Wednesday, March 1, 2017

Akuntansi Biaya : Penentuan Harga Pokok Produk Bersama


2.1 Biaya Bersama

a. Definisi Biaya Bersama
Biaya bersama dapat diartikan sebagai biaya overhead bersama (join overhead cost) yang harus dialokasikan ke berbagai departemen, baik dalam perusahaan yang kegiatan produksinya berdasran pesanan maupun yang kegiatan produksinya dilakukan cecara massa
Biaya produk bersama (join product cost) adalah biaya yang dikeluarkan sejak saat mula-mula bahan baku diolah sampai dengan saat berbagai macam produk data dipisahkan identitasnya. Biaya produk bersama ini terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.
Pengertian pertama biaya bersama tersebut diatas disebut biaya bergabung (common cost), sedangkan biaya kedua disebut biaya bersama (join cost). Biaya bergabung adalah biaya-biaya untuk memproduksi dua atau lebih produk yang terpisah (tidak diolah bersama) dengan fasilitas sama pada saat yang bersamaan. Biaya bergabung dan biaya bersama mmepunyai satu perbedaan pokok yaitu bahwa biaya bergabung dapay diikuti jejak alirannya ke berbagai produk yang terpisah tersebut tas dasat sebab akibat, atau dengan menelusuri jejak pengunaan fasilitas. Biaya bergabung tidak meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.
Biaya bergabung dan biaya bersama dapat dibedakan ditinjau dari sudut alokasinya. Dasar yang dipakai untuk mengalokasikan biaya biaya bergabung harus menggambarkan aliran biaya tersebut dalam proses produksi atau kepada produk. Dalam alokasi biaya bersama, dasar yang dipakai untuk alokasi tidak menggambarkan aliran biaya bersama tersebut ke dalam produk.
Biaya bersama dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi berbagai macam produk yang dapat berupa produk bersama (join product), produk sampingan (by product) dan produk sekutu (co product). Produk bersama adalah dua produk atau lebih yang diproduksi secara serentak dengan serangkaian proses atau dengan proses gabungan. Nilai jual (Q x P) masing-masing produk bersama ini relative sama, sehingga tidak ada diantara produk-produk yang dihasilkan tersebut dianggap sebagai produk utama ataupun produk sampingan. Produk sampingan adalah satu produk atau lebih yang nilai jualnya relative lebih rendah, yang diproduksi bersama dengan roduk lain yang nilai jualnya lebih tinggi. Pada umumnya pembedaan antara produk bersama dengan produk sampingan didasarkan pada nilai jual relatifnya. Jika nilai jual produk-produk yang dihaslikan relative sama atau setidak-tidaknya material jumlahnya bila dibandingkan dengan selurh pendapatan (revenues) perusahaan, maka produk-produk tersebut merupakan produk bersama. Sebaliknya jika nilai jual salah sati produk relative kecil bila dibandingkan dengan total pendapatan perusahaan , maka produk tersebut merupakan produk sampingan. Pembedaan produk bersama dan produk sampingan atas dasar kriteria nilai jual tersebut memungkinak produk yang ada pada suatu saat diperlakukan sebagai produk sampingan, disaat lain dapat menjadi produk bersama, atau sebaliknya.
Produk sekutu adalah dua produk atau lebih yang diproduksi pada waktu yang bersamaan, tetapi tidak dari kegiatan pengolahan yang sama atau tidak bersal dari bahan baku yang sama.
b. Karakteristik Produk Bersama, Produk Sampingan, dan Produk Sekutu
Produk bersama dan produk sekutu memiliki karakteristik sebagai berikut:
a)      Produk bersama dan produk sekutu merupakan tujuan utama kegiatan produksi.
b)      Harga jual produk ersama atau produk sekutu relative tinggi bila dibandingkan dengan produk sampingan yang dihasilkan pada saat yang sama.
c)      Dalam mengolah produk bersama tertentu, produsen tidak dapat menghondarkan diri untuk menghasilkan semua jenis produk bersama, jika ia ingin memprouksi hanya salah satu diantara produk bersama tersebut.
Produk sampingan dapat digolongkan sesuai dengan dapat tidaknya produk tersebut dijual pada saat terpisah dari produk utama (main product).
a)      Produk sampingan yang bisa dijual setelah terpisah dari produk utama, tanpa memerlukan pengolahan lebih lanjut.
b)      Produk sampingan yang memerlukan proses pengolahan lebih lanjut setelah terpisah dari produk utama.

2.2 Akuntansi Produk Bersama

Biaya bersama dapat dialokasikan kepada tiap-tiap produk bersama dengan menggunakan:
a.       Metode Nilai Jual Relatif
Metode ini banyak digunakan untuk mengalokasikan biaya bersama kepada produk bersama. Dasar pikiran metode ini bahwa harga jual suatu produk merupakan perwujudan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam mengolah produk tersebut. Misalkan biaya bersama yang dikeluarkan oleh PT El Sari selama satu periode akuntansi berjumlah Rp 750.000. jumlah dan harga per satuan produk yang dihasilkan perusahaan tampak pada berikut ini.




Alokasi biaya bersama dengan metode nilai jual relatif

Nilai Jual Relatif
Alokasi Biaya Bersama
Harga Pokok Produk Bersama
per Kg
Produk
Bersama
Jml. Produk yg Dihasilkan
(Kg)
Harga Jual/Kg
Nilai Jual
(3) / 1.000.000
(4) x 750.000
(5) : (1)
(1) x (2)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
A
15000
 Rp    10.00
 Rp   150,000.00
15%
 Rp112,500.00
 Rp      7.50
B
20000
 Rp    17.50
 Rp   350,000.00
35%
 Rp262,500.00
 Rp    13.13
C
25000
 Rp    12.00
 Rp   300,000.00
30%
 Rp225,000.00
 Rp      9.00
D
10000
 Rp    20.00
 Rp   200,000.00
20%
 Rp150,000.00
 Rp    15.00
70000
 Rp1,000,000.00
100%
 Rp750,000.00

Alokasi biaya bersama juga dapat dilakukan sebagai berikut: total biaya bersama (750.000) dibagi dengan total nilai jual (1.000.000) dikalikan 100% akan didapat presentase biaya dari nilai jualnya (75%). Jadi untuk tiap-tiap produk bersama, presentase biaya dari nilai jualnya sebesar 75%. Maka biaya bersama dapat dialokasikan seperti pada tabel diatas (produk A= 75% x 150.000 = Rp 112.000; dan seterusnya).

b.      Metode Satuan Fisik
Metode ini mencoba menentukan harga pokok produksi bersama sesuai dengan manfaat yang ditentukan oleh masing-masing produk akhir. Dalam metode ini biaya bersama dialokasikan kepada produk atas dasar koefisien fisik yaitu kuantitas bahan baku yang terdapat dalam masing-masing produk. Misalnya, 10.000 barrels minyak mentah (crude oil) diolah dalam proses, selama pengolahan 10.000 Barells minyak mentah tersebut, harga pokok bahan baku yang dipakai berjumlah Rp 15.000.000. penyulingan(refinery). Hasil produksi pengolahan tersebut setelah dikurangi dengan kerugian sebanyak 200 barrels (akibat susut atau hilang dalam proses) tampak sebagai berikut.



Hasil pengolahan tiap 10.000 barrel minyak mentah

         Produk
Kuantitas (barrels)
Presentase
Alokasi Harga Pokok Bahan Baku
Gasoline
2600
26.52 %
 Rp    3,978,000.00
Bensin
200
2.04%
 Rp       306,000.00
Kerosin
1000
10.21%
 Rp    1,531,500.00
Minyak pelumas
300
3.06%
 Rp       459,000.00
Minyak bakar
5000
51.03%
 Rp    7,654,500.00
Gas
300
3.06%
 Rp       459,000.00
Produk-produk lain
400
4.08%
 Rp       612,000.00
Jumlah
9800
100%
 Rp  15,000,000.00
Jumlah yang hilang dalam proses
200


10000


c.        Metode Rata-Rata Biaya per Satuan
Metode ini hanya dapat digunakan bila produk bersama yang dihasilkan diukur dalam satuan yang sama. Pada umumnya metode ini digunakan oleh perusahaan yang menghasilkan beberapa macam produk yang sama dari satu proses bersama tetapi mutunya berlainan. Dalam metode ini harga pokok masing-masing produk dihitung sesuai dengan proporsi kuantitas yang diproduksi. Contohnya perusahaan penggergajian kayu menghasilkan berbagai macam mutu kayu. Data kegiatan perusahaan selama satu periode akuntansi sebagai berikut.
·         Jumlah produksi 762.000 m3
·         Biaya bersama Rp 22.860.000
·         Rata-rata biaya per 1000 m3 = Rp 30.000 (Rp22.860.000 : 762)
Rata-rata biaya per 1000 m3  digunakan untuk menghitung harga pokok berbagai macam kayu yang mempunyai mutu yang berbeda-beda sesuai dengan proporsi kuantitasnya masing-masing, disajikan sebagai berikut.




Alokasi biaya bersama dengan metode rata-rata biaya per satuan

Mutu Kayu
Kuantitas yang Diproduksi
(m3)
Rata-Rata Biaya per m3
Harga Pokok Produk
Utama
76200
 Rp         30
 Rp          2,286,000
No. 1
381000
 Rp         30
 Rp        11,430,000
No. 2
152400
 Rp         30
 Rp          4,572,000
No.3
152400
 Rp         30
 Rp          4,572,000
Jumlah
762000
 Rp        22,860,000

d.      Metode Rata-Rata Tertimbang
Jika dalam metode rata-rata biaya per satuan dasar yang dipakai dalam mengalokasikan biaya bersama adalah kuantitas produksi, maka dalam metode rata-rata tertimbang kuantitas produksi ini dikalikan dulu dengan angka penimbang dan hasil kalinya baru dipakai sebagai dasar alokasi. Penentuan angka penimbang untuk tiap-tiap produk didasarkan pada jumlah bahan yang dipakai, sulitnya pembuatan produk, waktu yang dikonsumsi, dan pembedaan jenis tenaga kerja yang dipakai untuk tiap jenis produk yang dihasilkan. Jika yang dipakai sebagai angka penimbang adalah harga jual produk maka metode alokasinya disebut metode nilai relatif.
Contohnya, biaya bersama yang dikeluarkan selama satu periode akuntansi berjumlah Rp 64.500.000. jumlah produk yang dihasilkan dan angka penimbang tiap produk disajikan sebagai berikut.

Alokasi biaya bersama dengan metode rata-tertimbang

Jumlah yang Diproduksi x Angka Penimbang
Alokasi Biaya Bersama
Jumlah yang Diproduksi
Angka Penimbang
(1) x (2)
{ (3) : 215.000} x 64.500.000
Produk
-1
-2
-3
-4
A
40000
3
120000
 Rp            36,000,000
B
35000
2
70000
 Rp            21,000,000
C
25000
1
25000
 Rp              7,500,000



215000
 Rp            64,500,000




2.3 Biaya Bersama dan Keputusan Manajemen

Setelah diuraikan berbagai metode alokasi biaya bersama kepada berbagai macam produk bersama, terlihat jelas bahwa dasar yang dipakai untuk alokasi tidak menggambarkan aliran biaya bersama tersebut ke dalam tiap-tiap jenis produk. Oleh karena itu, tujuan alokasi biaya bersama untuk penghitungan laba, agar dapat diketahui berapa kontribusi masing-masing produk bersama terhadap seluruh laba yang diperoleh perusahaan. Harga pokok tiap-tiap produk bersama yang didapat dari proses alokasi tidak bermanfaat bagi manajemen dalam pengambilan keputusan, bahkan sering menyesatkan.
Contohnya, Perusahaan A memproduksi dua jenis produk: A dan B, dari satu proses produksi. Biaya bersama sebesar Rp375.000 telah dialokasikan kepada produk A dan B dengan metode rata-rata biaya per satuan, seperti berikut.
Produk
Jumlah Satuan Produk (Kg)
Biaya Rata-Rata per Kg
Alokasi Biaya Bersama
A
15000
 Rp              15
 Rp     225,000
B
10000
 Rp              15
 Rp     150,000
C
25000
Rp              15
 Rp     375,000







Jika semua produk yang dihasilkan tersebut terjual habis dengan harga: produk A Rp 16,50 per kg dan produk B Rp 14,50 per kg, maka perhitungan rugi laba seperti berikut.
Produk A
Produk B
Jumlah
Hasil Penjualan
 Rp   247,500
 Rp   145,000
 Rp   392,500
Hasil Pokok Penjualan
 Rp   225,000
 Rp   150,000
 Rp   375,000
Laba (Rugi)
 Rp     22,500
-Rp       5,000
 Rp     17,500









Sumber: Mulyadi. AKUNTANSI BIAYA. YOGYAKARTA: Unit Penerbit dan Percetakan, 2014.