflik tersebut. Dan apakah tujuan dan keinginan dalam negosiasi tersebut. Sebagai negosiator yang baik kita harus bisa memprediksi Alternatif Terbaik untuk Kesepakatan Negosiasi (Best Alternative To a Negoiated Agrement) yang di sebut juga dengan nama BATNA, yaitu alternatif terbaik bagi sebuah kesepakatan negosiasi, nilai terndah yang dpat di terimah bagi seorang individu untuk sebuah kesepakatan negosiasi.

PENENTUAN ATURAN DASAR
Setelah pertanyaan pada bagian pertama terselesaikan maka muncul lagi pertanyaan selanjutnya yaitu : siapa yang melakukan, dimana akan di lakukan, kendala apa yang akan muncul, batasan persoalan, dan prosedur yang akan di tempu jika terjadi kebuntuan negosiasi. Dalam fase ini, para pihak akan juga bertukar proposal atau tuntutan awal mereka.

KLARIFIKASI DAN JUSTIFIKASI
Inilah titik dimana kemungkinan perlu memberikan segala dokumen kepada pihak lain yang kiranya dapat membantu posisi kita dalam tahapan negosiasi tersebut ketika posisi awal saling di pertukarkan, dan kedua belah pihak akan memaparkan, menguatkan, mengkalrifikasi, memperthankan, dan menjustifikasi tuntutan awal.

TAWAR MENAWAR DAN PENYELESAIAN MASALAH
Hakikat proses negosiasi terletak pada tindakan memberi dan menerima yang sesungguhnya dalam rangka mencari suatu kesepakatan. Di sinilah konsensi tidak di ragukan lagi perlu di buat oleh kedua belah pihak.

PENUTUPAN DAN IMPLEMENTASI
Tahap akhir dalam proses negosiasi adalah memformalkan kesepakatan yang telah di buat serta menyusun prosedur yang di perlukan untuk implementasi dan pengawasan pelaksanaan. Dalam setiap kesepakatan negosiasi mensyaratkan tentang hal – hal spesifik dalam hal kontrak formal, tapi dalam kebanyakan kasus proses kesepakatan hanya di tandai dengan sekedar berjabat tangan.

ISU - ISU DALAM NEGOSIASI
Peran Suasana Hati Dan Sifat Kepribadian Dalam Negosiasi
Suasana hati penting dalam negosiasi. Para perunding yang suasana hatinya positif memperoleh hasil yang lebih baik daripada mereka yang suasana hatinya biasa-biasa saja. Hasil penelitian terhadap hubungan kepribadian-negosiasi menunjukkan bahwa sifat-sifat kepribadian tidak memiliki pengaruh langsung yang signifikan terhadap proses hasil negosiasi. Ego yang besar juga dapat mempengaruhi negosiasi. Individu-individu yang berpikir untuk menyelamatkan mukanya sendiri memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk mencapai kesepakatan daripada mereka yang kurang peduli untuk sukses. Jadi, orang yang mampu melepas ego mereka sendiri mampu menegosiasikan kesepakatan secara lebih baik bagi mereka dan bagi pihak lain, baik situasi tawar menawarnya distributif dan integratif.
Perbedaan Gender dalam Negosiasi
Stereotip populer yang dianut banyak orang mengatakan bahwa kaum perempuan lebih kooperatif dan menyenangkan dalam negosiasi daripada kaum laki-laki. Namun laki-laki ditemukan mampu menegosiasikan hasil yang lebih baik daripada perempuan, meskipun perbedaanya relatif kecil. Keyakinan bahwa perempuan lebih menyenangkan daripada laki-laki dalam negosiasi barangkali karena persoalan gender yang membingungkan dan lebih rendahnya posisi yang dipegang kaum perempuan di kebanyakan organisasi besar. Sedangkan dalam situasi dimana perempuan dan laki-laki memiliki basis kekuasaan yang sama, rasanya tidak akan ada perbedaan yang signifikan dalam gaya negosiasi mereka.

Konteks kultur dalam negosiasi
Secara signifikan mempengaruhi jumlah dan jenis persiapan untuk tawar menawar, penekanan relative pada tugas dibanding hubungan antar personal, taktik yang digunakan, dan bahkan dimana negosiasi itu dilaksanakan. Sebagai ilustrasi mari kita perhatikan dua studi yang membandingkan pengaruh kultur terhadap negosiasi bisnis bisnis :
1.      Studi pertama membandingkan orang Amerika Utara, Arab dan Rusia dalam factor gaya bernegosiasi, cara menghadapi argument lawan, pendekatan untuk menghasilkan konsensi dan negosiasi dengan waktu yang ditentukan.
a.      Amerika Utara : mencoba membujuk dengan mengandalkan fakta dan logika, menangkis argument dengan fakta dan logika, membuat konsensi diawal negosiasi untuk membangun hubungan dan biasanya membalas konsensi lawan, dan tenggat waktu sangat penting.
b.      Arab : membujuk lawan dengan emosi, menangkis argument lawan dengan perasaan subjektif, membuat konsensi sepanjang proses tawar menawar dan hampir selalu membalas konsensi lawan, dan memperlakukan tenggat waktu dengan santai.
c.       Rusia : mendasarkan argument mereka pada standar yang tegas, membuat sedikit, bila ada, konsensi. Konsensi apapun yang ditawrkan lawan dipandang sebagai suatu kelemahan dan hamper tak pernah dibalas. Cenderung mengabaikan tenggat waktu.

2.      Studi kedua mengamati taktik negosiasi verbal dan non verbal antara orang Amerika Utara, Jepang dan Brasil selama sesi perundingan berdurasi 30 menit.
a.      Orang Brasil rata-rata mengatakan ‘tidak” 83 kali dibandingkan Jepang 5 kali dan Amerika Utara 9 kali.
b.      Jepang menampilkan sikap diam selama lebih dari 10 detik selama lebih dari 5 periode, Amerika Utara 3,5 kali, dan Brasil tidak sama sekali.
c.       Jepang dan Amerika Utara mengintrupsi lawan mereka dengan frekuensi yang sama, tetapi Brasil mengintrupsi lawan mereka 2,5 sampai 3 kali lebih banyak.
d.      Jepang dan Amerika Utara tidak mempunyai kontak fisik dengan lawan mereka selama negosiasi kecuali berjabat tangan, tapi orang Brasil saling menyentuh hampir 5 kali setiap setengah jam.

NEGOSIASI PIHAK KETIGA
Ada 4 peran pokok pihak ketiga yaitu :
1.      Mediator
Pihak ketiga yang bersikap netral yang memfasilitasi negosiasi solusi dengan menggunakan penalaran dan persuasi, menyodorkan alternative dan semacamnya. Mediator banyak digunakan dalam negosiasi buruh-manajemen dan dalam sengketa perdata.
2.      Arbitrator
Pihak ketiga yang memiliki wewenang untuk menentukan kesepakatan.  Arbitrase bisa bersifat sukarela (diminta) atau wajib (dipaksakan kepada para pihak berdasarkan undang-undang atau kontrak yang berlaku).  Kelebihannya dibanding mediasi adalah menghasilkan penyelesaian.
3.      Konsiliator
Pihak ketiga yang dipercaya untuk membangun relasi komunikasi informal antara perunding dan lawannya.
4.      Konsultan
Pihak ketiga yang terlatih dan tidak berpihak yang berupaya memfasilitasi pemecahan masalah melalui komunikasi, analisis, dengan dibantu pengetahuan mereka mengenai manajemen konflik.

CEK DISINI

Monday, January 5, 2015

Tugas Teori Akuntansi "Audit Lingkungan dan Sistem Manajemen"

sumber: “Accounting for the Environment” - Rob Gray & Bebbington

BAB 5

AUDIT LINGKUNGAN DAN SISTEM MANAJEMEN
PENILAIAN, REVIEW DAN PENGESAHAN



PENDAHULUAN
Dari sudut pandang organisasi, satu-satunya tanggapan yang masuk akal untuk pertumbuhan kompleksitas dari agenda lingkungan adalah untuk bekerja menuju pengembangan sistem manajemen lingkungan terintegrasi (Environmental Management System=EMS). Salah satu definisi EMS adalah: 'struktur organisasi, tanggung jawab, praktek, prosedur, proses dan sumber daya untuk menentukan dan melaksanakan kebijakan lingkungan '.

Dengan demikian, EMS mencakup semua aspek organisasi dan merupakan sarana dari unsur-unsur yang terpisah dari respon lingkungan secara sistematis harmonis dan terintegrasi dengan sistem manajemen lainnya (termasuk sistem akuntansi) dari organisasi. Ini adalah kesepakatan besar yang lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Memang pengelolaan lingkungan telah menjadi seluruh wilayah studi dalam dirinya sendiri dan sekarang ada banyak teks yang sangat baik yang menyediakan studi rinci dan mendalam dari masalah. Ambisi kami dalam bab ini agak lebih sederhana. Kami lebih peduli dengan mencoba untuk memperkenalkan unsur-unsur dari agenda lingkungan karena mereka mempengaruhi organisasi dengan tujuan tertentu dari mengidentifikasi cara di mana akuntansi dapat dan harus memberikan kontribusi untuk respon lingkungan organisasi. Untuk mencapai hal ini, kita memerlukan setidaknya beberapa pemahaman tentang isu-isu kunci dalam sistem manajemen lingkungan dan audit lingkungan. Akibatnya, kita akan mencari, dalam bab ini, untuk memberikan gambaran dari beberapa elemen kunci yang terdiri EMS dan audit lingkungan.

Cara yang paling mudah untuk melakukan hal ini adalah, dalam pengalaman kami, untuk memulai dengan (bentuk) sederhana - dan tentunya kegiatan yang lebih berbeda yang berhubungan dengan audit lingkungan sebelum pindah keberbicara tentang EMS dalam sedikit lebih detail. Bab ini disusun untuk mencerminkan hal ini.


SEKILAS AUDIT LINGKUNGAN 
Audit lingkungan adalah  salah satu langkah besar pertama yang mungkin diambil organisasi dalam bergerak menuju penanaman isu-isu lingkungan dalam praktek organisasi dan elemen penting dalam mengelola dan melaporkan isu-isu lingkungan. Hal ini, dengan demikian, baik mekanisme penting yang manajer dan akuntan perlu pahami sebagai tempat sebagai salah untuk memulai proses memahami bagaimana sebuah organisasi dapat mengembangkan EMS sendiri.

Dengan demikian, sementara audit lingkungan dan pengelolaan lingkungan adalah istilah yang telah menjadi identik dengan respon organisasi terhadap agenda hijau, mereka dengan cepat mengembangkan isu-isu yang perkembangan kompleksitas dan kepentingannya. Memang, begitu penting isu-isu yang, misalnya, British Standards Institution, Uni Eropean and the global International Organization for Standardization memiliki semua panduan rinci dan standar untuk pengembangan audit dan manajemen organisasi sistem lingkungan. Untuk saat ini, mari kita mulai dengan masalah dasar – seperti, apa audit lingkungan dan mengapa orang melakukan kegiatan seperti ini.

CBI (1990, berdasarkan ICC, 1989), misalnya, mendefinisikan 'audit lingkungan' seperti:
pemeriksaan sistematis dari interaksi antara setiap operasi bisnis dan sekitarnya. Ini mencakup semua emisi ke udara, tanah dan air; kendala hukum; efek pada lingkungan masyarakat, lansekap dan ekologi; dan persepsi publik dari perusahaan yang beroperasi di daerah setempat ... Audit Lingkungan tidak berhenti pada kepatuhan dengan undang-undang. Juga bukan kegiatan 'green-washing' Public Relation. Justru itu adalah pendekatan strategis total kegiatan organisasi.

Istilah ini mencakup banyak perbedaan (meskipun terkait) kegiatan. Langkah pertama dalam audit lingkungan yang setiap organisasi harus ambil adalah penentuan yang tepat dari jenis 'audit yang diinginkan dan berbagai kegiatan audit harus mencakup (' scoping '). Ini, sendiri, akan ditentukan oleh berbagai faktor yang berhubungan dengan, antara lain, sifat organisasi, industri dan pasar, seberapa jauh ia telah maju ke arah merangkul agenda hijau dan, lebih mudahnya, apakah organisasi telah memutuskan perlu mencari akreditasi dibawah satu atau lebih standar audit lingkungan. Pada akhirnya, 'audit lingkungan' harus menjadi elemen utama dan mapan sistem manajemen lingkungan organisasi tetapi dalam tahap awal mungkin tidak lebih dari langkah terhuyung-huyung pertama menuju tujuan sensitivitas lingkungan." Karena itu masuk akal untuk mengenali secara eksplisit berbagai hal-hal yang termasuk dalam istilah 'audit lingkungan'

Tipe-tipe audit lingkungan:
1.        Environmental impact assesment
2.        Environmental survey
3.        Environmental review, monitoring and surveillance
4.        Environmental investigation
5.        The Environmental management and audit schemes – EMAS, BS7750 and ISO 14001
6.        Independent attestation of environmental information – for internal or external participants

Masing-masing jenis 'audit lingkungan' adalah berbeda, membutuhkan keahlian yang berbeda dan memiliki orientasi yang berbeda. Sebagai tambahan, masing-masing juga mungkin memiliki implikasi hukum - dimana setiap organisasi perlu memperhatikan.

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)
AMDAL itu mungkin pertama kali dikembangkan di Amerika Serikat di bawah Undang-Undang Kebijakan Lingkungan Nasional 1969. Hal ini pada awalnya diikuti oleh Kanada, Australia, Belanda, Selandia Baru dan Jepang, tetapi sejak itu menjadi syarat - sering merupakan persyaratan hukum - di dunia.

Amdal dapat didefinisikan sebagai:
Proses yang pada dasarnya bertujuan untuk mengidentifikasi dan memprediksi dampak baru perkembangan terhadap lingkungan, untuk mengurangi mereka di mana mungkin dan untuk memantau dampak sebenarnya. Sebagai pernyataan umum, semua proyek-proyek besar yang memiliki beberapa bentuk perencanaan izin dan yang cenderung memiliki 'dampak yang signifikan terhadap lingkungan' harus tunduk pada Amdal. Tujuan utama mereka adalah untuk membimbing perencana pada keputusan perlu atau tidak untuk mengizinkan inisiatif baru, seperti tanaman baru, jalan atau kegiatan industri.

Sementara AMDAL biasanya dianggap sebagai persyaratan hukum, jumlah wajib pernyataan dampak lingkungan (Environmental Impact Statements=EIS) sering diimbangi dengan jumlah EIS sukarela. Hal ini muncul sebagaimana organisasi mengakui nilai AMDAL - baik sebagai alat untuk membantu proses perencanaan dan sebagai teknik manajemen yang berguna sebagai bagian dari pengelolaan lingkungan yang lebih luas dan audit. Memang, AMDAL tidak dilihat sebagai sesuatu yang memberatkan oleh sebagian besar perusahaan dengan perkembangan pengalaman mereka dan, pada kenyataannya, mereka bisa mempercepat, mempermudah dan menghapus beberapa risiko dari proses perencanaan. Hal ini, pada gilirannya, dapat meningkatkan reputasi lingkungan perusahaan dan dengan demikian membantu dalam prosedur perencanaan masa depan.

Pengalaman perusahaan seperti ICI (Imperial Chemical Industry-perusahaan kimia besar di Inggris) dan IBM juga dapat berguna di sini. Keduanya telah mengembangkan pengalaman mereka dari waktu ke waktu dan telah menghasilkan panduan yang berguna. The EIA jelas merupakan daerah di mana pengalaman dan teknis, pengetahuan hukum dan ilmiah diperlukan. Namun, tidak harus dilihat sebagai kegiatan yang sepenuhnya unik. Ini berbeda dari sebagian besar kegiatan informasi lingkungan -pemeriksaan lainnya dalam hal itu khusus dipersiapkan untuk konsumsi publik dalam konteks tertentu. Sementara informasi lingkungan lainnya semakin menemukan jalan ke dalam domain publik  banyak yang dipersiapkan, di tempat pertama setidaknya, untuk konsumsi manajemen. Setiap organisasi dengan respon perkembangan  lingkungan yang baik dan sistem manajemen lingkungan yang berfungsi penuh akan mengintegrasikan proses AMDAL dengan unsur-unsur lain dari 'audit lingkungan' untuk menghindari duplikasi, untuk menyediakan sumber-sumber independen dari data dan untuk mengembangkan strategi organisasi secara keseluruhan sehubungan dengan sensitivitas lingkungan.


SURVEI LINGKUNGAN
Kami telah menggunakan istilah "survei lingkungan" untuk mengacu pada jenis yang paling sederhana dari audit lingkungan - langkah pertama yang setiap organisasi dapat ambil untuk memperbaiki sensitivitas atas lingkungan. Sederhana meskipun mungkin, melayani sejumlah fungsi penting, termasuk orientasi organisasi untuk isu - isu lingkungan, mulai proses mengenali dan mengidentifikasi daerah - daerah yang sebenarnya dan potensi dampak lingkungan dan meletakkan agenda awal untuk melakukan audit lingkungan lebih lanjut dan memulai bergerak menuju pengelolaan lingkungan yang lebih lengkap. Apapun hasilnya, pengalaman ini dan kemudian tahap mengharuskan umpan balik ke masalah yang kita bahas dalam bab sebelumnya - misalnya, pernyataan kebijakan organisasi, kegiatan awal penghijauan dan mengubah budaya perusahaan.

Fakta menyedihkan bahwa banyak organisasi besar masih belum mengakui dan mengambil langkah penting ini. Pengalaman dan penelitian terus menunjukkan bahwa banyak sekali organisasi - swasta dan publik - telah melakukan tidak adanya audit lingkungan dan beberapa perusahaan masih menyebut diri mereka sebagai "tidak memiliki dampak lingkungan" atau sebagai "lingkungan netral". Pada bagian ini kami menyarankan bagaimana organisasi dapat melakukan langkah pertama ini. Bagian berikutnya akan membahas bagaimana suatu organisasi dapat bergerak melampaui dasar langkah pertama ini.

Langkah pertama dalam proses mungkin tampak dasar tetapi sering yang paling sulit – benar - benar duduk dan memulai proses. Tahap kedua melibatkan tidak lebih daripada kertas, pensil dan pengetahuan organisasi. Penerapan "Sistem perspektif", arus masuk dan keluar dari organisasi secara luas diidentifikasi di tempat pertama oleh pemilik atau manajer. Kutipan dari langkah pertama dalam satu perdana seperti "survei".

Ini bukan, jelas, mencari wawasan khususnya yang mendalam mengenai dampak lingkungan tetapi mendorong manajer (atau siapa pun) untuk berpikir melalui proses. Masing - masing kategori kemudian terperinci secara terpisah (yang mengarah ke pengakuan item lain yang awalnya tidak terjawab, contoh: penggunaan mobil, penggunaan batu bara api). Kemudian setiap item dan wilayah aktivitas dibahas dalam hal dampak yang mungkin dan bagaimana yang dapat diminimalkan melalui "penolakan, penggunaan ulang, pendauran ulang dan pengganti". Praktek saat ini sehubungan dengan meminimalkan dampak lingkungan yang diperinci dan rencana aksi, dengan pemeliharaan sistem informasi tambahan yang sesuai yang rinci.

Bagian yang paling penting dari rencana tersebut adalah keputusan untuk menilai kinerja terhadap rencana pada tindakan selanjutnya dari pemilik / pengelola organisasi. Hal ini juga secara eksplisit menimbulkan dua tambahan hal yang penting:
1.      Apakah biaya dan manfaat - dalam jumlah keuangan yang sulit - rencana yang telah disepakati? Dalam sebuah organisasi berjalan ketat, beroperasi pada margin kecil tanpa modal cadangan, sebagian besar tindakan yang signifikan tidak mungkin bahwa organisasi tidak mampu mereka dan bertahan dalam bisnis.
2.      Apa faktor-faktor penting kesuksesan bisnis, di luar yang bisnis tidak mampu untuk pergi, contoh: poin sebenarnya konflik nyata antara standar lingkungan dan standar bisnis?

Para pemula dasar sebelum survei lingkungan harus diolah baik secara mengandalkan atau pindah ke bentuk yang lebih canggih dari audit lingkungan. Dua cara dasar untuk melakukan hal ini adalah, pertama, untuk memperbaiki konsepsi organisasi ke sektor yang lebih berguna misalnya efek hulu, orang, rumah tangga/ kantor, proses, produk/ jasa, emisi, limbah dan efek hilir lainnya dan kemudian, kedua, untuk memisahkan analisis situs dan/ atau jalur bisnis/ kegiatan individu dalam rangka baik untuk mengulang latihan atau memperbaiki dengan mengacu pada kriteria yang lebih local..

Namun, faktor yang paling penting yang hilang dari audit yang awam adalah referensi hukum, kondisi lokal, standar industri, persetujuan, dll. Pengalaman menunjukkan bahwa organisasi yang lebih besar sering menemukan hukum dan ancaman motivasi utama adalah kegiatan penghijauan, tapi itu mengganggu proporsi organisasi yang lebih kecil memiliki sedikit gagasan tentang masalah hukum yang mengatur mereka di daerah ini atau, lebih tepat pada, yang mungkin menjadi perhatian mereka dalam waktu dekat. Di sisi lain, organisasi yang lebih kecil cenderung memiliki rasa yang lebih kuat dari masyarakat dan tugas ke wilayah di mana mereka berada.


SURVEI LINGKUNGAN PEMULA
1.      Langkah 1: Memulai - meminta bantuan jika diperlukan
2.      Langkah 2: Buatlah Aliran Sistem Organisasi - mengidentifikasi kategori utama dari input, output, dan kebocoran.
3.      Langkah 3: Memberikan perincian detail dari Elemen pada Langkah 2 - mengidentifikasi produk dan bahan-bahan dan kegiatan yang berkaitan. Mengambil item tambahan yang terlibat di sepanjang jalan.
4.      Langkah 4: Tinjau Setiap item dengan Tampilan untuk Minimasi - penolakan, pengurangan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengganti.
5.      Langkah 5: Menilai Biaya Keuangan dan Manfaat (jika ada) - apa yang dapat organisasi realistis mampu.
6.      Langkah 6: Identifikasi Faktor Krusial Bisnis - apa masalah yang Anda merasa Anda tidak bisa kompromi - di mana lingkungan kehilangan ke bisnis?
7.      Langkah 7: Menyusun Rencana Aksi Detail
8.      Langkah 8: Ulasan Kemajuan di Dewan Rapat atau Setara
9.      Langkah 9: Perhalus Organisasi - mengidentifikasi (sesuai) orang, rumah tangga/ kantor, proses, produk/jasa, emisi dan limbah dan ulangi di situs dan/atau dasar bisnis.
10.  Langkah 10: Mengidentifikasi Hukum yang Ada dan Potensial, Standar Industri, Persetujuan yang Tepat Guna - organisasi yang lebih kecil bergantung dari sini pada asosiasi perdagangan dan jurnal terkait dan majalah perdagangan.


MENGEMBANGKAN AUDIT LINGKUNGAN
Secara luas, ada dua pendekatan untuk mengembangkan audit lingkungan hidup dan sistem manajemen. Yang pertama adalah iteratif (berulang), hampir percobaan berdasarkan error, pendekatan yang banyak organisasi ambil dalam sejarah awal pengelolaan lingkungan. Yang kedua adalah untuk secara langsung mengikuti prosedur untuk mengadopsi standar saat ini sebagai diabadikan dalam, misalnya, EMAS dan seri ISO 14000. Kita akan melihat, meskipun sebentar, baik dari ini. Bagian ini akan memberikan, diskusi umum secara luas dari audit lingkungan hidup yang lebih formal.

Sementara, ada desakan yang meningkat menuju standarisasi pendekatan untuk mengembangkan audit lingkungan hidup, setiap organisasi berbeda, memiliki masalah yang berbeda dan mungkin yang paling penting, berbeda dalam bakat, waktu dan kas yang tersedia untuk itu. Mungkin keputusan pertama organisasi harus pada tahap ini adalah: kita pergi sendiri atau memanggil bantuan dari luar? Dan kita melakukan penyelidikan lebih atau kita dalam posisi untuk langsung berpindah ke pengaturan sistem manajemen lingkungan kita?

Banyak organisasi dari berbagai ukuran telah menemukan bahwa penyelidikan lebih lanjut diperlukan sebagai awal untuk pengembangan sistem manajemen lingkungan. Pendekatan yang paling banyak dilaporkan adalah bahwa memanggil konsultan audit lingkungan untuk memberikan tinjauan organisasi yang luas. Perusahaan lain telah memilih untuk melakukan hal itu sepenuhnya di perusahaannya untuk menjaga hal pribadi, sementara mereka memulai proses memulai di perusahaan mereka menjadi semacam perintah. Lebih umum adalah keseimbangan antara kedua berkembang di tim audit lingkungan perusahaan sendiri dan meminta kepada badan eksternal pada tahap yang berbeda untuk saran dan evaluasi apa yang telah dilakukan.


UNSUR UTAMA DALAM AUDIT LINGKUNGAN ATAU PENGKAJIAN
1.        Mengidentifikasi yang paling penting dari interaksi lingkungan organisasi.
2.        Menilai tingkat dampak lingkungan.
3.        Pelajari tentang bagaimana menghadapi dan mengurangi atau meningkatkan dampak organisasi.
4.        Mengidentifikasi daftar prioritas interaksi yang akan berurusan dengan hal ini akan berkembang, sebagian dari pertama, kedua dan sebagian dalam menanggapi perubahan aktual dan potensial dalam hukum dan sikap masyarakat.
5.        Menetapkan standar dan kebijakan
6.        mengidentifikasi tanggung jawab
7.        Melatih staf
8.        Perubahan praktek dan menempatkan kebijakan dalam tindakan
9.        Mengembangkan sistem informasi lingkungan
10.    Memantau kinerja dan penilaian kinerja
11.    Menilai kinerja terhadap standar
12.    Penilaian kembali daftar ini mulai dari atas, secara sistematis dan berkelanjutan

Pada saat suatu organisasi mencapai tahap merancang sebuah strategi audit lingkungan, mulai muncul pertanyaan besar tentang strategi lingkungan secara keseluruhan, tujuan, sasaran, dan bagaimana lingkungan diterbitkan harus cocok ke dalam konteks organisasi secara keseluruhan. Salah satu pendekatan untuk mencoba pengintegrasian ini adalah penggunaan analisa SWOT. Perusahaan dari sosok dan pengalaman Pilkington Glass sudah menemukan Penanggung jawab sebuah analisa SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats), jika dilakukan secara kejam dan jujur dapat memberikan panduan yang berguna di mana untuk menempatkan perhatian dalam pengembangan respon lingkungan organisasi. Ilustrasi Analisa SWOT dibawah ini menggambarkan umumnya macam hal yang mungkin berguna datang melalui proses tersebut - harus benar-benar berguna akan perlu banyak lebih spesifik dari ini.

KEKUATAN
1.      Citra Publik
2.      Moral Staf
3.      Tipe Produk
4.      Keuntungan Teknologi
5.      Peluang Daur Ulang
6.      Posisi saat ini dalam Rapat Tingkat Perizinan
7.      Kesadaran Lingkungan di Industri
KELEMAHAN
1.      Kesan Umum Kurang Penghijauan, Polusi Terlihat
2.      Menjualkan, Biaya Vs Emisi, Berbagai Jenis Emisi
3.       Standar Seluruh Dunia
4.      Tingkat Daur Ulang
5.      Keterbatasan Teknologi Terkini pada Penghijauan Produk dan Proses
6.      Transportasi
7.      Keracunan Limbah
PELUANG
1.      Kekuatan Produk Lingkungan
2.      Keterlibatan dengan Grup Bisnis dan Lingkungan
3.      Keterlibatan dengan Masyarakat
4.      Peluang Daur Ulang
5.      Penggunaan dan Pengembangan Goodwill dan Ide Karyawan
6.      Posisi di Industri
7.      Eksploitasi Keuntungan R & D
ANCAMAN
1.      Undang-undang di Semua Negara Operasi
2.      Biaya Energi
3.      Kewajiban atas Biaya Perawatan dan Pembungan
4.      Standar di Seluruh Dunia dan Perdangan Antar   Perusahaan
5.      Biaya Saat ini dan Pemantauan Masa Depan
6.      Citra Publik Baik yang Sudah Ada Membuat Kita Rentan Akan Kecelakaan dan Penemuan Lain

Analisis tersebut memiliki keuntungan yang berbeda mendorong organisasi untuk mengambil keras melihat dirinya sendiri dan memulai proses mengidentifikasi di mana upaya lingkungan harus terletak. Namun, analisis SWOT sukses mengasumsikan pengetahuan yang signifikan dari kegiatan organisasi dan ini tidak dapat diasumsikan. Pengalaman menunjukkan bahwa banyak perusahaan - besar serta kecil - sering memiliki sedikit gagasan nyata dari apa yang terjadi di seluruh operasi mereka. Hal ini terutama terlihat di perusahaan multinasional di mana, misalnya, beberapa perusahaan nama rumah tangga mungkin memiliki pengetahuan tentang mereka di AS dan kegiatan Kanada dan pengetahuan berkembang orang-orang Eropa mereka tetapi sedikit atau tidak ada pengetahuan tentang operasi di tempat lain. Di sini, ada kebutuhan untuk melakukan investigasi lebih sebelum pembangunan yang lebih canggih bisa terjadi


BENTUK AUDIT LINGKUNGAN
Dalam setiap strategi manajemen tertentu, berikut ini audit  dapat dilihat sebagai hal yang sama pada intinya, hanya berbeda dalam hal tujuan mereka, ruang lingkup, risiko yang mereka upayakan untuk dikaji dan keputusan manajemen yang mereka dukung dan informasikan.
·           Kepatuhan Audit 1: Menilai kepatuhan terhadap standar hukum saat ini dan masa depan
·           Kepatuhan Audit 2: Menilai kesesuaian dengan persetujuan, industri dan standar pedoman
·           Kepatuhan Audit  3: Menilai kepatuhan terhadap kebijakan dan standar perusahaan
·           Audit Energi (Ch. 6)
·           Audit Limbah (Ch. 7)
·           Situs Audit: Meninjau aspek pernahkah dari situs atau tempat pemeriksaan di situs mengalami masalah aktual atau potensial.
·           Audit Kegiatan: Meninjau kegiatan tertentu atau proses, terutama yang mencakup situs, unit bisnis dan negara.
·           Isu Audit: Meninjau kinerja perusahaan dalam bidang tertentu - contoh: dalam kasus BP, BAT dan B & Q, hutan kayu tropis dan berdampak pada habitat.
·           Pengambilalihan / Merger Ulasan: Penilaian potensi anak perusahaan, rekanan atau mitra dengan standar perusahaan dan masalah hukum yang aktual dan potensial.
·           Proses Audit: Terkait dengan hal tersebut dan dirancang untuk memastikan bahwa kebijakan, proses, dokumentasi, tanggung jawab, pemantauan dan penilaian pada tempatnya.
·           Masalah Audit yang Berkembang: penilaian skenario masa depan, antisipatif dan dimaksudkan untuk menilai sejauh mana kemampuan organisasi untuk merespon tantangan baru.

Dan sebagai perkembangan sistem manajemen lingkungan, audit ini akan terkait erat dengan:
·           Audit Proses Keselamatan: Bahaya dan risiko yang timbul dari proses, keselamatan dan ketentuan kecelakaan.
·           Audit Kesehatan: Paparan dan kondisi untuk tenaga kerja.
·           Kualitas Audit: Tidak hanya produk yang digunakan tetapi lingkungan dalam kaitannya dengan TQM.
·           Audit Sosial (Ch. 13)
·           Audit Keberlanjutan (Ch.14)


MENGEMBANGKAN SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN
Pemahaman tentang peran audit lingkungan - dan dengan demikian membuat penuh penggunaan proses - dapat dicapai hanya dalam konteks yang lebih luas belajar untuk mengelola kinerja lingkungan. Ini bukan hanya karena ini mungkin masuk akal bisnis yang baik atau karena membatasi diri untuk reaksi ad hoc tidak efisien tetapi karena lingkungan tertanam di setiap helai kehidupan organisasi dan dampaknya akan terus tumbuh. Lingkungan bukan masalah satu dari mengakui satu dari solusi.

Dengan demikian, audit lingkungan harus menjadi bagian rutin, kritis dan analitis manajemen organisasi. Sebuah pesan konstan melalui buku telah kesulitan - jika tidak mustahil - untuk mogok respon lingkungan menjadi bagian-bagian terpisah. Mengembangkan kebijakan lingkungan organisasi dan mendaftar ke piagam membutuhkan pemahaman tentang dampak lingkungan organisasi. Hal ini diperoleh melalui audit lingkungan awal. Untuk mengarahkan audit lingkungan secara efisien dan efektif mereka harus didorong oleh kebijakan. Seluruh proses melingkar bukan linear. Hal ini dengan baik digambarkan oleh gambar dibawah ini.

Dengan cara ini kita dapat melihat fungsi yang lebih maju audit lingkungan (lebih tepatnya disebut ulasan, pemantauan dan pengawasan sekarang) sebagai sarana menilai kemajuan terhadap sasaran dan tujuan dan sebagai sarana pemantauan baru dan masalah yang muncul dan mencari yang baru dan inovatif cara untuk meningkatkan keseluruhan kualitas lingkungan - persis peran yang dirancang untuk audit lingkungan, di antaranya Hewlett Packard.  Gambar disini menyediakan cara dasar yang terkandung untuk pendekatan yang lebih maju ini. Apa setiap organisasi harus mencari pada tahap ini adalah strategi pengelolaan lingkungan terpadu mirip secara prinsip dengan budaya demi mengejar Manajemen Kualitas Total (TQM) dan meningkat, pengelolaan lingkungan yang baik dipandang sebagai komponen penting dari TQM yaitu EQM. Seperti TQM, tidak ada metode sederhana untuk membeli dalam kualitas. Organisasi harus mencari, dalam semua dimensi, untuk menjadi yang terbaik. Hal ini menyebabkan organisasi untuk mempertimbangkan apa pun selain (misalnya) tidak ada keluhan, tumpahan dan kecelakaan, polusi dan limbah secara fundamental tidak dapat diterima. Sebagai dua perusahaan menengah, membuat titik yang sama, dengan cara yang berbeda di benua yang berbeda, dimasukkan ke dalam:

Pendekatan untuk TQM lingkungan / EQM mengarah IBM untuk menerapkan standar tertinggi di seluruh dunia, dan akan diikuti oleh perusahaan-perusahaan seperti ICI dan BAT. Ini mengarah ke banyak inisiatif kebanggaan seperti enam poin  prinsip - prinsip perusahaan  Ciba-Geigy, 3M’s 3Ps (Pollution Preventive Pays) dan Dow Chemicals mengakui kepemimpinan dalam standar pelayanan dalam industri kimia. Dan itu mengarah ke seluruh wilayah pengukuran kinerja lingkungan dan indikator yang sudah telah kami sebutkan. Salah satu pendekatan yang menarik untuk ini ditunjukkan oleh Indeks Lingkungan Rhone- Poulenc. Meskipun tidak tanpa masalah, Indeks Lingkungan Rhone-Poulenc yang dihitung untuk pembuangan limbah cair dengan pembobotan zat padat tersuspensi, COD, garam terlarut, hasil daphnia uji toksisitas dan nitrogen dan fosfor yang dihasilkan oleh masing-masing pabrik dengan koefisien mencerminkan bahaya lingkungan yang ditimbulkan oleh komponen yang berbeda dari aliran limbah dan dengan volume produksi untuk periode tersebut. Gambar di bawah ini menggambarkan bagaimana bahan ini muncul dalam salah satu laporan lingkungan Rhone-Poulenc.

Sebagai organisasi individu lain melihat nilai mengidentifikasi ukuran kinerja lingkungan gagasan pengindeksan telah berkembang dalam popularitas. Ada, pasti Namun, keraguan atas keakuratan indeks tersebut dalam bahwa mereka memungkinkan menjualkan antara peningkatan di beberapa limbah terhadap penurunan lain. Dengan kata lain, mereka berpotensi kehilangan terlalu banyak informasi dalam agregasi. Mereka bisa, dengan demikian, berpotensi menyesatkan. Memang, seperti hanya beberapa masalah dengan penggunaan pengukuran kinerja gabungan. Kemajuan yang tak tertahankan di penetrasi dan kecanggihan audit lingkungan dalam segala bentuknya dan hubungan tak terelakkan melalui sistem manajemen lingkungan sekarang sedang diabadikan dalam petunjuk dan bujukan baik di tingkat nasional maupun internasional.


ECO-MANAGEMENT dan AUDIT SCHEME (EMAS), BS7750 dan ISO 14000
Audit lingkungan dan sistem manajemen lingkungan menemukan manifestasi yang paling terlihat dalam serangkaian pedoman yang dengan cepat menetapkan diri sebagai indikator 'praktek terbaik' di lapangan. Begitu banyak, sehingga adopsi secara eksplisit dan sistematis dari satu atau lebih pedoman ini bersama dengan badan yang mengeluarkan sertifikasinya sekarang dapat dianggap menjadi elemen penting dari manajemen bisnis yang baik. Sementara dalam beberapa waktu ini, pedoman nasional tentang audit lingkungan dan EMS telah keluar di beberapa Negara, itu adalah penerbitan standar internasional dan generik yang mendorong audit lingkungan dan EMS ke panggung internasional sebagai papan utama dalam kebijakan lingkungan setiap organisasi dan straregi. Ada tiga standar  yang akan kita bahas secara singkat di sini. Standar itu :
1.        British Standard Institution BS7750,
2.        Uni Eropa Eco-Management dan Audit Scheme (EMAS) dan
3.        Standarisasi untuk Organisasi Internasional ISO seri 14000.

Sementara tiga standar memiliki banyak kesamaan, ada beberapa perbedaan penting yang telah menjadi subyek dari banyak perdebatan yang sengit. Kami akan menguraikan masing-masing standar dengan singkat:

1.    British Standard Institution BS7750
·         Dianggap sebagai standar internasional berlaku bagi EMS dan audit lingkungan
·         Diterbitkan pada tahun 1991, menitik beratkan pada pendekatan dan penggunaan rasional dalam pendekatan standar Inggris untuk total kualitas manajemen.

Alasan di balik ini adalah bahwa organanisasi yang sudah disertifikasi di bawah standar mutu akan merasa relatif lurus ke depan untuk mencari sertifikasi di bawah standar pengelolaan lingkungan. Unsur penting dari kualitas dan standar lingkungan adalah bahwa organisasi harus memiliki kebijakan yang sistematis, sarana mengidentifikasi isu-isu, pemantauan sistematis dan komitmen untuk perbaikan terus-menerus.

Sistem manajemen lingkungan BS7750 ini mengadopsi struktur yang mirip dan lazim yang digunakan dalam BS5750 pada sistem manajemen mutu. Yaitu :
·           Persiapan ulasan lingkungan termasuk inventarisasi emisi dan limbah dari setiap fasilitas.
·           Penaksiran dampak lingkungan dan penetapan target perbaikan.
·           Pembentukan target kinerja manajerial dan pusat penilaian, tanggung jawab dan akuntabilitas.
·           Implikasinya adalah organisasi juga akan perlu memiliki sistem untuk meninjau pasokan bahan, produk yang mereka digunakan serta prosedur investasi keuangan mereka.
·           Rencana manajemen yang rinci dan audit kinerja secara teratur (audit yang dilakukan oleh personel yang independen dari fasilitas diaudit yang mungkin menjadi anggota dari organisasi atau auditor eksternal).
·           Seluruh proses harus diaudit, dan
·           Memperbaharui penghargaan dari BS7750 dengan melanjutkan komitmen organisasi terhadap pengembangan EMS dan review dan mengaudit sistem tersebut.

2.    Uni Eropa, Eco-Management dan Audit Scheme (EMAS)
·         Peraturan EMAS Eropa diadopsi oleh Dewan Eropa pada tahun 1993
·         EMAS didirikan secara sukarela, setelah sukses melobi kepentingan bisnis dalam usaha mencegah adopsi sebagai persyaratan pada semua organisasi.

Sementara persyaratan untuk pendaftaran di bawah EMAS terlihat luas dibandingkan dengan BS7750 dan didasarkan pada luas alasan yang sama, ada sejumlah perbedaan.
Tiga elemen kunci EMAS adalah :
·           Desakan Kuat pada Target dan Perbaikan,
Desakan pada target dan perbaikan berarti bahwa standar tidak akan mentolerir jika hanya memantau efek lingkungan melainkan harus benar-benar membutuhkan perbaikan kinerja lingkungan.
·         Situs-Dasarnya,
Situs-dasar standar, sementara itu memungkinkan organisasi untuk mengembangkan kepatuhan mereka dengan EMAS pada sedikit demi sedikit, secara berulang, juga berarti bahwa situs kotor tidak bisa disembunyikan dengan off-setting hasil terhadap situs bersih.
·         Kebutuhan untuk Pengungkapan dan Verifikasi.
Masalah yang telah menciptakan oposisi terlihat yang paling fasih ke EMAS adalah  pengungkapan dan verifikasi.

Jika perbaikan kinerja lingkungan organisasi adalah tujuan utama kami, maka pengungkapan tampaknya merupakan komponen penting. Perusahaan perlu tahu bahwa kinerja mereka akan berada di bawah pengawasan publik berdasarkan data yang telah dibuktikan secara sistematis.

Ini, seperti perkembangan yang lebih luas dalam pelaporan lingkungan, maka dapat menyebabkan organisasi untuk menjadi apa yang John Elking katakan, "good little goldfish". Seperti yang akan kita lihat, banyak organisasi telah menyambut kesempatan untuk memberikan pengungkapan lingkungan "baik" perusahaan untuk memperoleh pengakuan untuk kegiatan mereka dan mendorong organisasi dan para pemangku kepentingan untuk membahas dan mengenali kesulitan yang sangat nyata dan konflik kepentingan yang melekat dalam isu-isu lingkungan bisnis. Namun, banyak organisasi besar menentang pengungkapan diatur dan suara mereka membawa banyak kekuasaan atas pengenalan EMAS. Secara EMAS adalah sukarela, maka pasar menentukan siapa mengadopsi EMAS dan siapa yang tidak.

Hal ini suatu alasan sosial mengapa perusahaan mungkin menentang EMAS, keterbukaan dan verifikasi lapangan. Kita mungkin juga menganggap bahwa organisasi tersebut baik tidak peduli tentang isu-isu lingkungan dan / atau sesuatu yang buruk. EMAS tetap terberat dari manajemen dan standar audit lingkungan. Diadopsi secara luas di Jerman dan Austria, tetapi adopsi di tempat lain lebih merata. Sebagian besar organisasi telah memilih untuk memberikan suara dengan kaki mereka dan menghindari EMAS. Tetapi perusahaan-perusahaan tersebut tidak bisa, ketika berada di bawah pengawasan untuk kinerja lingkungan mereka, hanya berjalan kaki dari lingkungan standar dan ini adalah di mana ISO 14000 datang ke dalam.

3.    Standarisasi untuk Organisasi Internasional ISO seri 14000
Garis Besar ISO 14000
Sistem manajemen lingkungan (ISO 14001) harus terdiri :
·           Kebijakan lingkungan
·           Suatu penaksiran dari aspek lingkungan dan kewajiban hukum dan sukarela
·           Sistem manajemen,
·           Serangkaian audit internal berkala dan laporan kepada manajemen puncak
·           Pernyataan publik bahwa ISO 14001 sedang dilaksanakan

Audit lingkungan (ISO 14010):
·           Apakah diperlukan untuk menetapkan bahwa ISO 14001 sedang dipenuhi
ISO 14000 serangkaian standar didasarkan (seperti BS7750) pada standar sebelumnya manajemen mutu (ISO 9000). Serial ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1996 dan telah berkembang baik dalam jumlah dan di mana-mana sejak saat itu. Memang, itu mungkin tepat untuk mengatakan bahwa ISO 14000 sekarang standar untuk pengelolaan lingkungan dan audit. 
Alasan untuk ini tidak sulit untuk ditemukan. Berbasis di Amerika Serikat dan didominasi oleh perusahaan besar AS, bimbingan ISO pada manajemen lingkungan dan audit eksplisit sukarela, jauh lebih peduli dengan sistem manajemen dibandingkan dengan kinerja lingkungan per se dan terutama, tidak mengandung persyaratan baik untuk pengungkapan atau verifikasi yang ketat. Ini adalah titik yang diperdebatkan apakah sebagai pendukungnya mengklaim, persyaratan kurang menuntut ISO 14000 akan memiliki efek mendorong lebih luas organisasi untuk memenuhi satu set standar minimum. Detektor pendekatan ISO mengatakan bahwa 'praktek terbaik' telah diencerkan dan menghindari pengungkapan mendorong perusahaan untuk menyembunyikan.

Sementara, pasti, ada beberapa alasan untuk perayaan jika semua organisasi datang beberapa minimum mitra saya pengelolaan lingkungan kita tidak harus menipu diri sendiri bahwa ini, tentu, mengarah ke peningkatan kinerja enviromental atau yang telah banyak, jika ada, hubungannya dengan keberlanjutan.


AUDIT PEMASOK dan ECO-LABELLING
Pelabelan dan audit pemasok adalah dua isu-isu terkait yang mengandalkan EMS dan audit lingkungan. Keduanya adalah mekanisme pasar di mana pembeli barang dan jasa dapat mengetahui lebih tepat tentang sejarah lingkungan dari apa yang dibeli. Bagaimanapun mereka saling berhubungan dengan tahapan yang berbeda dalam rantai nilai ekonomi . Di satu sisi, pelabelan terkait dengan pembelian oleh pengguna akhir. Di sisi lain, audit pemasok yang lebih umum berkaitan dengan dampak lingkungan dari sumber barang dan jasa yang dibeli oleh organisasi untuk digunakan dalam produksi barang dan jasa mereka sendiri.

Eco-labelling bertujuan untuk memungkinkan organisasi produk dan layanan memenuhi standars lingkungan tertinggi dalam pembuatan dan operasi mereka. Esensi dari audit pemasok adalah bahwa produk dan jasa yang dibeli oleh sebuah organisasi harus memenuhi, minimal standar yang diterapkan dalam organisasi itu.
Alasannya beragam dan cukup jelas :
1.        Pertahanan (klaim hijau untuk produk, jasa atau proses dapat dirusak oleh penggunaan input non-hijau),
2.        Etika (membuat klaim yang tidak benar, menyesatkan atau nakal dan mana organisasi tersebut tidak memiliki dasar bukti tidak meningkatkan nya etis sikap),
3.        Lingkungan aktif (baik dilihat sebagai kegiatan dakwah atau sebagai bagian dari inisiatif oleh perusahaan besar untuk membantu yang lebih kecil, audit ini memajukan tingkat organisasi kesadaran lingkungan),
4.        Strategis (membangun rantai pasokan, karyawan dan keunggulan kompetitif di depan hukum dan presepsi publik).

IBM Inggris memiliki mungkin salah satu kebijakan terpanjang  yang didirikan pada bidang ini dan menyajikan contoh dengan baik. Ekstrak dari program lingkungan dapat dilihat sebagai berikut :


EKSTRAK DARI KEBIJAKAN AUDIT PEMASOK IBM
Menyadari peran penting yang dimainkan oleh ribuan pemasok IBM, Inggris dan subkontraktor dalam menjaga standar lingkungan, gugus tugas didirikan dalam organisasi pembelian Mei 1990 untuk meninjau dan meningkatkan kesadaran pemasok isu-isu kunci.
1.        Menetapkan pedoman lingkungan self assessment pemasok
2.        Isu guidelinesto semua pemasok
3.        Membangun kuesioner lingkungan rinci untuk pemasok perusahaan besar
4.        Percontohan dan kuesioner masalah kepada pemasok utama


PEMERINTAH PUSAT & DAERAH DAN AUDIT LINGKUNGAN
Dalam istilah yang sangat luas, pemerintah pusat dan daerah kini harus berkomitmen untuk :
1.        Audit lingkungan dari kegiatan mereka sendiri (penggunaan energi, pembelian)
2.        Penaksiran kebijakan lingkungan mereka, perpajakan, subsidi dan regulasi
3.        Menempatkan isu-isu lingkungan di inti semua bidang mereka, melihat pengaruh (pendidikan, pelatihan, pengembangan, perumahan, kesehatan)
4.        Bekerja dengan bisnis untuk berkomitmen memajukan agenda sosial dan lingkungan
5.        Memberikan mekanisme untuk mendorong semua organisasi untuk mengadopsi praktek lingkungan terbaik melalui, misalnya, pelatihan, hibah dan kesadaran-kesadaran tentang hal-hal seperti EMS dan audit lingkungan
6.        Menempatkan kriteria lingkungan primer di inti masalah perencanaan, penilaian dampak lingkungan dan hal-hal lain seperti pendaftaran tanah yang terkontaminasi
7.        Pemantauan keadaan lingkungan lokal dan nasional itu sendiri


KETERANGAN PENUTUP
Manajemen dan audit lingkungan yang tidak diragukan lagi terdapat dalam  pertumbuhan dan pengembangan utama bisnis, respon terhadap agenda lingkungan. Mereka sekarang jadi pusat manajemen organisasi, dimana setiap organisasi mengabaikan bahaya nya. Audit lingkungan menyentuh banyak bidang regulasi lingkungan di masa depan saat ini, yang diusulkan dan mungkin dan bertindak baik sebagai langkah besar pertama yang penting terhadap sensitivitas lingkungan dan sebagai langkah teratur dan substansial terhadap sensitivitas lingkungan dan sebagai bagian rutin dan penting dari sistem manajemen lingkungan.

Pernyataan terakhir dalam keterangan penutup ada dua yaitu :
1.        Dengan persyaratan audit yang telah disesuaikan dari akuntan seperti yang terjadi dengan audit sosial pada 1970-an dan 1980-an ada kebutuhan besar untuk berhati-hati dengan terminologi sehingga salah satu yang sepenuhnya jelas tentang tujuan dari kegiatan yang dilakukan.
2.        Audit lingkungan akan menjadi kontraproduktif dalam jangka menengah. Bukti umum yang signifikan menunjukkan bahwa minoritas dari organisasi yang telah dilakukan peninjauan awal belum ditindaklanjuti atau telah mengatur parameter sehingga hasil sebagian besar tidak berarti.

CEK DISINI