Sunday, May 8, 2016

Sekilas mengenai Kompetensi dan Dukungan Organisasi

Kompetensi
Pengertian Kompetensi
Menurut Elfarini dalam penelitian Anugerah dan Akbar (2014) untuk mendapatkan audit yang berkualitas, akuntan diharapkan mempunyai kompetensi yang memadai sesuai tugas dan tanggung jawabnya. Auditor yang berkompeten adalah auditor yang dengan pengetahuan dan pengalamannya yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama. Dikutip dari Hutapea dan Thoha (2008), pada awalnya hanya ada dua jenis definisi kompetensi yang berkembang pesat yaitu:
1.        Menurut Miller, kompetensi yang didefinisikan sebagai gambaran tentang apa yang harus diketahui atau dilakukan seseorang agar dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Pengertian kompetensi jenis ini dikenal dengan nama kompetensi teknik/ fungsional atau dapat juga disebut hard skills/ hard competency. Kompetensi jenis ini bermula dan berkembang di Inggris dan banyak digunakan di negara – negara Eropa dan Commonweatlh. Konsentrasi kompetensi teknis adalah pada pekerjaan yaitu untuk menggambarkan tanggung jawab, tantangan dan sasaran kerja yang harus dilakukan atau dicapai oleh si pemangku jabatan agar si pemangku jabatan dapat berprestasi dengan baik.
2.        Menurut Miller, kompetensi yang menggambarkan bagaimana seseorang diharapkan berperilaku agar dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Pengertian kompetensi jenis ini dikenal dengan nama kompetensi perilaku atau sering disebut soft skills/ soft competency. Perilaku merupakan suatu tindakan sehingga kompetensi perilaku akan teridentifikasi apabila seseorang memperagakannya dalam melakukan pekerjaan. Jenis kompetensi ini lahir dan berkembang di Amerika Serikat.

 Komponen Pembentuk Kompetensi
   Spencer & Spencer dalam Wibowo (2013) menyatakan bahwa kompetensi merupakan landasan dasar karakteristik orang yang mengindikasikan cara berperilaku atau berpikir, menyamakan situasi, dan mendukung untuk periode waktu yang cukup lama. Terdapat lima tipe karakteristik kompetensi, yaitu sebagai berikut:
1.        Motif (motive)
Motif yaitu jenis kompetensi yang secara konsisten menjadi dorongan, pikiran atau keinginan seseorang yang menyebabkan munculnya suatu tindakan. Motif akan mengarahkan dan menyeleksi sikap menjadi tindakan atau mewujudkan tujuan. Contoh: seorang pemimpin redaksi yang memiliki motif berprestasi yang tinggi akan konsisten dalam menetapkan tujuan dan menantang dirinya sendiri untuk memikul tanggunga jawab yang lebih besar dan agar dapat bekerja dengan lebih baik.
2.        Sifat bawaan (trait)
Sifat bawaan yaitu karakteristik fisik dan respon yang konsisten pada situasi/informasi, maupun sifat bawaan yang lebih kompleks yang dimiliki seseorang sebagai karakter. Seperti kompetensi untuk mengendalikan emosi, dan memiliki ketahanan stress yang tinggi.
3.        Konsep diri (self - concept)
Jenis kompetensi merupakan gambaran mengenai diri sendiri, sikap dan nilai - nilai yang diyakini. Contoh: pemimpin redaksi yang membayangkan dirinya (memiliki konsep diri) sebagai seorang pemimpin, maka ia akan lebih memungkinkan untuk menunjukkan perilaku kepemimpinan daripada orang yang tidak memiliki konsep diri tersebut.
4.        Pengetahuan (knowledge)
Jenis kompetensi ini merujuk pada informasi yang dimiliki seseorang pada bidang tertentu. Pengetahuan hanya dapat memprediksi apa yang dapat dilakukan seseorang, bukan apa yang akan dilakukannya. Pengetahuan yang sebaiknya dimiliki oleh seorang pemimpin redaksi adalah mengenai cara kerja/alur keredaksian dan juga menguasai sistem kerja perusahaan. Selain itu juga dibutuhkan pengetahuan mengenai ilmu jurnalistik, fotografi dan artistik.
5.        Keterampilan (skill)

Keterampilan yaitu kompetensi untuk melakukan tugas fisik atau mental tertentu (dapat dipelajari). Keterampilan mental mencakup pemikiran analitis (memproses pengetahuan atau data, menentukan sebab dan pengaruh, mengorganisasi data dan rencana). Skill yang diharapkan dimiliki oleh seorang pemimpin redaksi mencakup keterampilan untuk menuangkan ide/pikiran ke dalam suatu tulisan secara sistematis.

Pengertian Dukungan Organisasi
Eisenberger (2002) mengartikan Perceived Organizational Support (POS) merupakan dukungan organisasi yang dipersepsikan dengan keyakinan global mengenai sejauh mana organisasi menilai kontribusi, memperhatikan kesejahteraan, mendengar keluhan, memperhatikan kehidupan dan mempertimbangkan tujuan yang akan dicapai serta dapat dipercaya untuk memperlakukan karyawan dengan adil. Dukungan organisasi merupakan kepercayaan global karyawan mengenai sejauh mana organisasi mereka menilai kontribusi dan memperhatikan kehidupan karyawannya.
Shore dan Tetrik dalam penelitian Mallisa (2009) mengemukakan dukungan organisasi adalah persepsi karyawan terhadap komitmen mereka pada organisasi terhadap kesejahteraan mereka yang dapat menimbulkan komitmen karyawan untuk tetap setia bekerja pada organisasi tersebut. Menurut Robbins (2014) dukungan organisasional yang dirasakan adalah tingkat sampai dimana karyawan yakin organisasi mengahargai kontribusi mereka dan peduli dengan kesejahteraan mereka. Kecuali jika manajemen tidak mendukung bagi karyawan, karyawan dapat melihat tugas - tugas tersebut sebagai sesuatu yang  tidak menyenangkan dan memperlihatkan hasil kerja yang tidak efektif untuk organisasi.

Bentuk Dukungan Organisasi
Bentuk dukungan organisasi menurut Buffardi, Bauhman dan Morse yang dikutip dari Malissa (2009) terbagi atas delapan yaitu:
1.        Keadilan
Keadilan adalah keadilan prosedur dalam penilaian kinerja. Faktor penilaian secara objektif memfokuskan pada fakta yang bersifat nyatadan hasilnya dapat diukur, misalnya kualitas, kuantitas dan kehadiran.
2.        Penghargaan
Dukungan organisasi dapat berupa penghargaan terhadap mereka yang berprestasi bagus dan yang setia pada organisasi, kebijakan organisasi terhadap seluruh internal auditor yang ada, fasilitas yang diberikan organisasi dalam manfaatnya untuk memberi kemudahan atas pekerjaan yang dilakukan, serta adanya pengakuan terhadap internal auditor tersebut. Penghargaan yang cukup baik akan memotivasi internal auditor dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.
3.        Kondisi Pekerjaan
Kondisi pekerjaan sama halnya dengan adanya tekanan pekerjaan, seperti banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan sebelum terjadinya deadline.
4.        Fasilitas
Fasilitas juga mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap kepuasan kerja internal auditor. Fasilitas yang diberikan organisasi dalam manfaatnya untuk memberi kemudahan atas pekerjaan yang dilakukan internal auditor.
5.        Gaji
Gaji merupakan suatu alat pembayaran atas jasa yang diberikan oleh karyawan. Gaji sangat dibutuhkan oleh setiap orang, bahkan gaji merupakan salah satu alat yang cukup efektif untuk memotivasi internal auditor dalam menjalankan kewajibannya.
6.        Bonus
Bonus diberikan perusahaan kepada karyawan yang dapat bekerja sedemikian rupa sehingga dapat mencapai target diinginkan perusahaan tepat waktu dengan kualitas yang baik. Bonus ini diberikan dengan maksud memotivasi karyawan untuk terus meningkatkan semangat kerja mereka sehingga menciptakan kinerja yang baik.
7.        Jaminan Sosial
Jaminan sosial ini merupakan tunjangan setiap hari raya yang diberikan kepada seluruh karyawan beberapa minggu sebelumnya, yaitu pada saat lebaran dan natal tanpa syarat apapun.
8.        Jaminan Kesehatan
Dengan adanya jaminan kesehatan maka internal auditor akan merasa tenang dan aman dalam melaksanakan semua tugas dan tanggung jawabnya. Jaminan ini diberikan oleh organisasi untuk meringankan beban keuangan mereka pada saat mereka sakit atau mengalami kecelakaan.

Rhoades dan Eisenberger (2002) menyatakan terdapat 3 bentuk umum dari perlakuan organisasi yang mencerminkan dukungan organisasi terhadap para pegawainya, yaitu meliputi :
1.        Keadilan
Greenberg (1990) dalam Rhoades dan Eisenberger (2002) menyebutkan bahwa keadilan yang dimaksud adalah keadilan prosedural yang menekankan pada cara pendistribusian sumber daya - sumber daya yang ada kepada setiap pegawai. Shore dan Shore (1995) dalam Rhoades dan Eisenberger (2002) menyatakan bahwa banyaknya kejadian yang berhubungan dengan keadilan pengambilan keputusan tentang distribusi sumber daya memiliki efek kumulatif terhadap persepsi dukungan organisasi dengan mengindikasikan perhatian organisasi terhadap kesejahteraan pegawainya.
2.        Dukungan Atasan
Kottke dan Sharafinski dalam Rhoades dan Eisenberger (2002) menyatakan bahwa saat para pegawai membentuk persepsi global mengenai penilaian yang mereka terima dari organisasi, mereka mengembangkan pandangan umum berkaitan dengan tingkat penilaian atasan atas kontribusi mereka dan kepedulian atas kesejahteraan mereka. Eisenberger (1986) menyatakan bahwa atasan atau supervisor bertindak sebagai agen dari organisasi yang bertanggung jawab untuk mengarahkan dan mengevaluasi kinerja bawahannya. Oleh karena itu, para pegawai melihat perlakuan atasannya sebagai indikasi dari dukungan organisasi secara keseluruhan terhadap mereka.
3.        Penghargaan dari Organisasi dan Kondisi Pekerjaan
Bentuk-bentuk penghargaan dan kondisi pekerjaan yang berhubungan dengan persepsi dukungan organisasi adalah sebagai berikut:
a)      Pengakuan, Gaji dan Promosi
Rhoades dan Eisenberger (2002) menyatakan bahwa sesuai dengan teori dukungan organisasi, kesempatan untuk mendapatkan imbalan (pengakuan, gaji, promosi) akan berkontribusi pada persepsi dukungan organisasi yang dimiliki oleh pegawai tersebut.
b)      Keamanan Pekerjaan
Allen dalam Rhoades dan Eisenberger (2002) menyatakan jaminan bahwa organisasi akan mempertahankan eksistensi pegawai di masa yang akan datang merupakan indikasi kuat dari persepsi dukungan organisasi.
c)      Otonomi
Dengan otonomi, para pegawai dapat mengendalikan bagaimana mereka menyelesaikan pekerjaannya. Eisenberger (1999) dalam Rhoades dan Eisenberger (2002) menyatakan bahwa otonomi pegawai menunjukkan kepercayaan organisasi terhadap pegawai sehingga akan meningkatkan persepsi dukungan organisasi.
d)     Peran Stressors
Lazarus dan Folkman dalam Rhoades dan Eisenberger (2002) menyatakan bahwa stressors mengacu pada permintaan-permintaan dari lingkungan sekitar yang tidak mampu dipenuhi oleh seseorang. Stressors berpengaruh negatif terhadap persepsi dukungan organisasi karena para pegawai menganggap penyebab stress yang berkaitan dengan pekerjaan berasal dari lingkungan yang dapat dikendalikan oleh organisasi. Selanjutnya Lazarus dan Folkman dalam Rhoades dan Eisenberger (2002) menyebutkan stressors yang berkaitan dengan peranan pegawai dalam organisasi meliputi permintaan yang melebihi kemampuan pegawai untuk bekerja dalam kurun waktu tertentu (work overload); kurangnya informasi yang jelas mengenai tanggung jawab pekerjaan (role ambiguity); dan adanya tanggung jawab yang saling bertentangan (role conflict).
e)      Pelatihan Kerja
Wayne dalam Rhoades dan Eisenberger (2002) berpendapat bahwa pelatihan yang diberikan kepada pegawai merupakan bentuk investasi organisasi dan upaya untuk meningkatkan kemampuan pegawai sehingga akan meningkatkan persepsi dukungan organisasi dan kinerja pegawai.

Menurut Paille, Bourdeau dan Galois (2010), terdapat sejumlah indikator yang dapat dijadikan sarana untuk mengukur dukungan organisasi di dalam suatu perusahaan, yaitu:
1.      Perusahaan mengapresiasi kontribusi karyawan.
2.      Perusahaan mau mempertimbangkan aspirasi karyawan.
3.      Perusahaan mau mempertimbangkan nilai-nilai yang dimiliki karyawan.
4.      Perusahaan benar-benar peduli pada hal baik yang karyawan lakukan di dalam pekerjaannya.
5.      Perusahaan bangga dengan prestasi yang karyawan raih
6.      Perusahaan peduli akan kesejahteraan karyawan