CHAPTER 8
ECONOMIC
CONSEQUENCES AND POSITIVE ACCOUNTING THEORY
8.1 TINJAUAN
Economic Consequences adalah
sebuah konsep yang menilai bahwa, lepas dari implikasi teori pasar sekuritas
yang efisien, pilihan kebijakan akuntansi dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Pada
dasarnya, esensi dari konsekuensi ekonomi adalah bahwa kebijakan akuntansi dan
perubahan kebijakan akuntansi tersebut merupakan suatu yang penting. Yang utama
hal tersebut penting bagi manajemen. Tetapi, bila hal tersebut penting bagi
manajemen, kebijakan akuntansi juga penting bagi para investor yang memiliki
perusahaan, karena manajer bisa saja mengubah operasi actual perusahaan mereka
karena perubahan dalam kebijakan akuntansi.
Manajemen
karena perannya dalam pelaporan keuangan yang sebagian besar diluar dari
kerangka konseptual, kepentingan mereka harus dimasukkan ke dalam standar
akuntansi melalui sebuah proses penyelesaian konflik. Dengan demikian, perlu
bahwa akuntan memahami dan menghargai kepentingan manajemen dalam pelaporan
keuangan, mengingat interaksi yang luas antara manajer, akuntan, dan auditor.
Sebagai contoh, pembuatan standar untuk informasi yang dibutuhan investor dapat
menciptakan bahaya bahwa biaya accounting
disclosure akan diturunkan. Bahaya ini meningkat seiring dengan sifat baik
informasi akuntansi umum, karena investor tidak langsung menanggung biaya
pengungkapan. Mereka mungkin menuntut pembuatan standar pemberian informasi
lebih dari yang diinginkan.
Penting
untuk menunjukkan istilah, “kebijakan akuntansi”, mengacu kepada kebijakan
akuntansi apapun, bukan hanya kebijakan yang mempengaruhi cash flow sebuah perusahaan. Misalnya bahwa sebuah perusahaan
berubah dari declining – balance ke
amortisasi straight – line. Hal ini
tidak akan dengan sendirinya mempengaruhi cash
flow perusahaan. Juga tidak aka nada dampak pada pajak income yang
dibayarkan, karena otoritas pajak memiliki regulasi tunjangan biaya modal
mereka sendiri. Namun kebijakan amortisasi baru tersebut tentu saja akan
mempengaruhi net income yang dilaporkan. Maka, menurut doktrin konsekuensi
ekonomi, perubahan kebijakan akuntansi itu penting, lepas dari kurangnya dampak
pada cash flownya. Sesuai teori pasar
yang efisien, perubahan tersebut tidak akan bermasalah meskipun pasar mungkin
bertanya mengapa perusahaan mengubah kebijakan karena cash flow mendatang, sehingga nilai pasasr dari perusahaan, tidak
secara langsung dipengaruhi.
Pemahaman
konsep konsekuensi ekonomi dalam pemilihan kebijakan akuntansi merupakan hal
penting karena beberapa alasan :
a. Konsep
itu sendiri merupakan hal yang menarik.
b. Pendapat
bahwa kebijakan akuntansi itu tidak penting, berlawanan dengan pengalaman
akuntan. Sebagian besar akuntansi keuangan dikhususkan untuk diskusi dan
perdebatan tentang kebijakan akuntansi yang harus digunakan dalam berbagai
keadaan, dan banyak debat dan konflik atas penyajian laporan keuangan
melibatkan pilihan kebijakan akuntansi. Konsekuensi ekonomi konsisten dengan
pengalaman dunia nyata.
8.2 MUNCULNYA
KONSEKUENSI EKONOMI
Salah
satu catatan yang paling meyakinkan mengenai keberadaan konsekuensi ekonomi
terdapat pada artikel yang ditulis oleh Stephen Zeff (1978) yang berjudul : “The Rise of Economic Consequences”.
Zeff mendefinisikan konsekuensi ekonomi sebagai “dampak dari laporan keuangan
terhadap perilaku pengambilan keputusan dari bisnis, pemerintahan dan kreditor”.
Inti dari definisi ini adalah bahwa laporan akuntansi bisa mempengaruhi
keputusan nyata yang dibuat oleh manager dan lainnya, bukan hanya mencerminkan
hasil dari keputusan itu.
Zeff
mendokumentasikan beberapa contoh di Amerika Serikat dimana bisnis, asosiasi industri
dan pemerintah berusaha untuk mempengaruhi, atau telah mempengaruhi, atas
standar akuntansi yang telah di tetapkan oleh Accounting Principles Board dan pendahulunya, Committee on Accounting Procedure.
“Intervensi
pihak ketiga” ini, sangat memperumit pengaturan dari standar akuntansi. Jika
kebijakan akuntansi tidak masalah, pilihan kebijakan tersebut akan ketat antara
badan penetapan standard dan akuntan dan auditor yang tugasnya adalah untuk
menerapkan standar tersebut. Kalau saja hanya pihak – pihak ini yang terlibat,
model akuntansi tradisional yang didasarkan pada konsep terkenal seperti
pencocokan biaya dan pendapatan, realisasi dan konservatisme dapat diterapkan
dan tidak ada orang lain selain pihak yang terlibat akan peduli kebijakan
khusus apa yang digunakan. Dengan kata lain, pilihan kebijakan akuntansi akan
bersifat netral dalam dampaknya.
Sebagai
contoh dari konsekuensi ekonomi, Zeff membahas upaya yang dilakukan oleh beberapa
perusahaan AS untuk mengurangi laba yang dilaporkan dengan menerapkan replacement cost accounting selama 1947
– 1948, periode inflasi tinggi. Disini, konstituensi pihak ketiga yang ikut
campur adalah manajemen, yang berpendapat berpihak pada amortisasi replacement cost untuk mendukung argumen
untuk menurunkan pajak dan menurunkan kenaikan upah dan untuk melawan persepsi
publik tentang kelebihan profitabilitas. Menurut pendapat Efficient Market, intervensi semacam itu tidak perlu karena
perubahan kebijakan tersebut tidak akan mempengaruhi arus kas, dan pasar akan melihat
melalui pendapatan bersih yang dilaporkan tinggi yang dihasilkan oleh
amortisasi historical cost selama
inflasi. Sehingga hal tersebut tidak perlu mengadopsi amortisasi replacement cost.
Selanjutkan
Zeff menguraikan respon badan pengatur standar atas berbagai intervensi ini.
Seperti yang dijelaskna pada bagian 1.12.5, satu tanggapannya adalah
menyertakan pihak (konstituen) lain pada lembaga yang menetapkan standar itu
sendiri. Serta penggunaan draft paparan dari usulan standar baru sebagai
perangkat yang memungkinkan berbagai konstituen untuk mengomentari perubahan
kebijakan akuntansi yang diusulkan.
Seperti
yang dikatakan Zeff bahwa badan penetapan standar menghadapi dilema. Untuk
mempertahankan kredibilitas dengan akuntan, mereka menetapkan kebijakan
akuntansi sesuai dengan model akuntansi keuangan dan konsep tradisional : matching and realization. Namun, konsep
berbasis biaya historis kadang menyebabkan pilihan kebijakan akuntansi yang
unik sehingga memberikan kesempatan bagi berbagai konstituen lain untuk
bertindak dan berdebat tentang kebijakan akuntansi mana yang mereka sukai.
Singkatnya, badan penetapan standar harus beroperasi tidak hanya di domain
teori akuntansi tapi juga di dalam domain politik. Mengacu pada “delicate balancing act” yaitu tanpa
teori untuk memandu pilihan kebijakan akuntansi, kita harus menemukan beberapa
cara untuk mencapai consensus tentang kebijakan akuntansi. Hal ini juga berarti
adanya keterlibatan domain politik. Hal ini membuat studi tentang proses
penetapan standard an teori akuntansi umum menjadi jauh lebih menantang dan
menarik.
8.2.1 RANGKUMAN
Pilihan
atas kebijakan akuntansi memiliki konsekuensi ekonomi bagi berbagai pihak
pengguna laporan keuangan bahkan jika kebijakan ini tidak secara langsung
mempengaruhi arus kas perusahaan. Selain itu pihak yang berbeda dapat memilih
kebijakan akuntansi yang berbeda pula. Secara khusus, kebijakan yang disukai
oleh manajemen mungkin bertentangan dengan kebutuhan atas informasi yang
diperlukan bagi investor.
Konsekuensi
ekonomi menyulitkan pengaturan dari standar akuntansi yang memerlukan
keseimbangan antara pertimbangan dari segi akuntansi dan politik. Badan
penetapan standar merespon hal tersebut dengan cara mengajak pihak lain pada
rapat mereka dan dengan menerbitkan draft paparan yang memberikan semua pihak
yang berkepentingan suatu kesempatan untuk memberikan pendapat atas standar
yang diusulkan.
8.3 EMPLOYEE STOCK
OPTIONS
Emplyee Stock
Options Planning dapat didefinisikan sebagai program yang memberikan kesempatan
untuk karyawan agar berhak memiliki saham pada perusahaan dimana karyawan
tersebut bekerja (Rosen et al, 2005).
ESOPs merupakan suatu jenis program pensiun yang
dirancang untuk menerima kontribusi perusahaan pada suatu pengelola dana(fund)
yang akan melakukan investasi pada saham perusahaan untuk kepentingan
karyawan (Freeman, 2007). Pendekatan ini memungkinkan seorang karyawan berhak
memiliki saham dari perusahaan tempatnya bekerja. Pada teorinya, ESOP akan
memotivasi karyawan dengan memberikan rasa kepemilikan atau kepentingan
karyawan pada perusahaan. Pemberian sejumlah ekuitas pada internal perusahaan
akan memacu karyawan dan atau manajer untuk berusaha meningkatkan harga saham
dimasa yang akan datang karena dengan demikian karyawan dan manajer akan
mendapat manfaat dari pemberian kompensasi berbasis saham.
Kegagalan untuk merekam beban understates biaya
kompensasi perusahaan dan melebih-lebihkan laba bersih. Selain itu, kurangnya
pendapatan komparabilitas di hasil perusahaan, karena perusahaan-perusahaan
yang berbeda memiliki proporsi yang berbeda pilihan total paket kompensasi
mereka. Masalah-masalah ini memburuk sebagai akibat dari peningkatan dramatis
dalam penggunaan ESO kompensasi sejak tahun 1972, terutama untuk usaha kecil,
start-up, perusahaan teknologi tinggi. Perusahaan-perusahaan ini sangat
menyukai aspek-non-tunai yang membutuhkan dari ESOS dan dampak motivasi
terhadap tenaga kerja, serta keuntungan yang dilaporkan lebih tinggi yang
hasilnya dibandingkan dengan bentuk-bentuk kompensasi.
Dampak dari kepemilikan karyawan pada saham perusahaan
dapat menimbulkan efek negatif maupun positif pada profitabilitas dan
produktivitas karyawan pada perusahaan, hal ini tergantung pada latar belakang
perusahaan mengambil keputusan ESOP. Dampak dari implementasi ESOP pada Leveraged
dan non-Leveraged company pada cost of capital dari
perusahaan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa implementasi ESOP pada
perusahaan Leveraged dan Non-Leveraged di Amerika Serikat
memiliki reputasi yang buruk karena dilihat dari tingginya tingkat bankruptcies
dan berpengaruh terhadap value dari perusahaan yang mengadopsi ESOP
(Ivanov & Zaima, 2011).
Pada awal 2000-an, skandal pelaporan keuangan seperti
Enron dan WorldCom menyebabkan tekanan baru untuk biaya ESOS. Dalam
retrospeksi, ini nampaknya ada
pemanipulasian harga saham perusahaan yang di lakukan oleh eksekutif senior,
untuk meningkatkan nilai-nilai ESOS mereka. Salah satu taktik ini adalah angkat
dan buang, dimana para manajer akan mengambil tindakan untuk meningkatkan nilai
saham sesaat sebelum saham tersebut di lepaskan, kemudian menjual saham sebelum
harga saham jatuh kembali (kadang-kadang dengan cara untuk menyamarkan
transaksi) dan mungkin, menginvestasikan dana dengan risiko yang kurang.
Bartov dan Mohanram (2004) mengambil sampel dari 1.218
perusahaan AS dengan pemilikan ESO terbesar oleh eksekutif senior, sepanjang
tahun l992-2001. Mereka menemukan
penurunan yang signifikan dalam rata-rata harga saham yang abnormal dan
pendapatan dalam dua tahun terakhir dalam penerapan tersebut, relatif terhadap
sampel kontrol perusahaan yang sama tanpa penerapan ESO besar. Mereka juga menunjukkan bukti
akrual peningkatan pendapatan yang tidak normal
dalam dua tahun terakhir sebelum pelepasan saham. Para penulis
menyimpulkan bahwa manajer senior dalam sampel uji ini, mereka menyadari
profitabilitas yang buruk, dan mereka meningkatkan laba dan harga saham untuk memanipulasi
kesadaran pasar akan adanya kecurangan tersebut. Mereka kemudian menjual ESOS
mereka dan mungkin, melepaskan saham yang diakuisisi secepatnya sehingga dapat
memaksimalkan penerimaan kas mereka. Pendapatan yang lebih rendah dan harga
saham dalam dua tahun setelah penjualan saham didorong oleh pembalikan akrual
sebelum dan kesadaran pasar yang terlambat tentang menurunnya profitabilitas.
Strategi lain dilaporkan oleh aboody dan Kasznik (2000)
(AK), yang mempelajari praktek rilis infomation CEO sekitar tanggal hibah ESO .
Mereka melaporkan bukti bahwa CEO dari perusahaan dengan tanggal hibah
dijadwalkan (sehingga CEO tahu kapan penghargaan ESO diadakan) taktik yang digunakan (misalnya, pengumuman
awal berita buruk tapi tidak dari kabar baik) untuk menurunkan harga saham, dan
dengan demikian harga pelaksanaan ESO yang mengarah ke tanggal penghargaan. Mereka
juga melaporkan taktik untuk mengelola pendapatan atas setelah penghargaan
(misalnya, mempengaruhi perkiraan laba analis).
Efek penggabungan dari pelanggaran yang diuraikan di
atas, ditambah peningkatan kemampuan akuntan untuk model kompleksitas seperti pelepasan
awal, diaktifkan pembuat standar untuk
mengatasi oposisi. SFAS 123R, efektif pada tahun 2005 (sekarang ASC 718-10-30),
membutuhkan membebankan dari ex ante ESO biaya, seperti halnya IFRS 2 dari
IASB. standar ini diterapkan meskipun dengan konsekuensi banyak manager ekonomi
akan mendapatkan peningkatan dan masalah keandalan yang sama dengan
yang diungkapkan di atas draft 1993 eksposur.
Seperti yang diharapkan, pembebanan konsekuensi ekonomi
dari ESO telah sangat mengurangi penggunaan ESOS sebagai perangkat kompensasi.
Sebagai contoh, The Economist (2006) mengutip estimasi suatu investasi bankir
bahwa nilai wajar opsi yang diberikan oleh 500 perusahaan AS turun dari $
104.000.000.000 pada tahun 2000 menjadi $ 30 miliar pada 2005.
Sementara dalam hal ini para pembuat standar akhirnya
"berhasil," kita dapat menyimpulkan bahwa accouting untuk ESOS adalah
ilustrasi utama argumen Zeff bahwa intervensi pihak ketiga sangat mempersulit
pengaturan standar akuntansi. Intensitas manajemen konsekuensi ekonomi,argumen
yang sangat penting dicatat bahwa ESO secara tidak langsung mempengaruhi arus
kas operasi.
8.4 HUBUNGAN
TEORI EFEK PASAR EFISIEN DAN KONSEKUENSI EKONOMI
Pada titik ini, kita mungkin memiliki anomali lain.
Efisien teori pasar sekuritas memprediksi reaksi harga terhadap perubahan
kebijakan akuntansi yang tidak berdampak profitabilitas dan arus kas yang
mendasarinya. Jika tidak ada reaksi harga surat berharga (menyiratkan tidak ada
perubahan dalam biaya perusahaan modal), tidak jelas mengapa manajemen dan
regulator harus sangat peduli tentang kebijakan akuntansi yang digunakan
perusahaan. Dengan kata lain, pasar yang efisien harus menyiratkan pentingnya
pengungkapan penuh, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi. Namun, setelah
pengungkapan penuh kebijakan akuntansi dibuat, pasar akan menafsirkan nilai
surat berharga perusahaan dalam terang kebijakan yang digunakan dan tidak akan
tertipu oleh variasi dalam laba bersih yang dilaporkan yang timbul semata-mata
dari perbedaan kebijakan akuntansi.
Menurut Stephen Zeff (1978)
dalam artikelnya yang berjudul The Rise Of Economic Cosequences mendefinisikan
konsekuensi ekonomi sebagai “dampak dari pelaporan akuntansi pada kebiasaan
pembuatan keputusan dalam bisnis,pemerintah dan kreditur”. Esensi dari defenisi
tersebut adalah pelaporan akuntansi bisa mempengaruhi keputusan sesungguhnya
yang dibuat oleh manajer dan lainnya, dibandingkan dengan hanya merefleksikan
hasil dari keputusan-keputusan tersebut
Namun, di area yang penting mengenai pilihan kebijakan
akuntansi, yaitu akuntansi ESOS, kita telah melihat bahwa konstituen manajemen
memang bereaksi terhadap perubahan kertas kebijakan akuntansi. Kekuatan reaksi
manajemen tampaknya sangat mengejutkan, bahkan melibatkan banding ke otoritas
pemerintah untuk campur tangan atas namanya. Berbagai reaksi dirangkum dalam
konsep konsekuensi ekonomi. Artinya, akuntansi pilihan kebijakan dapat masalah
bahkan tanpa adanya efek arus kas.
Ada hubungan antara
teori pasar efisiensi dengan konsekuensi ekonomi. Hal ini menunjukkan adanya
anomali dari teori pasar efisien bahwa pasar tidak akan bereaksi harga sahamnya
selama informasi yang tersaji tidak mempengaruhi aliran kas. Konsep konsekuensi
ekonomi berkaitan dengan: a) masalah kepemilikan, b) kebijaksanaan akuntansi
tidak bertentangan dengan pengalaman akuntan, dan c) konsekuensi ekonomi
menimbulkan pertanyaan “mengapa’ berbeda. Teori pasar efisien
mengimplikasikan pentingnya full
disclosure, termasuk pengungkapan dari kebijakan akuntansi. Bagaimanapun
juga, ketika full disclosure dari
kebijakan akuntansi dibuat , pasar akan menginterpresentasikan nilai sekuritas
perusahaan dalam hal kebijakan yang digunakan dan tidak akan ditipu oleh
variasi dalam pelaporan net
income yang timbul dari perbedaan dalam kebijakan akuntansi.
Dalam tiga area penting
dalam pilihan kebijakan akuntasi, kita melihat bahwa ketiga unsur utama dari
pengguna laporan keuangan – manajemen, pemerintah dan investor – telah bereaksi
pada perubahan kebijakan akuntansi. Kekuatan reaksi manajemen terlihat
mengejutkan bahkan ketika melibatkan daya tarik otoritas pemerintah untuk
mengintervensi atas namanya. Reaksi yang beragam dirangkum dalam konsep konsekuensi
ekonomi, dimana pilihan kebijakan akuntansi bisa menjadi penting walaupun efek
cash flow tidak hadir.
Dampak
Politik dan Konsekuensi Ekonomi Dalam Pembentukan Suatu Standar-Standar dibentuk untuk mengurangi moral hazard yaitu manajemen
berusaha untuk overstated (aset dan revenue) dan understated (liability dan
cost) walaupun pada akhirnya juga muncul moral hazard yang lain yaitu
proses politik. Pembentukan standar sebagai proses politik mempengaruhi
pemerintah, sektor publik, dan sektor privat. Standar yang dibentuk digunakan
untuk pengungkapan (disclosure). Standar yang dibentuk dibentuk selalu
berkaitan dengan dengan konsekuensi ekonomi yang berkaitan dengan kos keagenan
(berapa banyak pihak yang dilukai atau dengan kata lain berapa banyak kos yang
dikeluarkan dengan adanya standar baru dan respon pasar yang berkaitan dengan
public goods (tidak ada nilainya free raider) dan economic goods (barang ekonomi
bernilai sehingga perlu usaha untuk mendapatkan agareconomic good maka
laporan keuangan tidak ada kebocoran informasi sehingga standar harus
ditetapkan dan pembuatannya diserahkan kepada pasar.
Dengan demikian, kebijakan akuntansi memiliki potensi
untuk mempengaruhi keputusan manajemen nyata, termasuk keputusan untuk campur
tangan, baik untuk atau terhadap standar akuntansi yang diusulkan.
8.5 THE
POSITIVE THEORY OF ACCOUNTING (TEORI AKUNTANSI POSITIF)
8.5.1 Outline of
Positive Accounting Theory
Teori akuntansi
positif merupakan teori yang memprediksi tindakan pemilihan kebijakan akuntansi
oleh manajer dan bagaimana manajer akan merespon kebijakan akuntansi baru yang
diusulkan (Scott, 2012).
Teori akuntansi
positif melihat bahwa perusahaan mengatur dirinya dengan cara yang sangat
efektif sehingga perusahaan dapat memaksimalkan peluang untuk bertahan.
Beberapa perusahaan lebih desentralisasi dibanding yang lainnya; beberapa
perusahaan memilih melakukan seluruh aktivitas operasionalnya sendiri dibanding
menggunakan jasa outsource untuk
menggantikannya, atau dalam hal pembianyaan (financing) lebih mengandalkan utang dibanding cara pembiayaan yang
lain.
Dalam suatu
hubungan kontrak (nexus of contacts),
baik kontrak dengan pegawai (termasuk manajer), pemasok (supplier), dan penyedia modal (capital
providers) organisasi/perusahaan akan selalu meminimalkan biaya kontrak
(contracting costs), biaya kontrak meliputi biaya negoisasi, biaya yang muncul
dari moral hazarddan monitoring
kinerja kontrak, biaya untuk kemungkinan renegoisasi atau pelanggaran kontrak,
dll. Kontrak dengan biaya kontrak terendah disebut kontrak yang efisien (efficient contracts).
Banyak kontrak
melibatkan variabel akuntansi. Promosi dan remunerasi karyawan yang berdasarkan
kinerja akuntansi yang diukur dengan laba bersih (net income). Kontrak dengan pemasok (suppliers) yang berdasarkan variabel likuiditas dan pembiayaan.
Pemberi pinjaman (lenders) mensyaratkan
perusahaan tetap menjaga rasio keuangan seperti debt to equity atau times
interest earned.
Teori akuntansi
positif beranggapan bahwa managers are
rationaldan akan memilih kebijakan akuntansi yang terbaik untuk
kepentingannya. Maka itu manajer memaksimalkan kepuasan pribadi. Manajer tidak
menganggap memaksimalkan laba perusahaan adalah hal yang sederhana, manajer
hanya akan memaksimalkan laba perusahaan jika mereka merasa berkaitan dengan
kepentingan mereka. Contoh, manajer perusahaan yang kontrak remunerasinya
berdasarkanpada net income mungkin
memilih kebijakan akuntansi yang cenderung meratakan laba untuk memenuhi
kepuasaan pribadinya yaitu mendapatkan bonus. Contoh di atas adalah bentuk opportunistic behaviour. Opportunistic behaviour adalah perilaku
yang memanfaatkan peluang yang tersedia.
Apakah teori normatif memiliki kemampuan prediksi yang
baik tergantung pada sejauh mana individu membuat keputusan dengan didasari teori-teori
yang menjelaskan hal tersebut. Teori normatif dan positif saling berkaitan,
dimana teori positif membantu agar prediksi normatif tetap pada jalurnya dan
dampaknya kedua teori ini saling melengkapi satu sama lain.
8.5.2
The Three Hypotheses of Positive Accounting Theory
Teori akuntansi
positif diformulasikan menjadi tiga hipotesis oleh Watt & Zimmerman (1990).
Bentuk oportunistik membuat manajer memilih kebijakan akuntansi untuk
kepentingannya pribadi, bukan untuk kepentingan perusahaan. Ketiga hipotesis
tersebut adalah Bonus Plan Hypothesis,
Debt Covenant Hypotesis, dan Political Cost Hypotesis:
1)
The Bonus Plan Hypothesis
Hipotesis ini menyatakan bahwa dalam ceteris
paribus, manajer perusahaan dengan bonus
plan yang didasarkan pada laba yang dicapai akan lebih memilih kebijakan
akuntansi dengan menggeser pelaporan laba dari periode yang akan datang ke
periode berjalan. Manajer perusahaan yang ingin remunerasi atau bonus tinggi
akan melaporkan laba periode berjalan setinggi-tingginya. Perlu diperhatikan
jika manajer mengindari risiko maka mereka lebih kebijakan akuntansi perataan
laba (income smoothing).
2)
The Debt Covenant Hypothesis
Dalam ceteris paribus,manajer
perusahaan dengan debt covenant lebih
memilih kebijakan akuntansi dengan menggeser pelaporan laba dari periode yang
akan datang ke periode berjalan. Alasannya adalah pelaporan kenaikan laba akan
mengurangi kemungkinan gagal bayar (technical
default). Sebagian besar perjanjian utang berisikan perjanjian yang harus
dipenuhi oleh peminjam selama masa perjanjian. Sebagai contoh, perusahaan yang
berutang harus mempertahankan level debt
to equity, interest coverage, working capital, dan/atau shareholders’ equity. Jika perjanjian
dilanggar akan ada pinalti atau penarikan dana dari kreditur. Makin tinggi
rasio utang/ekuitas perusahaan, makin besar kemungkinan bagi manajer untuk
memilih metode akuntansi yang dapat menaikkan laba untuk menghindari
pelanggaran perjanjian utang di periode yang akan datang.
3)
The Political Cost Hypothesis
Hipotesis ini menyatakan bahwa “larger
firms rather than small firms are more likely to use accounting choices that
reduce reported profits.” Dalam ceteris
paribus,semakin besar sebuah perusahaan atau perusahaan-perusahaan pada
industri tertentu, maka semakin besar political
cost karena perusahaan besar secara politis akan mendapat perhatian lebih
besar dari institusi pemerintah dibandingkan dengan perusahaan kecil. Biaya
politik muncul dikarenakan profitabilitas perusahaan yang tinggi dapat menarik
perhatian media dan konsumen.
Apabila perusahaan-perusahaan ini melaporkan profitabilitas yang tinggi, dapat
menimbulkan kebijakan pemerintah baru yang akan mengurangi profitabilitas
perusahaan (misalnya kebijakan perpajakan). Hal ini mendorong manajer
perusahaan akan memilih metode akuntansi yang menangguhkan laba yang dilaporkan
dari periode sekarang ke periode masa depan sehingga dapat memperkecil laba
yang dilaporkan (income decreasing).
Hipotesis-hipotesis di atas menjelaskan perilaku manajer sehubungan dengan
pemilihan kebijakan akuntansi, yaitu apakah manajer akan menerapkan kebijakan
yang konservatif atau cenderung liberal, tergantung nilai pelaporan laba yang diinginkan.The Bonus Plan Hypothesis memprediksi
bahwa manajer perusahaan yang menerapkan kebijakan bonus (bonus plans) akan memilih kebijakan akuntansi yang lebih konservatif
dibandingkan dengan manajer perusahaan tanpa kebijakan bonus (bonus plans). The debt covenant hypothesismemprediksi manajer perusahaan dengan
level debt to equityyang tinggi akan
memilih kebijakan akuntansi yang konservatif dibandingkan dengan manajer
perusahaan dengan level debt to equityyang
rendah. The political cost hypothesismemprediksi
manajer perusahaan besar akan memilih kebijakan akuntansi yang lebih
konservatif dibandingkan manajer perusahaan yang lebih kecil.
8.5.3. Kontrak
yang efisien dan Akuntansi Konservatif
Akuntansi konservatif dapat
menyebabkan efisiensi kontrak dan pengawasan,sebagaimana dinyatakanWatt (2003).Hipotesis
perjanjian utang ini dijelaskan sebagai berikut.Pemberihutang(debtholder)sangat khawatir terhadap
penurunan nilai perusahaan, Akuntansi konservatif, melalui pengakuan tepat
waktu terhadap kerugian, mengurangi kekhawatiran ini. Sebagai contoh, orang konservatif
mengurangi kemungkinan bahwa perusahaan akan melakukan pembayaran dividen yang
berlebihan, dengan memperkenalkan bias terus-menerus terhadappenurunan saldo
laba. Selain itu, akuntansi konservatif meningkatkan perlindungan yang
diberikan oleh perjanjian utang.Untuk menggambarkan, misalkan kontrak utang
termasuk perjanjian dimana perusahaan harus mempertahankan tingkat kekayaan
bersih tertentu, jika tidak ada keharusan tersebut dividen dapat dibayar.Karena
akuntansi konservatif menurunkan kekayaan bersih, perusahaan harus
mempertahankan aset bersih secara riil untuk menghindari pelanggaran
perjanjian, meningkatkan keamanandebtholders.Selain
itu, jika perusahaan mengalami kesulitan keuangan, akuntansi konservatif
memungkinkan debtholders untuk
mengetahui lebih cepat.Mereka kemudian lebih mampu mengambil langkah-langkah
untuk melindungi kepentingan mereka.Peningkatan keamanan ini memungkinkan
perusahaan untuk menerbitkan utang pada tingkat bunga yang lebih rendah
daripada sebaliknya.Bukti bahwa konservatisme mengarah ke kontrak utang yang
lebih efisien dilaporkan oleh Ahmed, Billings, Harris, dan Morton (2000) Zhang
(2008); dan Wittenberg-Moerman (2008).
Namun, Beatty, Weber dan Yu (2008)
melaporkan bukti empiris bahwa perusahaan dengan ketentuan kenaikan (escalator)
pendapatan dalam perjanjian utang mereka lebih cenderung untuk memilih
kebijakan akuntansi yang konservatif. Klausul pertambahan pendapatandalam perjanjian menaikkanlevel kekayaan
bersihbahwa perusahaan diwajibkan untuk memelihara kenaikan kekayaan bersih dengan
persentase laba bersih (misalnya, 50%). Klausa tersebut mendorong akuntansi
konservatif karena jika perusahaan itu menerapkan kebijakan memaksimalkan
pendapatan, sebaliknya, klausa eskalator akan meningkatkan tingkat kekayaan
bersih perjanjian di atas dari penerapan yang lebih konservatif. Arti penting
dari temuan ini adalah bahwa upaya melindungi aset dan menghindari sejak dini
dari marabahaya bisa dilakukan dengan beberapa cara untuk meningkatkan
kepercayaan debtholder. Desain perjanjian yang pintar lebih lanjut dapat
mengurangi kekhawatiran debtholder.
Pertanyaan lebih lanjut tentang akuntansi
konservatif dalam kontrak utang diangkat oleh Gigler, Kanodia, Sapra dan Venugopalan
(2009). Mereka menunjukkan bahwa sementara akuntansi konservatif mungkin
menurunkan suku bunga utang, ia membawa biaya, karena sifatnya, konservatisme
meningkatkan kemungkinan pelanggaran perjanjian bila tidak ada jaminan keadaan
perekonomian Negara dari perusahaan tersebut. Mereka menunjukkan dalam kondisi
di mana biaya ini melebihi manfaat, dalam hal ini akuntansi konservatif justru menurunkan
efisiensi perjanjian hutang.
Akhirnya, sampai-sampai debtholders
membeli credit default swap (CDS, permintaan mereka untuk menerapkan akuntansi
konservatif dapat berkurang, karena CDS memberikan alternatif sumber
perlindungan bagi investasi mereka.
Kami menyimpulkan bahwa sejauh mana
konservatisme dapat meningkatkan efisiensi kontrak utang belum jelas sampai
saat ini.
8.5.4 Penelitian
Empiris PAT
Bagian ini membahas sejumlah besar
penelitian empiris mengenai Positive Accounting Theory (PAT) yang telah dihasilkan.
Healy (1985) menemukan bukti
mengenai hipotesis rencana bonus.Ia menemukan bahwa manajer perusahaan dengan
rencana bonus, berdasarkan laporan laba bersih, manager menerapkan kebijakan
akrual secara sistematis untuk memaksimalkan bonus yang mereka harapkan.
Dichev dan Skinner (2002) (DS)
meneliti hipotesis perjanjian hutang.Mereka berkonsentrasi pada perjanjian
dengan perjanjian berdasarkan pemeliharaan rasio lancar tertentu atau pada
pemeliharaan jumlah kekayaan bersih tertentu.
DS menemukan bahwa jumlah quartal dengan
nol atau slack sedikit positif secara signifikan lebih besar dari yang
diharapkan jika perusahaan tidak mengelola rasio perjanjian mereka. Juga jumlah
kuartal dimana slack sedikit negatif secara signifikan kurang dari yang
diharapkan. Hasil ini konsisten dengan hipotesis perjanjian hutang yang
menunjukkan bahwa manajer memilih kebijakan akuntansi untuk mempertahankan
rasio perjanjian mereka sehingga dapat memenuhi atau melebihi level yang
dibutuhkan.
Kecenderungan untuk mempertahankan
nol atau slack positif sangat kuat pada kuartal menjelang dan termasuk pada
pelanggaran perjanjian yang pertama. DS menunjukkan bahwa biaya pelanggaran
awal lebih tinggi daripada untuk pelanggaran berikutnya, karena pemberi
pinjaman cepat akan mengambil tindakan untuk melindungi kepentingannya, dan
banyak kehancuran manajer dan reputasi perusahaan terjadi ketika pelanggaran
pertama terjadi. Konsisten dengan biaya-biaya yang lebih tinggi, jelas
menunjukkan bahwa manajer bekerja sangat keras untuk mengelola rasio perjanjian
sehingga untuk menghindari pelanggaran awal. Temuan ini mendukung asumsi PAT
bahwa manajer rational- diharapkan manajer untuk bekerja lebih keras ketika
biaya kegagalan yang lebih tinggi.
Sehubungan dengan hipotesis biaya
politik, Jones (1991) mempelajari tindakan yang perusahaan keitia ada kebijakan
impor yang mengakibatkan perusahaan mengalami persaingan tekanan bisnis
Akibatnya, perusahaan yang terkena
dampak memiliki insentif untuk memilih kebijakan akuntansi untuk menurunkan
laba bersih yang dilaporkan bahkan lebih, sehingga akan mendukung kasus mereka.
Tentu saja, insentif ini akan diketahui ITC, politisi, dan masyarakat. Namun,
seperti Jones menunjukkan, konstituen tersebut mungkin tidak memiliki motivasi
untuk menyesuaikan dengan memanipulasi penurunan pendapatan. Sebagai contoh,
efek harga yang lebih tinggi diikuti dengan pemberian bantuan mungkin tidak
cukup besar untuk melobi pelanggan.
Sebuah cara yang efektif untuk
mengurangi pendapatan dilaporkan yang sulit untuk mendeteksinya adalah dengan
memanipulasi kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan akrual. Misalnya sebuah
perusahaan dapat meningkatkan biaya amortisasi, mungkin mencatat kewajiban yang
lebih besar untuk jaminan produk, kontinjensi, dan rabat, dan dapat mencatat
piutang tak tertagih yang lebih besar dan keusangan persediaan.Ini disebut kebijakan
akrual.
Jones memeriksa apakah perusahaan
menggunakan akrual diskresioner untuk menurunkan laba yang dilaporkan. Dia
mengumpulkan sampel dari 23 perusahaan dari lima industri yang terlibat dalam
enam penyelidikan bantuan impor oleh ITC selama periode 1980-1985 inklusif.
Sangat mudah untuk menentukan total
akrual perusahaan untuk tahun tersebut. Salah satu pendekatan adalah untuk
mengambil perbedaan antara arus kas operasi dan laba bersih.Akrual
diinterpretasikan cukup luas di sini, pengaruh bersih dari semua peristiwa
operasi yang tercatat selama satu tahun selain arus kas.Perubahan piutang dan
hutang adalah akrual, seperti perubahan dalam persediaan.Beban amortisasi
adalah akrual negatif, adalah sebagian dari biaya aset modal yang dihapuskan
pada tahun ini.Jones menggunakan pendekatan alternatif, mengambil perubahan
modal kerja non-kas untuk tahun dari neraca komparatif, ditambah beban
amortisasi, sebagai ukuran total akrual.
Namun memisahkan total akrual
diskresioner dan komponen non-discretionary merupakan sebuah tantangan besar.
Hal ini karena akrual non-discretionary berkorelasi dengan tingkat aktivitas
bisnis.Sebagai contoh, jika suatu perusahaan menderita persaingan asing,
mungkin memiliki piutang yang lebih rendah, mungkin harus menunda pembayaran
kewajiban lancar, dan hal itu mungkin harus menghapuskan sejumlah besar
persediaan perputarannya lambat.Ini adalah akrual negatif, tetapi mereka tidak dapat
dianggap sebagai kebijaksanaan. Bagaimana peneliti, yang tidak memiliki akses
ke catatan perusahaan dan sehingga harus bekerja dari laporan-laporan keuangan,
memisahkan dari total akrual untuk mendapatkan komponen diskresioner?
Pendekatan Jones pada masalah ini
adalah untuk memperkirakan persamaan regresi berikut ini untuk tiap perusahaan
j dalam sampelnya, selama periode awal sampai pada tahun penyelidikan ITC.
TAjt = αj + β1jΔREVjt + β2jPPEjt + εjt
dimana:
TAjt = total akrualuntuk perusahaanjpada tahunt
TAjt = total akrualuntuk perusahaanjpada tahunt
ΔREVjt = pendapatanuntuk perusahaanjpada tahuntkurang pendapatanuntuk tahunt-1
PPEjt = grossproperty, pabrik, dan peralatanpada
tahuntuntuk perusahaanj
εjt = istilahresidualyang menangkapsemuadampakpadaTAjtselain
yangdariΔREVjtdanPPEjt.
Tujuan dari ΔREVjt adalah untuk
mengkontrol akrual non-discretionary dari asset pada tahun berjalan dan
kewajiban, dengan dasar bahwa hal ini bergantung pada aktifitas bisnis yang
yang diukur melalui penerimaan.Juga PPEjt mengkontrol komponen
non-discretionary dari depresiasi beban yang didasarkan pada investasi
perusahaan pada asset modal. Dengan model regresi ini memperkirakan tiap-tiap
perusahaan sampel, Jones menggunakannya untuk memprediksi akrual
non-discretionary selama tahun-tahun penelitian ITC, yaitu
Ujp= TAjp – (αj+ β1jΔREVjp + β2jPPEjp)
Dimana p adalah tahun penelitian,
TAjp adalah total akrual perusahaan j untuk tahun berjalan, dan kuantitas yang
berada dalam kurung adalah non-disretionary yang diprediksi untuk tahun
berjalan dari model regresi. Istilah Ujp adalah untuk menerangkan akrual
discretionary untuk tahun p pada perusahaan j. Hipotesis biaya politik
memprediksikan bahwa Ujp akan menjadi negatif sehingga perusahaan yang
menggunakan akrual discretionary untuk memaksa turun pendapatan bersih yang
dilaporkan. Jones menemukan bukti dari prediksi tingkah laku.Hampir semua
perusahaan yang terdapat pada sampel, akrual discretionary seperti yang
diperhitungkan dengan menggunakan persamaan adalah negatif secara signifikan
pada tahun-tahun penelitian ITC.Akrual yang negatif tidak ditemukan pada
tahun-tahun sebelum penelitian ITC maupun sesudahnya.Hasil ini, walaupun tidak
sekuat yang diharapkan, menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan yang terkena
imbasnya secara sistematis memilih kebijakan akrual untuk
meningkatkan/memperbaiki kasus mereka dalam perlindungan impor, konsisten
dengan hipotesis biaya politik.
8.5.5 Membedakan kontrak versi
yang oportunis dan
efisien dari PAT
Tiga
hipotesis PAT telah disebutkan di atas dalam bentuk oportunistik, yakni, mereka
mengasumsikan bahwa manajer memilih kebijakan akunting untuk memaksimalkan
kegunaan yang diharapkan oleh mereka sendiri yang relatif terhadap renumerasi
dan kontrak hutang serta biaya politik mereka. Seperti yang telah disebutkan,
hipotesa ini juga dapat dinyatakan dalam bentuk efisiensi, dalam asumsi bahwa
kontrak kompensasi dan system control internal dan, lebih umumnya,
kepemerintahan perusahaan yang baik, membatasi oportunisme dan memotivasi
manajer untuk memilih kebijakan akunting untuk mengontrol biaya kontrak, oleh
karenanya menyesuaikan kepentingan firma dan pemegang sahamnya.
Seringkali,
dua bentuk PAT ini membuat prediksi yang serupa. Contohnya, dari hipotesa perencanaan
bonus manajer sebuah firma yang sedang berkembang mungkin memilih amortisasi
garis lurus daripada saldo menurun karena hal tersebut secara oportunis
meningkatkan renumerasi. Namun, kebijakan yang sama ini dapat dipilih dalam
hipotesa bonus untuk alasan efisiensi. Misalnya amortisasi garis lurus paling
baik mengukur biaya kesempatan firma untuk menggunakan asset modalnya.
Kemudian, amortisasi garis lurus menyebabkan pendapatan yang dilaporkan yang
mengukur kinerja manajer dengan lebih baik. Sebagai hasilnya, kebijakan ini
secara efisien akan memotivasi manajer (yang awal tujuannya adalah bonus)
relatif terhadap kebijakan amortisasi lain yang memungkinkan.
Akibatnya,
sulit untuk mengatakan apakah pilihan kebijakan akunting firma yang diobservasi
dikendalikan oleh oportunisme atau efisiensi. Namun, tanpa mampu untuk
membedakan kemungkinan-kemungkinan ini, sulit dikatakan bahwa kita memahami
proses pemilihan kebijakan akunting.
Penelitian
PAT menyelidiki masalah ini. Serta, Christie dan Zimmerman (1994) menginvestigasi
tingkat pilihan akunting yang meningkatkan pemasukan dalam firma sampel yang
telah menjadi target pengambilalihan Alasan mereka adalah bahwa jika pilihan
kebijakan akunting oportunistik dilakukan, hal ini menjadi yang paling banyak
terjadi dalam firma yang pada akhirnya diambilalih, karena manajer yang ada
berjuang untuk menangkis tawaran pengambilalihan dengan memaksimalkan laporan
pendapatan bersih dan posisi finansial. Penelitian Dechow (1994) juga berkaitan
dengan dua versi PAT. Dia berpendapat bahwa jika akrual secara besar merupakan
hasil dari manipulasi oportunistik dari pendapatan yang dilaporkan, pasar akan
menolak mereka demi arus kas, dimana arus kas harus lebih berkaitan dengan
pengembalian saham daripada pendapatan bersih. Lain halnya, jika akrual
mencerminkan kontrak yang efisien, pendapatan bersih harus lebih berkaitan
dengan pengembalian saham daripada arus kas. Uji empirisnya menemukan bahwa
pendapatan bersih lebih berkaitan dengan pengembalian saham daripada arus kas.
Studi
Dichev dan Skinner (2002), yang ditegaskan di atas, juga memberikan bukti bahwa
versi kontrak efisien dari PAT bersifat operatif. Mereka menghitung
variabilitas terhadap waktu dari rasio perjanjian tiap firma. lebih banyak
variable rasio, maka lebih besar kemungkinan dari pelanggaran perjanjian pada
waktu tertentu dalam jangka waktu perjanjian hutang, serta hal lain yang
setara. Contohnya, asio saat ini akan lebih variable dalam nilai akunting saat
ini untuk inventaris yang berada dalam akunting biaya historis, dengan hasil
bahwa kemungkinan rasio jatuh di bawah tingkat perjanjian meningkat. DS
menemukan bahwa, rata-rata, lebih besar variabilitas rasio perjanjian, maka
lebih besar kelalaian pada awal seiring dengan kemungkinan pelanggaran
meningkat, mungkin menetapkan tingkat bunga yang sedikit lebih tinggi untuk
dikompensasikan.
Guay
(1999) mempelajari kegiatan derivative dari firma dalam tahun dimana mereka
mulai mempergunakannya. Dia berpendapat bahwa kontrak kompensasi yang efisien
akan mendorong manajer untuk mengurangi resiko harga yang specific terhadap
firma (contohnya perusahaan minyak dan gas membatasi resiko harga dari produksi
tahun depan), karena penurunan resiko ini mendorong (menghindari resiko)
manajer untuk mengambil resiko yang spesifik firma lain yang berada dalam
kepentingan pemegang saham, seperti penelitian dan pengembangan, eksplorasi dan
investasi baru, melindungi nilai resiko harga memastikan keseimbangan kas untuk
membiayai keputusan tersebut.
Namun,
contoh yang berlawanan untuk kontrak efisien diberikan oleh Hope dan Thomas
(2008). Mereka meneliti sebuah sampel dari firma multinasional yang melapor di
bawah SFAS 131. Standar ini,berlaku pada tahun 1997, mewajibkan firma untuk
melaporkan informasi suplementer tentang berbagai operasi domestic dan
asingnya. Sebelum SFAS 131, firma diwajibkan untuk melaporkan penjualan,
endapatan dan asset total berdasarkan pada wilayah geografis. Dalam SFAS 131,
pelaporan pendapatan berdasarkan wilayah geografis dibuat secara sukarela.
Namun, pendapatan asing harus dilaporkan.. Seperti
yang telah ditunjukkan oleh Hope dan Thomas, hasil ini menekankan peran penting
dari pengungkapan penh dalam mencapai kontrak yang efisien. Ketika pendapatan
asing yang diungkapkan secara penuh berdasarkan wilayah geografis lebih tenang,
terlihat bahwa para manajer mengeksploitasi kemampuan investor yang menurun
untuk memonitor kinerja mereka dengan bertindak secara oportunis.
Namun,
baru-baru ini, Armstrong, Jagolinzer, dan LArcker (2010) (AJL) melaporkan bukti
yang konsisten terhadap kontrak efisien. Mereka memeriksa sampel yang besar
dari firma pada periode 2001-2005 untuk bukti perilaku oportunistik, seperti
yang diindikasikan oleh laporan keuangan, tuntutan, dan investigasi SEC.
Untuk
tiap firma sampel, AJL mengestimasikan godaan CEO nya untuk bertindak secara
oportunistik dengan “portofolio delta” mereka, yakni dengan perubahan nilai
saham perusahaan yang mereka pegang dan pilihan yang mengakibatkan selisih
harga $1 untuk harga saham perusahaan. Portofolio delta yang lebih tinggi
menunjukkan bahwa manajer lebih mendapatkan keuntungan dari perilaku
oportunistik yang dirancang untuk meningkatkan harga saham.
Maka
pertanyaannya adalah, apakah portofolio delta yang tinggi menyebabkan
CEO—rata-rata—terlibat dalam perilaku yang lebih oportunistik (seperti yang
diindikasikan oleh laporan laporan keuangan, dsb) daripada CEO firma serupa
yang memiliki portofolio delta lebih rendah? AJL tidak menemukan bukti perilaku
tersebut. Seperti yang mereka tunjukkan, hal ini menunjukkan bahwa firma mampu
menjajarkan kepentingan CEO dan pemegang saham. Yakni, versi kontrak efisien
PAT didukung.
8.6 KESIMPULAN KONSEKUENSI EKONOMI
DAN TEORI AKUNTANSI POSITIF
PAT
berusaha untuk memahami dan memprediksi pilihan kebijakan akuntansi. PAda
tingkat yang paling umum, PAT menunjukkan bahwa pilihan kebijakan akunting
merupakan bagian dari kebutuhan keseluruhan perusahaan untuk meminimalisir
biaya modal dan biaya kontrak lainnya. Keijakan akuntansi yang melakukan hal
ini sebagian besar ditentukan oleh struktur organisasional firma, yang sebagai
gantinya ditentukan oleh lingkungannya. Oleh karenanya, pilihan kebijakan
akuntansi merupakan bagian dari keseluruhan proses pemerintahan perusahaan.
PAT
telah menuntun pada literature empiris yang kaya. Tiga aspek dari struktur
organisasional firma dan lingkungan yang telah secara khusus dipisahkan untuk
keperluan studi—kontrak kompensasi manajemennya, struktr modalnya, dan
paparannya terhadap biaya politik.
PAT
tidak mengimplikasikan bahwa pilihan kebijakan akuntansi firma harus
dispesifikasi secara khusus. Namun, ini biasanya lebih efisien untuk
menemntukan kebijakan akuntansi dari sudut mana yang dipilih oleh manajemen.
Pengaturan ini dapat dianggap sebagai rangkaian kebijakan yang diperbolehkan
oleh GAAP atau hal ini dapat lebih jauh dilarang dengan kontrak. Dengan
fleksibilitas dalam pilihan kebijakan akuntansi, tidak sulit untuk melihat
mengapa kebijakan akuntansi dapat memiliki konsekuensi ekonomi. Dari sudut
pandang kontrak yang efisien. serangkaian kebijakan yang tersedia memberikan
kemampuan kepada manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi untuk keuntungan
mereka sendiri. Dengan kata lain, perubahan dalam rangkaian kebijakan yang
tersedia, seperti yang diciptakan oleh perubahan dalam standar akuntansi, akan
berarti bagi manajemen.
Lebih
banyak standar baru mempengaruhi kontrak yang ada dan/atau mengurangi pilihan
kebijakan auntansi, maka kemungkinan reaksi manajer akan lebih besar. Oleh
karenanya, kita menyaksikan reaksi terhadap standar akuntansi yang mengurangi
pilihan kebijakan akuntansi dan menurunkan penghasilan bersih yang dilaporkan,
seperti pembebanan wajib ESOs. standar lain mempegaruhi kontrak dengan
meningkatkan volatilitas pendapatan, seperti dalam akuntansi nilai wajar. Dalam
argument ini tidak ada konflik dengan efisiensi pasar saham—harga saham masih
sangat dapat mencerminkan semua informasi yang tersedia secara public dalam
adanya konsekuensi ekonomi.
Ketika
terdapat bukti oportunisme manajer, terdapat juga bukti kontrak efisien. Hal
ini menunjukkan bahwa memungkinkan untuk menjajarkan kepentingan manajer dengan
para pemegang saham. Sekarang kita mempertimbangkan bagaimana aspek penting
pemerintahan perusahaan ini dapat tercapai.
Scott, W.R. 2003. Financial Accounting Theory. Toronto Canada: Prentice-Hall.