“Tidak, tidak apa-apa, Bea. Aku akan menulis memo akhir pekan ini dan akan
dikirimkan ke Mr Fielder. Kamu pulang saja ke rumah.” “Apakah Anda yakin, Chuck? Saya tidak
keberatan tinggal untuk beberapa saat lagi.” “Terima kasih Bea, tapi kamu sudah
terlalu banyak lembur minggu ini.” Setelah ia menyuruh sekretarisnya pulang,
Charles Tollison menghabiskan beberapa menit bersama kertas kerja audit dan
korespondensi yang ditumpuk di atas mejanya, dan ia mencoba memutuskan
pekerjaan apa yang akan dibawa pulang untuk dikerjakan selama akhir pekan.
Akhirnya,tetap pada keputusan. Tollison tidak bisa memutuskan apakah akan
mengambil file persediaan untuk dibawa pulang. Tollison tahu bahwa jika ia
mengambil file persediaan untuk dibawa pulang ke rumah, ia harus menyelesaikan
review tentang file tersebut, yang akan meningkatkan beban kerja akhir pekannya
dari 6 jam bahkan bisa lebih dari 12 jam. Saat ia dibingungkan oleh
keputusannya, Tollison melangkah ke jendela kantornya dan iseng-iseng mengamati
lalu lintas yang sedang berada pada jam sibuk.
Hampir pukul 6:30 pada
Jumat malam di awal Agustus. Charles Tollison, seorang audit manager untuk
perusahaan besar yaitu kantor akuntan internasional, telah melalui minggu yang
sulit. Klien audit terbesarnya sedang bernegosiasi untuk membeli sebuah perusahaan
dalam industry sejenis. Selama dua bulan terakhir, Tollison telah mengawasi
kerja audit lapangan secara intensif yaitu akuisisi catatan akuntansi pesaing.
CEO klien, menduga bahwa manajemen eksekutif pesaing telah merekayasa data
keuangan perusahaan mereka untuk mengantisipasi pembelian yang diusulkan. Sejak
klien melewati batas secara finansial untuk mengakuisisi perusahaan lain, CEO
ingin memastikan bahwa data keuangan tersebut dapat diandalkan. Perhatian utama
CEO adalah penilaian terhadap persediaan pesaing, dengan menyumbang 45 persen
dari total aset.
CEO klien telah meminta
agar Tollison ditugaskan untuk melakukan audit akuisisi karena dia menghargai
Tollison dan kualitas kerjanya. Biasanya, seorang audit manajer, menghabiskan
sedikit waktu untuk mengawasi prosedur audit dalam sehari. Tetapi karena
keterlibatan ini, bagaimanapun, Tollison merasa perlu untuk menghabiskan 10 jam
per hari, enam sampai tujuh hari per minggu, untuk meneliti catatan akuntansi
calon perusahaan yang akan diambil alih, bersama dengan bawahannya.
Saat Tollison menatap
kemacetan di jalanan bawah, ia merasa lega bahwa audit akuisisi hampir selesai.
Setelah ia meyakini semuanya sesuai pada beberapa file persediaan, ia akan
mengubah kertas kerja ke mitra perikatan audit untuk review akhir.
Minggu berat Tollison dapat
disorot dengan beberapa pertemuan penuh perdebatan dengan personil klien,
melewatkan pesta ulang tahun putrinya yang ke delapan tahun, dan sarapan Kamis
pagi ini dengan managing partner kantornya, Walker Linton. Selama sarapan itu,
Linton telah memberitahu Tollison bahwa ia telah melewati promosi menjadi
partner dalam dua tahun berturut-turut, berita itu sulit untuk diterima
Tollison.
Selama lebih dari 13 tahun,
Tollison menjadi karyawan yang pekerja keras dan berdedikasi pada kantor
akuntan yang besar. Dia tidak pernah menolak tugas yang sulit, tidak pernah
mengeluh tentang jam kerja yang panjang, dan pengorbanan pribadi lainnya yang
tak terhitung jumlahnya, terakhir adalah melewatkan pesta ulang tahun. Setelah
menginformasikan berita buruk pada Tollison, Linton telah menyemangati Tallison
untuk tetap tinggal di kantor akuntan tersebut. Linton berjanji bahwa tahun
berikutnya ia akan melakukan campaign untuk promosi Tollison dengan penuh
semangat dan "meminta semua bantuan"
pada partner di kantor akuntan lainnya. Meskipun telah mendegar janji
itu, Tollison menyadari bahwa ia hanya memiliki kesempatan yang kecil untuk
dipromosikan menjadi partner, jarang sekali "pecundang" mendapatkan
kesempatan untuk promosi sebanyak dua kali.
Meskipun ia tetap
berharap yang terbaik, Tolisson tidak mengharapkan laporan yang sempurna dari
komite seleksi partner. Dalam minggu terakhir secara bertahap ia telah mengakui
bahwa ia tidak memiliki profil yang dicari oleh komite seleksi partner.
Tolisson bukan rainmaker seperti temannya dan yang juga manajer audit, Craig
Allen, namanya muncul di daftar baru nama partner yang di umumkan secara resmi
minggu depan. Allen adalah anggota dari beberapa organisasi sipil penting dan
memiliki jaringan teman yang baik yang memiliki koneksi di klub negara
setempat. Allen mendapatkan pelayanan yang baik dari jaringan tersebut,
sehingga dia bisa mengarahkan beberapa klien baru ke perusahaan dalam beberapa
tahun terakhir.
Selain rainmaker, Tollison
adalah seorang teknisi. Jika seseorang di kantor memiliki masalah akuntansi
atau masalah audit yang sulit untuk diselesaikan, maka orang-orang tersebut
mendatangi Tollison terlebih dahulu, daripada salah satu dari enam partner
audit yang lainnya. Ketika klien baru mengalami masalah teknis yang rumit,
partner perikatan audit (audit engagement partners) meminta agar Tollison
ditugaskan ke pekerjaan tersebut. Salah satu alasannya karena Tollison adalah
pilihan yang sempurna untuk perikatan yang sulit karena ia micromanaged dalam
pekerjaannya, bersikeras terlibat dalam setiap aspek dari perikatan tersebut.
Gaya manajemen Tolisson sering mengakibatkan
"busting" anggaran waktu audit, meskipun ia jarang melewatkan
deadline penting. Untuk menghindari kehilangan deadline atas pekerjaan yang
hampir selesai, Tollison dan anak buahnya ditugaskan bekerja lembur, termasuk
menjalankan tugas di akhir pekan.
Akhirnya, Tollison
berpaling dari jendela dan merosot ke kursinya. Saat ia duduk di sana, ia
mencoba untuk mengusir kepahitan yang ia rasakan. "Jika Meredith tidak
meninggalkan perusahaan, mungkin aku tidak akan ada dalam masalah ini"
Tollison berkata untuk dirinya sendiri. Tiga tahun sebelumnya Meredith Oliveti,
partner audit dan teman baik Tollison dalam perusahaan mengundurkan diri untuk
menjadi kepala keuangan (CFO) dari klien besar. Setelah pengunduran diri
Oliveti's, Tollison tidak punya satu pun mitra kerja yang dapat mendukungnya
dalam melewati proses seleksi partner. Sebaliknya, Tollison sudah “lost in the
shuffle” dengan puluhan pekerja keras, manager audit yg cenderung teknis
lainnya dalam perusahaan yang bercita-cita untuk mendapatkan posisi partner.
Diantara waktu sarapan di
hari kamis pagi, Walker Linton telah menyatakan kepada Tollison kemungkinan
bahwa Walker dapat tetap bersama dengan perusahaan di posisi senior manajer.
Beberapa tahun terakhir, perusahaan Tollison agak santai mengenai peraturan
terkait "up or out" peraturan promosi jabatan. Tapi Tollison tidak
yakin bahwa dia ingin tetap bersama dengan perusahaan sebagai manager tanpa ada
kemungkinan untuk dipromosikan sebagai partner. Memang, ada keuntungan yang
terkait dengan menjadi seorang senior manajer yang permanen. Contohnya, tidak
ada kepemilikan saham di perusahaan berarti tidak menyerap sebagian dari kerugian
litigasi di sisi lain, dalam pikiran Tollison ini menerima tawaran sebagai
senior manajer permanen tampaknya setara dengan memiliki "kegagalan
karier" di cap di pintu kantornya.
Jam tujuh lewat 10
menit, waktunya untuk pergi. Tollison meninggalkan dokumen inventory di mejanya
sambil menutup tasnya dan kemudian melangkah menuju pintu kantornya. Setelah
mematikan lampu, Tollison berhenti sejenak. Lalu dengan enggan, dia berbalik
mengambil berkas inventory di mejanya dan kemudian membawanya pulang.
PERTANYAAN
1.
Charles Tollison tidak memenuhi kualifikasi sebagai rekanan dengan
firmannya.
Tugas seorang rekanan
adalah berbeda sebagai seorang manajer. Tanggungjawab rekan lebih fokus
pada meneliti isi perjanjian dengan
klien, dan menandatangani laporan hasil audit. Bagaimanapun, tanggungjawab
seorang manajer menekankan khususnya pada supervisi persiapan audit, mereviu
kertas kerja, laporan keuangan dan
laporan audit. Keahlian teknis sangat diperlukan untuk manajer daripada rekanan.
Sementara rekan diminta mempunyai kemampuan penting lainnya, seperti staf
manajemen, keahlian komunikasi.
Alasan Charles
Tollison tidak memposisikan sebagai partnership karena dia tidak mempunyai
hubungan luas dengan klien potensial. Dia teknisi yang baik. Dia dapat
meluangkan banyak waktu dalam pekerjaan-pekerjaan detail audit, jadi dia tidak
menghabiskan waktu pada promosi saja.
Jawab :
Kami berpendapat Charles Tollison mempunyai kemampuan sebagai posisi
partnership di firmanya dengan mempertimbangkan pola kerja dan etika dalam
bekerja, sepanjang pengetahuan professional dan keahlian sebagai praktisi.
Pada uraian kasus diatas, ia mampu berkomunikasi baik ketika terjadi
permasalahan antara staf dengan klien. Dia pekerja yang baik, Dia juga seorang
pekerja keras, Dia bersedia meluangkan banyak waktu untuk pekerjaanya.
Charles Tollison perlu banyak belajar lagi menjadi seorang manajerial yang
baik bagaimana dia mendelegasikan kewenangan kepada bawahan dengan
memilah-milah pekerjaan mana yang sangat penting, sedang dan kurang.
Charles Tollison harus belajar lagi agar mampu tampil sebagai komunikator
sekaligus negosiator yang baik dengan klien, mungkin dengan cara mengikuti
kursus singkat atau belajar sendiri. Yang dibutuhkan sekarang bagi Charles Tollison
adalah kemauan untuk mencapai tujuan organisasi tersebut.
2. Did Tollison’s firm treat him “fairly”? Why or why not?
Jawab :
Tollison
tidak diperlakukan secara adil “not fairly”. Dengan alasan sebagai berikut:
Pertama
dengan kemampuan teknikal yang ia miliki, pekerja keras, dedikasi yang tinggi
(membawa tugas pulang-weekend activity, lembur, melewatkan ulang tahun
anaknya), dan 13 tahun lamanya ia mengabdi di kantor akuntan tersebut,
seharusnya ia memiliki kesempatan untuk diajukan menjadi partner. Entah
nantinya berhasil atau tidak.
Kedua,
Linton memberikan janji yang mungkin saja itu hanya janji palsu yang dibuat
Linton untuk tetap mempertahankan Tollison sebagai audit manajer audit yang
bisa diandalkan (mengambil keuntungan).
Ketiga,
dari cara yang digunakan untuk pengangkatan partner diketahui bahwa
ketentuan/budaya kantor akuntan publik tersebut lebih mengutamakan kemampuan
seseorang untuk mendapatkan klien yang baru dibandingkan kemampuan
teknikal/profesionalitas. Hal ini tidak sepenuhnya salah, kemampuan mendapatkan
klien (networking) sangatlah
diperlukan, bisa dibayangkan jika kantor akuntan publik yang mungkin memiliki
karyawan yang berkemampuan tinggi, tetapi tidak punya klien karena kemampuan
promosi atau networking yang buruk.
Namun, seharusnya kemampuan teknikal/profesionalitas lebih diutamkan, karena
dengan kemampuan teknikal yang baik dapat memberikan jasa asurans yang dapat
diandalkan. Di soal tidak memberikan informasi bagaimana kemampuan teknikal
dari Craig Allen (baik/buruk/cukup). Jadi seharusnya, dua
kemampuan ini (kemampuan teknikal dan networking)
haruslah berjalan beriringan.
4. Discuss the advantages and disadvantages of the ‘up or out’
promotion policy followed by many accounting firms.
Bahas keuntungan dan kerugian dari
kebijakan promosi ‘up or out’ (naik
atau keluar) yang diikuti oleh banyak perusahaan akuntansi.
Jawab :
Keuntungan dari kebijakan promosi ‘up or out’ (naik atau keluar) adalah
menyediakan kriteria yang telah ditentukan dan alat ukur kinerja untuk mencapai
promosi. Hal ini juga memungkinkan seseorang untuk mengetahui di mana ia
berdiri (posisinya) di antara rekan-rekannya sesuai dengan capaian kinerjanya
dan memberikan dorongan bagi karyawan yang ingin tinggal dengan perusahaan
untuk terus berinvestasi dalam pengembangan karirnya.
Kelemahan dari kebijakan ini adalah bahwa
kebijakan tersebut akan berdampak negatif terhadap kepuasan kerja dan motivasi
karyawan yang tidak-dipromosikan.
Kebijakan ini juga bisa meningkatkan stres yang berhubungan dengan pekerjaan
seorang karyawan dan merugikan kesejahteraan emosional individu. Selanjutnya,
frustrasi muncul karena merasa tidak mampu untuk dipromosikan, seorang karyawan
merasa mendapat perlakuan tidak adil sehingga memberikan dampak terhadap
produktivitas kerja dan komitmen yang menurun.